Rabu, September 28, 2011

Operation Nimrod 1980 - Orang-orang Tangkas dari SAS

SAS in action
SELURUH jaringan teve Inggris tiba-tiba menghentikan programnya. Pirsawan yang lagi asyik menyaksikan film Rio Lobo yang dibintangi John Wayne seketika menjadi marah. Tapi beberapa detik kemudian mereka membaca pengumuman bahwa akan ada siaran langsung mengenai operasi
pembebasan sandera di kedutaan besar Iran di London. Malam itu (5 Mei), para pirsawan di Inggris menyaksikan suatu siaran hidup yang lebih mengasyikkan.
SAS bersiap masuk lewat cerobong asap
SAS masuk lewat jendela


Sejak 5 orang teroris
Dari atap masuk lewat jendela
yang berasal dari Khuzistan menduduki gedung kedubes Iran, 30 April, beberapa stasiun teve sibuk mencari posisi untuk bisa menempatkan kamera masing-masing. Sementara kelompok anti atau pun pro Ayatullah Khomeini yang berada di London muncul dalam rentetan demonstrasi yang menambah repotnya polisi Inggris. Pada jam tertentu mereka melakukan shalat secara terpisah. Hal ini sempat menimbulkan ejekan. Beberapa pemuda Inggris yang menyaksikan mereka lagi sembahyang mencoba menirukannya dengan bercanda. Letak gedung itu berdekatan dengar Hyde Park, tempat siapa saja boleh berpidato seenaknya. Ramai pula pidato kelompok orang Iran baik yang pro pemrintah sekarang ataupun yang anti di situ. Dan ini tentu saja tak dilewatkan oleh kaum turis. Sementara sejumlah orang melakukan jogging di sekitar wilayah taman.

Hari kelima, kesibukan semakin terasa di halaman luar gedung itu. Dengan berpakaian buruh perusahaan gas, sejumlah orang kelihatan sibuk mencari pipa yang rusak. Ada pula yang kelihatan serius melubangi aspal dengan mesin pembor, yang menimbulkan kebisingan. Itu rupanya disengaja karena sebagian "buruh" itu sedang membuka atap kedutaan. Kemudian diketahui bahwa mereka adalah anggota Special Air Service (SAS), yang selama ini dikenal sebagai pasukan anti-teroris. "Siapa yang berani akan menang," begitu semboyan mereka.

Kaum teroris bersenjata yang menyandera 19 staf kedubes Iran itu rupanya sudah tidak sabar lagi. Mereka menuntut supaya 91 orang teman mereka dibebaskan dari penjara Iran. Tapi karena tak akan dipenuhi pemerintah Iran, mereka membatalkan semua tuntutan tadi, lantas meminta sebuah pesawat terbang untuk membawa mereka dan sandera keluar dari Inggris. Permintaan ini pun tidak dipenuhi pemerintah Inggris. "Kami di Inggris tidak bersedia mentolerir teroris," kata Menteri Dalam Negeri William Whitelaw. Menjelang jam 13.00 perundingan antara polisi dan kelompok teroris itu menghadapi jalan buntu. Tiba-tiba ketenangan di dalam gedung diganggu oleh serentetan bunyi tembakan. Polisi yang berada di luar sibuk mencari tempat perlindungan. Setengah jam kemudian polisi menerima telepon dari kelompok teroris bahwa mereka sudah. membunuh seorang sandera. Jam 17.00, sesosok mayat yang dibungkus terpal biru didorong ke luar pintu depan kedutaan. Dan kelompok teroris mengancam: jika tuntutan mereka tidak dipenuhi mereka akan membunuh seorang sandera setiap setengah jam. Menjelang jam 18.00, rentetan tembakan terdengar lagi dari dalam gedung. Polisi sekali lagi mengambil mayat.

Jam 18.30, Kepala Polisi Metro London, Sir David McNee, meyampaikan pesan melalui telepon kepada kaum teroris itu. Kali ini dia menggunakan nomor pesawat yang ada di lantai bawah. Berbeda dengan pesan-pesan sebelumnya, McNee sekali ini tidak mau berbicara melalui perantara, yaitu 2 anggota kepolisian yang juga ikut disandera. Dia minta berbicara langsun dengan pemimpin kelompok teroris itu untuk memberi kesan seakan-akan dia menerima tuntutan mereka. Selama pembicaraan itu berlangsung kaum teroris sempat menanyakan apakah bis yang akan membawa mereka ke lapangan terbang ditempatkan di bagian depan atau belakang gedung.

Abol Hassan Bani Sadr
Selepas jam 19.00, atas izin Menteri Dalam Negeri, SAS mendapat perintah penyerbuan. Dalam waktu 10 menit 20 orang SAS itu sudah siap. Tiap satuan mereka terdiri dari 4 orang. Sebagian memakai topeng gas, atau hanya topeng biasa. Beberapa menit kemudian ledakan yang sangat keras terdengar dari dalam gedung. SAS rupanya menggunakan 'bom pengaget' untuk menarik perhatian orang yang ada di dalam. Sementara beberapa anggota SAS masuk melalui cerobong asap. Sedang 2 orang masuk dari pintu depan. Mereka juga meledakkan 'bom pengaget'. Akhirnya kelompok teroris itu tertangkap. Belum Ada Bukti Menurut cerita seorang polisi yang ikut disandera, dia sempat menangkap kaki salah seorang penyandera ketika bom itu meledak. Penyandera itu terjatuh. Seorang anggota SAS datang dan langsung menembaknya. Di antara sandera yang masih di dalam gedung tak ada yang luka, sementara 4 dari 5 penyandera itu mati di tempat, sedang satu lainnya ditangkap dalam keadaan luka-luka. Adegan yang berlangsung hanya beberapa menit itu sempat membuat bangsa Inggris bangga dengan cara yang ditempuh SAS. Dari Iran datang ucapan terima kasih. Presiden Abollhassan Bani Sadr dalam kawatnya kepada PM Margaret Thatcher mengatakan "Saya ingin sekali menyampaikan terima kasih saya atas keteguhan angkatan kepolisian anda selama menghadapi penyanderaan yang tidak adil itu."
Margaret Thatcher

Sejak peristiwa itu pemerintah Inggris mulai mencurigai permainan kedutaan besar Irak di London. Kejadian ini, menurut sumber diplomatik di London, tidak bisa dilepaskan dengan rentetan pertentangan antara Iran dan Irak. Tapi belum ada bukti bahwa Irak menghasut kaum Khuzistan, penyandera. Memang sekitar 1� juta penduduk Arab yang berdiam di wilayah Khuzistan -- juga biasa disebut Arabistan yang terletak di bagian barat daya Iran -- sedang memperkeras tuntutan mereka bagi otonomi wilayah itu. Soalnya mereka merasa dianaktirikan. Selama ini hasil terbesar minyak Iran datang dari daerah Khuzistan. Tapi kondisi itu sama sekali tak menguntungkan mereka. Khuzistan adalah daerah termiskin bila dibanding dengan provinsi lain. Tapi Iran menuduh bahwa aksi penyanderaan ini dilakukan atas kerjasama Irak-Amerika Serikat. Kedua negara itu sekarang menjadi musuh Iran. Apakah tuduhan ini benar? Sesungguhnya Irak dan AS tidak bersahabat, bahkan tidak mempunyai hubungan diplomatik.

sumber: http://majalah.tempointeraktif.com

Tidak ada komentar: