Rabu, Desember 26, 2012

Keutamaan Membaca Surah Yasin

Diantara hadits yang menyebutkan keutamaan pembacaan surat yasin ini disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari Ma’qal bin Yasar dari Nabis aw bersabda,”Bacalah kepada (orang yang menjelang) kematiannya surat yasiin.”
Al ‘Alamah Abu ath Thayib Abadiy mengatakan bahwa hal itu adalah terhadap orang yang menjelang kematiannya. Barangkali dengan membacakannya maka hal itu akan memudahkannya saat menghadapi sakaratul maut karena didalam surat itu disebutkan nama Allah swt, keadaan hari kiama dan hari kebangkitan.
Imam ar Rozi mengatakan didalam “At Tafsirul Kabir” bahwa perintah membacakan surat yasin terhadap orang yang dekat dengan kematiannya ini juga berdasarkan sabdanya saw,”Segala sesuatu memiliki jantung dan jantung al Qur’an itu adalah yasin.”
Hal itu dikarenakan keadaan lidah pada saat itu sangatlah lemah berbeda dengan hati secara keseluruhannya mampu menghadap Allah. Oleh karena itu dibacakanlah kepadanya sesuatu yang dapat menambah kekuatan hatinya dan menyandarkan kejujurannya dengan yang pokok, yaitu amal dan fungsinya. (Aunul Ma’bud juz VIII hal 279)
Ibnu Katsir meyebutkan didalam tafsirnya bahwa sebagian ulama mengatakan,”Diantara kekhususan surat ini adalah tidaklah seseorang membaca surat ini dalam keadaan sulit kecuali Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. Dan sepertihalnya ketika surat ini dibacakan terhadap orang yang menjelang kematiannya maka akan turun kepadanya rahmat dan keberkahan dan untuk memberikan kemudahan keluarnya ruh dari jasadnya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abdul Mughirah,”Telah bercerita kepada kami Shafwan berkata bahwa para syeikh telah mengatakan,”Apabila dibacakan— surat yasin—terhadap orang yang menjelang kematian maka akan diringankan bebannya. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz VI hal 562)
Hadits-hadits lain tentang keutamaan surat yasin seperti sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin maka Allah akan tuliskan pembacaannya itu sama dengan membaca al qur’an sepuluh kali selain yasin.” Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin pada suatu malam dengan mengharapkan wajah Allah maka dia akan diampuni.” (HR. Malik, Ibnus Sunni dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) dan hadits dinyatakan lemah oleh Imam al Haitsami.
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. (al Maudhu’at juz I hal 247)
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam

LOVE SONGS 80's & 90's

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!" (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

1.    Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, "Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) dating azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.."

2.    Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naïf kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

3.    Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Islam menggariskan bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang. Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

4.    Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

5.    Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

"Ad-Dun-ya mazra'atul lil akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

------------------------------

semoga bermanfaat...

Allah SWT Maha Melihat


Suatu ketika, seorang pemuda bergelimang dosa mendatangi Ibrahim bin Adham. ”Aku sudah tercebur maksiat cukup dalam. Bagaimana aku dapat berhenti dari semua perbuatan tercela ini?”

Ibrahim bin Adham terdiam sejenak, lalu berucap, ”Jika kamu bisa memegang lima hal ini, niscaya kau terjauh dari perbuatan maksiat. Pertama, jika kau berbuat maksiat, usahakanlah Allah tidak melihat perbuatanmu.” Orang itu terperangah. ”Lalu, kenapa kau berbuat dosa seakan-akan Allah tidak melihatmu?” Pemuda itu tertunduk malu, ”Katakanlah yang kedua!”

”Jika kau masih berbuat maksiat, jangan lagi kau makan rezki Allah.” Kembali pendosa itu kaget, ”Bagaimana mungkin? Bukankah semua rezki datang dari Allah? Air liur di mulutku ini pun datang dari Allah.”

Ibrahim berkata, ”Pantaskah memakan rezki Allah sedang kita membangkang perintah dan melanggar larangan-Nya? Ibarat kamu numpang makan kepada orang, sementara setiap saat kau selalu mengecewakannya dan ia melihat perbuatanmu, masihkah kamu punya muka untuk terus makan darinya?”

”Sekarang katakanlah yang ketiga!”
Ketiga, jika kau masih berbuat dosa, janganlah tinggal di bumi Allah.” Air mata pemuda itu menitik.

Keempat, jika kau masih berbuat maksiat, dan suatu saat malaikat maut datang mencabut nyawamu sebelum kau sempat bertobat, tolaklah. Janganlah mau nyawamu dicabut.”

”Tak seorang pun mampu menolak datangnya malaikat maut....”

”Jika begitu, mengapa kamu masih berbuat maksiat? Tidakkah terpikir olehmu, jika suatu saat ketika malaikat maut datang justru pada saat kamu sedang mencuri, menipu, berzina atau melakukan dosa lainnya?”

Pemuda itu tak kuasa menahan tangis. ”Lalu, hal apa yang terakhir?”

Kelima, jika kamu masih ingin berbuat dosa dan malaikat maut sudah mencabut nyawamu justru ketika kamu sedang berbuat dosa, maka janganlah mau kalau nanti malaikat Malik memasukkanmu ke Neraka. Mintalah kesempatan hidup sekali lagi!”

”Bagaimana bisa? Bukankah hidup hanya sekali?”

Ibrahim berkata, ”Karena hidup hanya sekali, kenapa kita masih menyia-nyiakan hidup ini dengan menumpuk dosa?”

”Cukup! Aku tak sanggup lagi mendengar,” ucap pemuda itu seraya menangis lalu pergi meninggalkan Ibrahim bin Adham. Sejak itu ia tak lagi mendekati maksiat dan orang-orang mengenalnya sebagai seorang ahli ibadah. 

Jose Feliciano & Trini Lopez - La Bamba

Rabu, Desember 12, 2012

Kisah-kisah di Balik Keajaiban Shalat Hajat

manTiga A. Menghidupkan Keledai yang Mati


Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh‟iy, dia berkata,“Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)

B. Tercapainya Seluruh Hajat
Di dalam kitab Hasyiyatu Ibnu „Aabidiin, disebutkan bahwa di dalam shalat hajat, pada rakaat pertama dibaca surah Al-Fatihah dan ayat Kursi tiga kali kemudian pada tiga rakaat sisanya dibaca surah Al-Fatihan dan Al-Ikhlash, Al-Falak, dan An-Nas satu kali. Maka itu sebanding dengan Lailatul Qadr . Guru-gurunya melaksanakan shalat ini, dan tercapai seluruh hajatnya.

C. Dikabulkan Permintaannya Oleh Khalifah Utsman bin Affan
Dalam kitab Mu‟jamu ash-Shoghir wal Kabiir, Imam Thabrani menceritakan: Ada seorang laki-laki memiliki kebutuhan (hajat), kemudian ia memintanya kepada Amirulmukminin Utsman bin Afan, tetapi Utsam bin Afan tidak memberikan apa yang dimintanya. Kemudian ia bertemu seseorang, yaitu Utsman bin Hunaif. Lalu ia mengadukan permasalannya kepadanya. Akhirnya, Utsman bin Hunaif menyuruhnya untuk melaksanakan shalat hajat, sebagaimana yang telah diajarkan –tata caranya– dalam hadits. Kemudian, ia pun mengerjakannya. Setelah itu, ia pun datang kembali menemui Utsam bin Afan. Tidak disangka, Utsam bin Afan memuliakannya dan mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Dengan kejadian itu, ia pun menemui Utman bin Hunaif (yang telah mengajarkannya shalat hajat) dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

D. Ditolong Oleh Gubernur Thulun – Mesir
Abu Al-Hasan As-Shaffar Al-Faqih berkata dan menceritakan, Suatu ketika, kami bersama Al-Hasan bin Sufyan An-Naswi. Banyak orang-orang terhormat yang mengunjunginya dari berbagai negeri yang jauh untuk mengikuti majelis taklimnya, guna menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits. Suatu hari, ia pergi menuju majelisnya, tempat ia menyampaikan riwayat-riwayat hadis, lalu ia berkata, “Dengarkanlah apa yang akan aku sampaikan kepada kalian sebelum kita memulai pelajaran. Kami memaklumi bahwa kalian adalah sekelompok orang yang diberikan banyak kenikmatan dan termasuk orang-orang yang terpandang. Kalian tinggalkan negeri kalian, berpisah dari kampung halaman dan teman-teman, hanya demi menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits. Kalian tidak menyadari bahwa kalian telah menempuh semua kesulitan ini demi ilmu, atau telah menanggung apa yang telah kalian tanggung, yaitu berupa kesusahan dan kelelahan yang menjadi salah satu konsekuensinya. Sesungguhnya aku ingin menceritakan kepada kalian sebagian kesulitan yang aku alami di dalam menuntut ilmu, serta bagaimana Allah SWT memberikan jalan keluar untukku dan para sahabatku –dengan keberkahan ilmu dan kemurnian aqidah– dari segala kesempitan dan kesulitan. Ketahuilah, sejak muda aku telah meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits. Takdir membawaku sampai ke Maroko, kemudian menuju Mesir, bersama tujuh orang sahabatku sesama penuntut ilmu dan pendengar hadits. Kami lalu berguru kepada seorang guru, ulama yang paling menonjol pada waktu itu. Paling banyak meriwayatkan hadits, paling mengetahui sanad-sanadnya, dan paling otentik periwayatan hadisnya. Ia menjelaskan hadis setiap hari sedikit demi sedikit, sehingga memakan waktu yang cukup lama. Akibatnya, kami menjadi kehabisan bekal. Kondisinya sampai memaksa kami untuk menjual barang-barang yang kami bawa, berupa baju dan celana. Akhirnya, tidak ada lagi milik kami yang tersisa untuk memperoleh biaya makan satu hari pun.
hari tiga malam kami lalui tanpa dapat mencicipi sesuatu apa pun. Sampai pada suatu pagi di hari keempat, tak satu pun di antara kami yang dapat bergerak karena kelaparan. Kondisinya memaksa kami harus menahan rasa malu dan mengorbankan muka kami untuk meminta-minta, padahal diri kami menolak dan hati kami merasa keberatan. Setiap orang dari kami menolak melakukan hal itu, namun situasi dan kondisinya benar-benar memaksa untuk meminta-minta. Akhirnya, semuanya sepakat untuk menuliskan nama-nama kami di atas sebuah kain dan meletakkannya di atas air, barangsiapa yang namanya muncul ke permukaan, maka ia yang harus pergi meminta dan mencari makanan untuk dirinya serta sahabat-sahabatnya. Kain yang tertulis dengan namaku kemudian muncul ke permukaan. Aku bingung dan terkejut, dalam hatiku menolak untuk meminta-minta dan menanggung hina. Lalu, aku bergegas pergi ke satu sudut masjid untuk melakukan shalat dua rakaat dalam waktu cukup lama. Berdoa kepada Allah SWT dengan nama-nama-Nya yang Mahaagung dan kalimat-kalimat-Nya yang Mahamulia, agar menghilangkan kesusahan ini dan memberikan jalan keluarnya. Belum selesai aku melakukan shalat, seorang pemuda tampan tiba-tiba masuk ke dalam masjid dengan pakaian bersih dan bau yang wangi, diikuti oleh seorang pengawal yang memegang sebuah sapu tangan. Ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang bernama Al-Hasan bin Sufyan?” Aku mengangkat kepalaku dari sujudku, lalu menjawab, “Aku Al-Hasan bin Sufyan, apa yang Anda inginkan?” Ia menjawab, “Sesungguhnya sahabatku, Gubernur Ibnu Thulun menyampaikan salam hormat dan permohonan maafnya atas kelalaiannya di dalam memberikan perhatian mengenai kondisi kalian, juga atas kelalaian yang terjadi di dalam memenuhi hak-hak kalian. Ia mengirimkan sejumlah bekal untuk hari ini. Sedangkan besok, ia sendiri yang akan mengunjungi kalian untuk meminta maaf secara langsung.” Pemuda tersebut memberikan di tanganku masing-masing sebuah pundi berisi uang seratus dinar. Aku heran dan kebingungan. Maka, aku berkata kepada pemuda tersebut, “Ada kisah apakah dibalik ini semua?” Ia berkata, “Aku adalah salah seorang pelayan khusus Gubernur Ibnu Thulun. Pagi tadi, aku menemuinya bersama sejumlah sahabat yang lain, lalu gubernur mengatakan kepadaku, “Hari ini aku ingin menyendiri, maka pulanglah kalian ke rumah masing-masing!” Aku pun pulang bersama yang lainnya. Sesampainya di rumah, belum sempat aku duduk, seorang utusan gubernur mendatangiku dengan tergesa-gesa, memintaku untuk kembali. Aku segera memenuhi panggilannya dan mendapatkan gubernur sedang berada sendirian di rumahnya. Ia meletakkan tangan kanannya di atas pinggangnya, menahan rasa sakit yang teramat sangat di dalam perutnya. Ia berkata kepadaku, “Apakah engkau mengenal Al-Hasan bin Sufyan dan sahabat-sahabatnya?” Aku menjawab, “Tidak.”
Ia berkata lagi, “Pergilah ke sektor fulan dan masjid fulan, bawalah pundi-pundi ini dan serahkan kepadanya dan para sahabatnya. Sudah tiga hari mereka kelaparan dengan kondisi yang mengenaskan. Sampaikan permintaan maafku, dan katakan bahwa besok pagi aku akan mengunjungi mereka untuk meminta maaf secara langsung.” Pemuda itu berkata, “Aku menanyakan tentang sebab yang membuatnya berbuat demikian, maka ia berkata, „Ketika aku masuk ke dalam rumah ini sendiri untuk beristirahat sesaat, aku tertidur dan bermimpi melihat seorang penunggang kuda sedang berlari di angkasa dengan begitu stabilnya –seperti layaknya berlari di atas hamparan bumi– sambil memegang sebilah tombak. Aku melihatnya sambil tercengang hingga ia turun di depan pintu rumah ini, lalu meletakkan tombaknya di atas pinggangku, dan berkata, „Bangun, dan temuilah Al-Hasan bin Sufyan dan para sahabatnya.‟ Bangun, dan temuilah mereka, sesungguhnya mereka kelaparan sejak tiga hari yang lalu di masjid fulan!‟ Aku bertanya, „Siapakah engkau?” Ia menjawab, „Aku Ridhwan, penjaga pintu surga.‟ Semenjak ia meletakkan ujung tombaknya di pinggangku, aku merasakan sakit yang teramat sangat, membuatku tidak dapat bergerak. Maka, segeralah engkau sampaikan uang ini kepada mereka, agar rasa sakit ini menghilang dariku.” Al-Hasan berkata, “Kami tercengang mendengar kisah tersebut, bersyukur kepada Allah SWT dan dapat memperbaiki kembali kondisi kami. Namun, diri kami merasa tidak nyaman lagi untuk menetap di tempat itu. Agar kami tidak dikunjungi oleh gubernur dan rahasia kami diketahui oleh orang lain, sehingga menyembabkan melambungnya reputasi dan kedudukan kami, dan semua itu akan menimbulkan sifat riya‟. Maka, malam itu juga kami meninggalkan Mesir. Dan, ternyata setiap orang dari kami menjadi seorang tokoh ulama dan terpandang di zamannya. Keesokan paginya, Gubernur Ibnu Thulun datang ke tempat itu untuk mengunjungi kami, lalu dikabarkan kepadanya mengenai kepergian kami. Kemudian, ia memerintahkan untuk membeli pertokoan/pasar seluruhya dan mewakafkannya untuk kepentingan masjid dan para perantau, orang-orang penting, dan para penuntut ilmu sebagai bekal mereka, agar kebutuhan mereka tidak lagi terabaikan dan tidak mengalami seperti yang kami alami. Semua itu disebabkan oleh kekuatan agama, kebersihan aqidah dan Allah SWT Maha Pemberi Taufiq.” *** 
Sumber:
http://dir.groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/114505
http://ervakurniawan.wordpress.com/2012/01/11/kisah-kisah-di-balik-keajaiban-shalat-hajat/

BOB TUTUPOLI - Kerinduan

Jumat, Desember 07, 2012

Hadiah Lomba Hafalan Surah Pendek

Kamis 06 Desember 2012, ananda Rifqi yang mewakili kelasnya  (kelas IA) berhasil tampil sebagai juara lomba hafalan surah-surah pendek se-SD Islam Al Azhar 8 Kembangan. Bahkan pada saat upacara penyerahan hadiah di lapangan sekolah, ananda Rifqi tampil ke depan membaca ikrar 3 bahasa (Indonesia, Inggris dan Arab) yang diikuti oleh murid-murid dari kelas I sampai kelas VI. Alhamdulillah, suatu prestasi yang bapaknya sendiri waktu kelas I SD belum pernah dicapai ! ;) 





Sst, jangan berisik! Lagi belajar

Kamis, November 29, 2012

Ceramah lucu no.17B H. M. Nur Maulana Bagian 2

Ceramah Lucu No.17A H. M. Nur Maulana Bagian 1

Pengaruh Bacaan Al-Quran terhadap Fisiologi dan Psikologi Manusia

"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (QS 7: 204).

Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk umat manusia sampai akhir zaman. Fungsi Al-Qur'an antara lain sebagai petunjuk (hudan), sumber informasi/penjelasan (bayan), pembeda antara yang benar dan yang salah (al-furqan), penyembuh (syifa'), rahmat, dan nasehat/petuah (mau'idzah).

Salah satu manfaat Alquran adalah sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Dr. Ahmad al-Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research yang berpusat di Amerika Serikat sekaligus konsultan ahli sebuah klinik di Panama City, Florida. Ia meneliti pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Penelitian dilakukan dalam 2 tahapan.

Tahap pertama, bertujuan untuk meneliti kemungkinan adanya pengaruh Al-Qur'an pada fungsi organ tubuh sekaligus mengukur intensitasnya jika memang ada. Tahap kedua, diarahkan untuk mengetahui apakah efek yang ditimbulkan benar-benar karena Alquran atau bukan.

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan mesin pengukur dan terpai stres yang berbasis komputer, model MEDAQ 2002 (medical data quotient) yang ditemukan dan dikembangkan Pusat Kedokteran Universitas Boston. Alat ini mampu mengukur reaksi yang menunjukkan tingkat stres dengan 2 cara: (1) melakukan pemeriksaan fisik secara langsung melalui komputer, dan (2) memonitor serta mengukur perubahan-perubahan fifiiologis pada tubuh.

Eksperimen dilakukan sebanya 210 kali dengan melibatkan responden laki-laki dan perempuan usia antara 18-40 tahun. Semua responden non muslim dan tidak bisa berbahasa Arab. Mereka diminta mendengarkan bacaan Alquran dengan bahasa Arab dengan kaidah tajwid 85 kali.

Mereka juga diminta mendengarkan bacaan berbahasa Arab yang bukan Al-Qur'an sebanyak 85 kali juga. Bacaan-bacaan berbahasa Arab non Al-Quran ini dilantukan dengan kaidah tajwid layaknya Alquran sehingga memiliki kemiripan dengan AlQuran dari aspek lafal, intonasi suara, dan ketukan di indera pendengaran. Bacaan bahasa Arab non Al-Quran digunakan sebagai placebo, artinya responden tidak dapat membedakan antara bacaan Al-Quran dan non Al-Quran.

Hasil eksperimen menunjukkan, bacaan Al-Quran menimbulkan efek relaksasi hingga 65%. Sedangkan bacaan berbahasa Aran non Al-Quran hanya mencapai 33%. Hasil ini juga menunjukkan, Alquran memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres) pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif.

Pengaruh ini tampak dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada arus listrik di otot, juga perubahan pada daya tangkap di kulit terhadap konduksi listrik, perubahan sirkulasi darah, serta perubahan pada detak jantung, kadar darah yang mengalir pada kulit yang semuanya saling terkait dan paralel dengan perubahan-perubahan pada aspek lain.

Semua perubahan ini menunjukkan adanya perubahan fungsi dan kinerja sistem syaraf otonom yang lebih lanjut berpengaruh pada organ-organ tubuh yang lain serta fungsi-fungsinya. Karena itu ditemukan adanya kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas pada pengaruh-pengaruh fisiologis yang bisa dihasilkan Al-Quran.

Dalam penelitian lain, Kazemi dkk melakukan penelitian yang mirip terhadap 107 mahasiswa keperawatan Rafsanjan University of Medical Sciences dengan metode kuasi eksperimental. Mereka dibagi ke dalam 2 grup, grup kontrol dan case group. Skor Kesehatan Mental diukur pada kedua grup dengan 12 item kuisioner. Case group mendengarkan Alquran masing-masing selama 15 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu berturut-turut, yang diperdengarkan dengan tape recorder.

Seminggu setelah intervensi selesai, skor kesehatan mental diukur kembali pada kedua grup. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan, dengan mendengarkan Al-Quran dapat dijadikan cara untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.

Betapa luar biasany Alquran, sistem tubuh ternyata memberikan respon positif terhadap bacaan Al-Qur'an meskipun si empunya tubuh tidak memahami artinya. Apatah lagi kalau yang membaca atau mendengarkan memahami makna bacaannya. Pasti efeknya lebih dahsyat lagi. Dengan kita membaca Al-Quran setiap hari, pasti banyak kebaikan yang kita dapat.

Sumber:Al-Qur'an The Healing Book 

Tarik Ibn Ziyad, Pembuka Gerbang Kejayaan Islam di Eropa



Sejarah mencatat namanya sebagai panglima perang tangguh dan ahli strategi. Namanya pula yang kini diabadikan sebagai nama tempat yang cukup terkenal, Giblartar, di Spanyol. Di tempat inilah ia pertama kali menetap untuk melawan Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic, Spanyol, yang dzalim.

Sejarah awal penaklukan Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan bangsa Berber dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Tarik Ibn Ziyad ini. Ia berhasil mengalahkan pasukan Raja Roderic dalam sebuah pertempuran efektif selama 8 (delapan) hari, waktu yang sangat singkat untuk menaklukkan sebuah wilayah. Apalagi, jumlah pasukan musuh delapan kali lebih banyak.

Pertempuran itulah yang telah membawa kemenangan gemilang dan membuka pintu gerbang kejayaan Islam untuk masa waktu delapan abad lamanya.

Cerita penaklukan bermula ketika Julian gubernur Ceuta (yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah kekuasaan Spanyol memendam kebencian kepada Raja Roderic. Sang raja memperkosa anak perempuannya, Florinda, yang dikirim olehnya untuk menuntut ilmu kepadanya.

Julian bertekad membalas kebrutalan Roderic. Ia segera mendatangi gubernur Tangier, Jendral Tarik Ibn Ziyad, untuk meminta bantuan.

Tarik waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn Nusair dari penguasa dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara. Sebagai gubernur, ia menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga tidak ada permusuhan diantara kedua belah pihak. Tarik merupakan orang Berber yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer.

Sebagai langkah awal pada 710 M Tarik mengutus anak buahnya, Tarif ibn Malik, bersama 400 tentaranya untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan Julian membantu menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat. Tempat dimana pasukan Tarif mendarat di Spanyol hingga sekarang dinamakan Tarifa. Letaknya di ujung selatan Spanyol berhadapan dengan wilayah Maroko.

Setelah kepulangan ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang diceritakan Julian adalah benar, Tarik menyiapkan pasukan. Perjalanan pasukan Tarik dimulai dari wilayah Ceuta kemudian menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang diberi nama selat Jabal al Tarik (Gunung Tarik) atau Gibraltar, dan mendarat di suatu bukit karang pada musim semi 30 April 711.

Di sinilah base camp pasukan Tarik. Di sini pula, ia menyusun strategi. Tempat inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Gibraltar, wilayah otonomi Inggris di Semenanjung Iberia.

Kekuatan yang dibawa Tarik adalah pasukan berjumlah 12 ribu ribu orang dari bangsa Berber. Bangsa Berber adalah bangsa Afrika utara (non Arab) yang banyak mendiami kawasan utara Maroko. Mereka merupakan bangsa nomaden yang hidup berpindah-pindah. Setelah Islam masuk, mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan menganut agama Islam. Mereka yang berislam ini kemudian disebut dengan bangsa Moor atau Moro.
Kedatangan pasukan Tarik akhirnya diketahui oleh Gubernur Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan Gibraltar. Ia segera memberitahu Roderic.

Mendengar invasi pasukan Tarik, Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, yaitu enam kali lipat. Untuk memompa semangat pasukannya, Tarik mengeluarkan pernyataan yang hingga kini diabadikan dalam buku-buku sejarah: “Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?” Mereka berseru, “Kami akan mengikutimu, Tarik.”

Seketika itu juga semangat pasukan Tarik membara dan maju untuk berperang berhadap-hadapan dengan pasukan Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar satu minggu tanpa henti sehingga berakhir dengan kekalahan pasukan Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli hingga 19 Juli 711 di Bulan Ramadhan 92 H. Menjelang berakhirnya Bulan Suci, tepatnya tanggal 28 Ramadhan, Roderic takluk.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan Roderic di Rio Barbate, Tarik kemudian membagi pasukannya menjadi 3 kesatuan pasukan untuk terus menyebar ke beberapa penjuru semenanjung. Tarik dan pasukan terus melanjutkan penaklukan ke Toledo yang menjadi pusat kerajaan Roderic. Sedangkan Mughith al-Rumi yang memimpin kavaleri pasukan Tarik, menuju Cordoba dengan membawa 700 pasukan berkuda.

Tarik kemudian menyusul ke Cordoba dan menulis surat ke Musa ibn Nusair mengenai keberhasilan penaklukan Andalusia. Musa memberitakan kemenangan itu kepada Kalifah Walid di Damaskus. Musa melukiskan suasana penaklukan tersebut tidak seperti penaklukan yang biasa, namun kemenangan itu sangat menakjubkan dan agung.

Setelah kemenangan pasukan Tarik yang di luar dugaan tersebut, Gubernur Musa ibn Nusair menyusulnya pada musim panas tahun 712 M dengan disertai 18 ribu pasukan untuk memperluas wilayah yang akan ditaklukkan. Pertemuan antara Tarik dan Musa terjadi di Talavera dekat Toledo.

Penaklukan selanjutnya diteruskan oleh pasukan Islam setelahnya. Wilayah yang ditaklukkan pasukan Islam hingag tahun 721 meliputi seluruh semenanjung Iberia dan sebagian wilayah Perancis bagian selatan. Hingga abad ke-10, wilayah kekuasaan Islam masih meliputi sekitar empat perlima semenanjung Iberia.

( tri/republika.co.id )

Phil Collins - Groovy Kind Of Love with lyrics

Selasa, November 13, 2012

Musa bin Nushair Sang Penakluk Maghrib dan Andalusia





Ikhwati fillah, dalam tulisan ini saya mengajak Anda untuk menyimak biografi singkat Al Imam Al Kabir, Musa bin Nushair Sang Penakluk Andalusia.
Pernahkah Anda mendengar tentangnya? Jika belum, marilah kita simak biografi singkatnya sebagai berikut.
Dialah Musa bin Nushair yang lahir tahun 19 H.Seorang panglima yang disegani, ahli siasat dan lelaki yang bertekad bulat. Beliaulah yang memimpin armada laut kaum muslimin di zaman Mu’awiyah tahun 27 H untuk menaklukkan Cyprus, dan setelah berhasil menguasainya, beliau membangun berbagai benteng pertahanan di dalamnya.
Al-Baghawi menceritakan bahwa Musa menjabat sebagai wali (gubernur) wilayah Afrika pada tahun 79 H, dan berhasil menaklukkan kota-kota dan daerah yang sangat banyak di sana. Beliau juga lah yang berhasil menaklukkan negeri Andalusia, sebuah negeri di wilayah Spanyol yang memiliki banyak kota, desa dan perkebunan. Seiring dengan masuknya Andalusia ke pangkuan Islam, beliau menawan sejumlah besar musuh dan mendapat ghanimah yang tak terhitung banyaknya, dari emas dan permata yang tak ternilai.
Adapun alat-alat, perkakas dan hewan ternak,sungguh di luar logika… demikian pula dengan anak-anak dan wanita cantik yang jatuh sebagai tawanan, demikian banyak jumlahnya. Belum pernah sejarah mencatat kaum muslimin mendapat tawanan yang demikian banyaknya.
Selain penakluk, Musa juga seorang da’i ulung.Berkat jasanyalah penduduk Maghrib (Afrika Utara) masuk Islam. Beliau juga mengajari mereka tentang Al Qur’an. Konon tiap kali pasukannya bergerak, mereka membawa ghanimah di atas punggung sapi, saking banyaknya dan tidak mampu lagi diangkat oleh kendaraan.
Selama penaklukannya, Musa tergolong panglima yang bernasib baik. Konon dikisahkan bahwa tatkala menaklukkan Andalusia, ada seseorang yang berkata kepadanya: “Utuslah sejumlah pasukan bersamaku, niscaya akan kutunjukkan kepadamu harta karun yang agung”. Maka Musa mengutus sejumlah pasukan bersama orang tersebut ke suatu tempat. Sesampainya di sana, orang itu memerintahkan mereka agar menggali, maka mereka pun menggali hingga menemukan sebuah ruangan besar yang berisi permata, yakut, zabarjud yang membuat mereka terbelalak. Adapun emas maka tak bisa lagi diceritakan banyaknya.
Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa ketika Musa berkunjung ke Damaskus, Umar bin Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang kejadian paling ajaib yang pernah dialaminya selama berperang di lautan. Maka Musa mengisahkan sebagai
berikut:
“Suatu ketika, kami sampai di sebuah pulau. Di sana kami mendapati ada 16 buah kendi yang disegel dan dicap oleh Sulaiman bin Dawud ‘alaihissalam. Maka kuperintahkan agar mengambil empat daripadanya dan melubangi salah satunya. Maka muncullah sosok syaithan yang menepuk-nepuk kepalanya seraya berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku takkan berbuat kerusakan lagi di muka bumi”, kemudian syaithan tadi melihat-lihat dan berkata: “Mengapa aku tidak mendapati kemegahan Sulaiman dan kerajaannya?” lalu sesaat kemudian menghilang. Maka kuperintahkan agar ketiga kendi sisanya dikembalikan ke tempat semula” lanjut Musa.
Selain seorang panglima hebat, Musa bin Nushair juga seorang yang shalih dan penuh tawakkal kepada Allah. Ketika Afrika mengalami paceklik, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan shalat istisqa’, yaitu pada tahun 93 H. Usai shalat, beliau keluar menemui orang-orang dan memisahkan antara yang muslim dan yang kafir dzimmi, demikian pula antara induk binatang dengan anaknya, lalu memerintahkan agar orang-orang meratap dan menangis keras, sembari ia terus berdoa kepada Allah hingga menjelang siang, baru kemudian turun dari mimbar, maka seseorang pun berkata: “Tidakkah engkau berdoa untuk Amirul Mukminin?”, maka jawab Musa: “Di tempat seperti ini, yang layak disebut hanyalah Allah ‘azzawajalla” maka Allah pun menurunkan hujan usai Musa mengucapkan kata-kata tersebut.
Di akhir pemerintahan Al Walid bin Abdil Malik,Musa berkunjung ke Damaskus, ibukota Daulah Bani Umayyah. Ia masuk ke sana pada hari Jum’at tatkala Walid sedang berkhutbah di atas mimbar. Saat itu Musa mengenakan pakaian yang indah dan tampil dengan sosok yang indah pula. Tatkala ia masuk mesjid, masuk pula bersamanya tiga puluh anak, putera para Raja yang berhasil ditawannya, beserta sejumlah orang Spanyol. Musa memakaikan mahkota di atas kepala mereka, yang diiringi dengan sejumlah dayang, khadam dan persiapan yang megah. Ketika Walid menyaksikan hal tersebut di tengah-tengah khutbahnya, ia pun diam tercengang, yaitu saat melihat pakaian sutera dan perhiasan permata yang dikenakan para putera Raja tersebut. Lalu datanglah Musa bin Nushair seraya mengucap salam kepada Walid,sedang ia tetap di atas mimbarnya. Lalu Musa memerintahkan mereka agar berdiri di kanan-kiri mimbar. Maka Walid pun menghaturkan puji syukur kepada Allah atas karunia dan pertolongan-Nya hingga memberinya kekuasaannya yang sedemikian luas. Ia berdoa dengan panjang diselangi puji syukur hingga waktu jum’at pun berlalu. Maka ia turun dari mimbar dan shalat bersama kaum muslimin.
Usai shalat, ia memanggil Musa bin Nushair dan memberinya penghargaan besar dan harta yang melimpah, demikian pula Musa, ia datang dengan membawa harta yang melimpah pula, yang diantaranya ialah meja makan Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihissalam. Konon di atas meja itulah Nabi Sulaiman makan. Ia terbuat dari campuran emas dan perak yang bertatahkan tiga lapis mutiara dan permata, sesuatu yang tak pernah dilihat sebelumnya. Musa mendapatkan meja tersebut di kota Toledo, sebuah kota tua di Andalusia Spanyol.
Konon dikisahkan bahwa Musa pernah mengutus anaknya yang bernama Marwan dengan sejumlah pasukan hingga mereka berhasil menawan seratus ribu orang, lalu mengutus keponakannya dengan sejumlah pasukan lain dan berhasil menawan seratus ribu orang lagi dari suku Bar Bar. Maka ketika ia menulis surat laporannya kepada Khalifah Walid dan menyebutkan di sana bahwa seperlima dari ghanimahnya ialah 40 ribu orang tawanan, orang-orang berkomentar: “Bodoh sekali dia, bagaimana mungkin seperlimanya adalah 40 ribu orang?” lalu omongan itupun sampai kepada Musa, maka ia mengirimkan 40 ribu orang tawanan yang merupakan seperlima dari seluruh tawanannya. Sungguh, belum pernah terdengar dalam sejarah Islam jumlah tawanan sebesar yang didapat Musa bin Nushair.
Selama penaklukan Andalusia, Musa banyak menyaksikan keajaiban. Ia mengatakan: “Andai saja orang-orang menurut kepadaku, niscaya akan kupimpin mereka untuk menaklukan kota Rumiya -yaitu kota terbesar di Eropa-hingga Allah menaklukkannya lewat tanganku insya Allah.
Dalam kunjungan lainnya kepada Khalifah Walid, Musa membawa bersamanya tiga puluh ribu orang tawanan, selain yang kita sebutkan tadi. Dan itu adalah ghanimah dari peperangan terakhirnya di wilayah Maghrib. Saat itu ia datang membawa harta, pusaka, mutiara dan permata yang tak terhingga dan tak terlukiskan.
Semenjak itu, Musa tetap tinggal di Damaskus hingga Walid wafat dan digantikan oleh Sulaiman bin Abdul Malik. Akan tetapi Sulaiman justeru mengkritik Musa dan memenjarakannya di Istana, sembari menuntut sejumlah besar harta darinya.
Musa tetap berada dalam tahanan Sulaiman hingga Sulaiman berangkat haji dengan orang-orang di tahun 98 H dan membawa Musa bersamanya. Maka Musa akhirnya wafat di Madinah, atau di Wadil Qura dalam usia mendekati 80 tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa ia wafat di tahun berikutnya, wallaahu a’lam. Semoga Allah merahmati dan memaafkannya dengan kasih sayang-Nya,Aamien.

Demikianlah ikhwati fillah, sekelumit tentang biografi Musa bin Nushair, Sang Penakluk Agung… semoga Allah memunculkan kembali orang-orang sepertinya dari generasi kita, dan mengembalikan kejayaan kaum muslimin di tangan mereka, Allahumma Aamien…

Diringkas Dari: Al-Bidayah wan Nihayah (9/194-197) – Ibnu Katsir Rahimahullah
Penulis: Abu Hudzaifah Al-Atsary As-Salafy, Lc.

Sumber: Assunnah-qatar.com
Publish ulang oleh KisahMuslim.com

Sejarah Hidup Rasulullah SAW

Kehidupan Bangsa Arab sebelum Kelahiran  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

1.      Kehidupan Agama
 
Pada awalnya, mayoritas Bangsa Arab mengikuti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yaitu ajaran tauhid untuk beribadah hanya kepada Allah Ta’ala.

Setelah berlalunya waktu yang panjang, mereka melalaikan hal tersebut, walaupun ada sisa-sisa peninggalan ajaran tauhid Nabi Ibrahin ‘alaihissalam.

Hingga suatu saat di Mekah tersebutlah seorang yang bernama Amr bin Luhay dari suku Khuza’ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya karena kedermawanan dan prilakunya yang baik. Suatu ketika, ia pergi ke Syam dan di sana melihat masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah. Ia menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan baik. Sekembalinya dari Syam, Amr pun membawa berhala yang bernama Hubal dan meletakkannya di ka’bah. Lalu dia mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan penduduk Syam.

Karena pengaruh kedudukannya, tak lama penduduk Mekah pun menjadi penyembahan berhala dan menjadi agama baru bagi mereka. Ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke wilayah Hijaz (Mekah dan sekitarnya) hingga menyebar luas meliputi Jazirah Arabi. Bahkan, di sekitar Ka’bah ada ratusan berhala yang disembah. Dari sanalah mulai lagi bermunculan berbagai  bentuk kesyirikan, bid’ah, dan khurafat di masyarakat Arab.

2.      Kehidupan Sosial
 
Struktur kehidupan sosial masyarakat Arab berkelas dan bersuku-suku. Adanya pemandangan yang sangat kontras antara kaum bangsawan dengan segala kemewahan dan kehormatannya dengan rakyat jelata dengan segala kekurangan dan kehinaan yang tak terperi.

Kehidupan antar suku pun penuh dengan persaingan yang sering mengakibatkan pertikaian dengan bumbu fanatisme kesukuan yang kental. Setiap anggota suku pasti membela orang yang satu suku dengannnya, tak peduli perbuatannya benar atau salah, sehingga terkenal ucapan di antara mereka,

أنصر أخاك ظالما أومظلوما

“Bantulah saudaramu, baik dia berbuat zalim atau dizalimi.”

Perlakuan terhadap wanita juga tak kalah zalimnya. Laki-laki dapat melakukan poligami tanpa batas, bahkan dapat menikahi dua bersaudara sekaligus. Demikian pula mereka dapat dapat menceraikannya sesuka. Sementara itu perzinahan merupakan masalah biasa. Bahkan ada suami yang memerintahkan istrinya tidur dengan laki-laki lain semata-mata ingin mendapatkan keturunan mulia dari lakilaki tersebut. Kelahiran anak perempuan menjadi aib yang berat mereka tanggung, bahkan dikenal di sebagian mereka istilah wa’dul banat  (mengubur anak wanita hidup-hidup).

Perjudian dan minuman keras juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di tengah masyarakat, bahkan menjadi sumber prestise tersendiri.
Kesimpulannya, kondisi sosial mereka sangatlah parah, sehingga kehidupan berlangsung tanpa aturan layaknya binatanag.

3.      Kondisi Ekonomi
 
Masyarakat Arab adalah masyarakat pedagang. Sebagian kecil penduduk pinggiran negeri, hidup secara bertani dan memelihara hewan ternak. Mereka belum mengenal dunia perindustrian. Hasil-hasil produksi biasanya mereka dapatkan dari Yaman atau Syam (Syam pada masa sekarang meliputi Palestina, Lebanon, Yordan, dan Suria).

Kemiskinan cukup mewarnai kehidupan masyarakat, meskipun ada sejumlah pedagang besar dan bangsawan.

4.      Akhlak terpuji
 
Betapapun demikian, bangsa Arab masih memiliki beberapa akhlak yang sangat terpuji, walau kadang ditampilkan dengan cara yang salah. Diantaranya adalah kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina, pemberani, lemah lembut suka menolong dan sederhana.

Kelahiran dan Masa Pertumbuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada hari senin pagi 9 Rabi’ul Awwal, tahun Gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M. (Banyak pendapat ulama tentang kapan waktu Nabi Muhammad dilahirkan. pen.)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dari suku Quraisy, yaitu suku yang paling terhormat dan terpandang di tengah masyarakat Arab pada waktu itu. Dari suku Quraisy tersebut, Beliau dari bani Hasyim, anak suku yang jug apaling terhormat di tengah suku Quraisy.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir dalam keadaan yatim. Karena bapaknya; Abdullah telah meninggal ketika ibunya; Aminah mengandungnya di usia dua bulan.

Setelah melahirkannya, sang ibu segera membawa bayi tersebut ke kakeknya  Abdul Mutthalib. Betapa gembiranya sang kakek mendengar berita kelahiran cucunya. Lalu dibawanya bayi tersebut ke dalam Ka’bah, dia berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Anak tersebut kemudian diberi nama ; nama yang belum dikenal masyarakat Arab waktu itu. Lalu pada hari ketujuh setelah kelahirannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan.

Kehidupan di Bani Sa’ad

Selain ibunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disusukan juga oleh Tsuwaibah; budak Abu Lahab. kemudian, -sebagaimana adat kebiasaan masyarakat perkotaan waktu itu- Ibunya mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya. maka terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin Bakar, yang kemudian lebih di kenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah.

Sesungguhya atas kehendak Allah jualah, hingga Halimah as-Sa’diyah menyusui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kecilnya. Sebab ketika pertama kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia terasa enggan menerimanya, karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam anak yatim yang tidak dapat diharapkan imbalan materi yang layak darinya. tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di perkampungan Bani Sa’ad.

Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui telah Allah persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan membawa jalan terangbagi umatnya yang beriman. maka wajar, setelah itu kehidupan Halimah as-Sa’diyah penuh dengan keberkahan.
Demikianlah, 5 tahun pertama kehidupan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia lalui di daerah perkampungan dengan kehidupan yang masih asri dan udara segar di lembah Bani Sa’ad. hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh bagi pertumbbuhan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik secara fisik maupun kejiwaan.

Peristiwa Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr)

Pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 5 tahun, dan saat beliau masih dalam perawatan Halimah as-Sa’diyah di perkampungan Bani Sa’ad terjadilah peristiwa besar yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr).

Suatu hari, ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri dan menyergapnya. Lalu dia dibaringkan, kemudian dadanya di belah, lalu hatinya di ambil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata: “Inilah bagian setan yang ada padamu.” Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air Zam-Zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.

Sementara itu, teman-teman sepermainannya melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah seraya berkata: “Muhammad dibunuh…Muhammad dibunuh. ”Maka mereka bergegas menghampiri tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semula, disana mereka mendapatkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan pucat pasi.

Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan Muhammad kecil shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya tak lama setelah itu, dia memutuskan untuk memulangkannya kepada ibunya di kota Mekkah. Maka berangkatlah Halimah ke Mekkah dan dengan berat hati dikembalikannya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunya.

Ditinggal Ibu Tercinta

Setelah beberapa lama tingal bersama ibunya, pada usia 6 tahun, sang ibu mengajaknya berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka keluar dari kota Mekkah,menempuh berjalan sepanjang 500 km, di temani ole dan di biayai oleh Abdul Mutthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.

Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya menderita sakit dan akhirnya meninggal di perkampungan Abwa’ yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah.

Di Bawah Asuhan Sang Kakek

Sang kakek; , sangat iba terhadap cucunya yang sudah menjadi yatim piatu diusianya yang masih dini. Maka dibawalah sang cucu ke rumahnya, diasuh dan dikasihi melebihi anak-anaknya sendiri.

Pada saat itu Abdul Muththalib memiliki tempat duduk khusus di bawah Ka’bah, tidak ada seorangpun yang berani duduk di atasnya, sekalipun anak-anaknya, mereka hanya berani duduk di sisinya. Namun Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam -yang saat itu masih anak-anak- justru bermain-main dan duduk di atasnya. Karuan saja paman-pamannya mengambil dan menariknya. Namun ketika sang kakek melihat hal tersebut, beliau malah melarang mereka seraya berkata, “Biarkan dia, demi Alah, anak ini punya kedudukan sendiri.”

Akhirnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam kembai duduk di majlisnya, diusapnya punggung cucunya tersebut dengan suka cita melihat apa yang mereka perbuat.

Tapi lagi-llagi kasih sayang sang kakek tal berlangsung lama di rasakan Muhammad kecil. Saat Rasullullah saw. berusia 8 tahun, kakeknya meninggal dunia di Mekkah. Namun sebelum wafat beliau berpesan agar cucunya tersebut dirawat oleh paman dari pihak bapakna; Abu Thalib.

Di Pangkuan Pamannya

Kini Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam asuhan pamannya yan juag sangat mencintainya. Abu Thalib merawatnya bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuliakan. Begitu seterusnya Abu Thalibb selalu di sisi Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, merawatnya, melindungi dan membelanya, bahkan hingga beliau di angkat menjadi Rasul. Hal tersebut berlangsung tidak kurang selama 40 tahun.

Bersama Pendeta Buhaira

Pada saat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushra yang waktu itu masuk wilayah negeri Syam, mereka disambut oleh seorang pendeta bernama Buhaira. Semua rombongan turun memenuhi jamuan Bahira kecuali Rasulullah sawa..

Pada pertemuan tersebut, Abu Thalib menceritakan perihal Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallamdan sifat-sifatnya kepada pendeta Buhaira. Setelah mendengar ceritanya, sang pendeta langsun memberitahukan bahwa anak tersebut akan menjadi pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-cirinya dari kitab-kitab dalam agamanya. Maka dia meminta Abu Thalib untuk tidak membawa anak tersebut ke negeri Syam, karena khawatir di sana orang-orang Yahudi akan mencelakainya.

Akhirnya Abu Thalib memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang kembali Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ke Mekkah.

Perang Fijar

Pada usia 15 tahun, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam iktu serta dalam perang Fijar yang terjadi antara suku Quraisy yang bersekutu dengan Bani Kinanah melawan suku Qais Ailan. Dan peperangan dimenangkan oleh suku Quraisy.

Pada peperangan tersebut, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam membantu paman-pamannya menyiapkan alat panah.

Hilful Fudhul

Setelah perang Fijar usai, diadakanlah perdamaian yang di kenal dengan istilah Hilful Fudhul, disepakati pada bulan Dzulqaidah yang termasuk bulan Haram, di rumah Abdullah bin Jud’an At-Taimi.
Semua kabilah dari suku Quraisy ikut dalam perjanjian tersebut. Di antara isinya adalah kesepakatan dan upaya untuk selalu membela siapa saja yang dizalimi dari penduduk Mekkah. Dan mereka akan menghukum orang yang berbuat zalim sampai dia mengembalikan hak-haknya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta menyaksikan perjanjian tersebut, bahkan setelah Beliau menjadi Rasul, Beliau masih mengingatnya dan memujinya, seraya berkata,

“Saya telah menyaksikan perjanjian damai di rumah Abdullah bin Jud’an yang lebih saya cinta dari unta merah[1]. Seandainya saya diundang lagi setelah masa Islam, niscaya saya akan memenuhinya.”

Ceramah Bugis No.18 Mempererat silaturahmi H. M. Nur Maulana

Sabtu, November 10, 2012

Fadhilah Surah Al-Baqarah

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam bersabda,
Maksudnya:
Janganlah kamu menjadikan rumah-rumah kamu seperti kubur (hanya untuk tidur sahaja). Sesungguhnya syaitan itu lari dari rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah di dalamnya.
(HR Imam Muslim).

Pengajaran Yang Boleh Diambil Dari Hadits:
1- Kelebihan membaca Al-Quran dan rumah yang tidak pernah dibaca Al-Quran di dalamnya adalah diumpamakan seperti kubur.
2- Kelebihan membaca surah Al-Baqaroh dan membacanya sambil mentadabbur (memerhati) dan mengambil contoh isi kandungannya akan dapat menjauhkan syaitan serta menjaga seseorang umat Islam dari godaan dan kesesatannya...

Syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqarah.

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahawa Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam telah bersabda,
Maksudnya:
“Semoga aku tidak mendapatkan salah seorang daripada kamu meletakkan salah satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menyanyi dan meninggalkan surah Al Baqaroh tanpa membacanya, sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqaroh. Sesungguhnya rumah yang paling kosong adalah rumah yang hampa dari kitab Allaah ( Al-Quran ) “
Hadits riwayat An-Nas-I dalam kitab Al-Yaum Wa Al Lailah

Abdullah bin Mas’ud mengatakan : Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surah Al baqaroh Iaitu Ayat;
- Surah Al baqaroh ayat 1-5
- Ayat kursi 255 dan 2 ayat berikutnya 256-257
- Surah Al Baqaroh ayat 284-286

Maka syaitan tidak akan masuk kerumahnya pada malam itu.

Dalam satu riwayat lain disebutkan bahawa dia dan keluarganya tidak akan di dekati syaitan, dan apa yang dibencinya ( binatang buas seumpamanya ). Dan tidaklah ayat ini jika bicakan kepada orang gila akan membuatkannya sadar.


Malaikat bersama dengan orang yang membaca surah Al baqaroh

Ini merupakan salah satu fadhilat dan kelebihan surah Al baqaroh kepada pembacanya. Al Bukhori meriwayatkan dari Al Laits, dari yazid bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Usaid bin Hudhair :
Maksudnya :
“Pada suatu malam dia membaca surah Al-Baqaroh sementara kudanya ditambat berhampiran dengannya. Tiba-tiba kudanya itu pun berputar-putar. Ketika Usaid berhenti membaca, kudanya itu pun kembali tenang. Kemudian Usaid membacanya kembali dan kudanya itu pun kembali bergerak dan berputar-putar. Tatkala dia berhenti membaca, kudanya kembali diam. Kemudian dia membacanya lagi, kudanya itu pun bergerak dan berputar-putar. Maka dia pun berhenti membacanya sedangkan puteranya Yahya berada berhampiran kuda tersebut. Oleh kerana berasa bimbang dan kasihan kuda itu akan memijak anaknya, dia pun mengambil anaknya seraya penglihatannya mengadap ke langit dan dia melihat satu bayangan putih ( berkelip-kelip ) sampai dia tidak melihatnya lagi.

Ketika pagi menjelang, dia pun menceritakan perihal tersebut kepada Rosuulullaahi shollallaahu a`laihi wasallam.

Rosuulullaah bersabda, Maksudnya:
“Wahai putera Hudhair, baca terus” Dia menjawab “ Ya Rosuulullaah, aku merasa bimbang kepada Yahya kerana dia berada dekat dengan kuda tersebut. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan melihat ke langit, tiba-tiba aku melihat seperti suatu bayangan yang mirip lampu-lampu. Setelah itu aku keluar rumah dan melihatnya sampai aku tidak melihatnya lagi.”

“Tahukah engkau apa itu “ Tanya Rosuulullaah. “ Tidak “ Jawabnya.

Beliau pun bersabda: “ Itulah malaikat yang mendekatimu untuk mendengar suara bacaanmu. Seandainya kamu terus membacanya (sampai pagi ), nescaya pagi ini manusia akan dapat melihatnya tanpa terhalang...

Imam Al-Baihaqi dari Imam Shalshal berkata: “Barangsiapa membaca Surah Baqaroh maka dipakaikan kepadanya mahkota disyurga.”

Imam Ibnu Zanjawai dari Imam Wahab ibn Munabih menyatakan: “Barangsiapa membaca Surah Baqaroh dan Ali Imran pada malam Jumaat maka baginya nur cahaya membentang antara Arsy dan dasar bumi.”

UNTUK PERLINDUNGAN DARI SEGALA KEJAHATAN:

· Abu Mas’ud Albadri r.a. berkata bahawa Nabi Muhammad shollallaahu a`laihi wasallam, bersabda;

“Barangsiapa membaca dua ayat dari surah Al-Baqaroh, maka cukuplah baginya (dari hal-hal yang membencikan. Dan menurut sebahagian pendapat :sama dengan bersembahyang malam).”
(Riwayat Bukhori & Muslim)

UNTUK MEMOHON AGAR DIKABULKAN DOA:

Ibnu Abbas r.a. bercerita: Pada suatu ketika Malaikat Jibrail berada disisi Nabi Muhammad shollallaahu a`laihi wasallam, tiba-tiba terdengar suara dari atas, maka ia mengangkat kepalanya dan berkata: “Ini sebuah pintu dilangit, pada hari ini dibuka dan turun seorang malaikat memberi salam dan berkata:

“(Bergembiralah dengan dua cahaya penerangan yang diberikan oleh Allaah subhaanahu wa ta`ala. kepadamu, dan belum pernah diberikan kepada seseorang Nabi sebelum kamu Iaitu: FATIHUL KITAB dan Akhir SURAH AL-BAQAROH. Tiada engkau membaca suatu huruf daripadanya melainkan pasti permintaanmu diberi).”
(Riwayat Muslim)

KEUTAMAAN DUA AYAT AKHIR DARI SURAH AL-BAQAROH:
(Maksudnya) “Rosul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allaah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya, Mereka berkata: “Kami tidak membeza-bezakan antara seseorang dari Rosul-rosul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami Patuh dan Tho`at; Ampunilah kami ya Tuhan kami... dan kepada Engkaulah tempat kami kembali....”

Allaah subhaanahu wa ta`ala, tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat Pahala dari kebajikan yang diusahakannya, dan mendapat Siksa dari kejahatan yang dikerjakannya, Mereka berdoa:
“Ya Tuhan kami... Jangan Engkau Bebankan orang-orang yang sebelum kami...
Ya Tuhan kami... Janganlah Engkau Pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya... Maafkanlah kami..., Ampunilah kami... dan Rohmatilah kami..., Engkaulah penolong kami, Tolonglah kami atas orang-orang kafir.”
(Surah Al Baqaroh: 285-286)

WALLAAHUA`LAM...BISSHOWAB...Yang baik semuanya Untuk Allaah... dan mana ada kesalahan dan kesilapan pada tulisan itu adalah dari Sifat Kelemahan saya sendiri sebagai Makhluk-NYA.... Hanya Kepada-NYAlah akan saya memohon Keampunan dengan sepenuhnya.. Insya Allaah... aamiin...

sumber: Ustaz Musa Ali, www.unic77.tk

Al Qur'an vs Injil (Dr. William Campbell & Dr. Zakir Naik) Full Video

Sabtu, September 15, 2012

Orangtua Bercerai Anak Stroke


Intisari-Online.com - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pria-pria yang memiliki orangtua yang bercerai sebelum mereka berusia 18 tahun, tiga kali lebih mudah terserang stroke saat dewasa dibandingkan pria-pria dengan orangtua yang tidak bercerai. Tapi, hal ini tidak berlaku bagi para wanita.


Temuan ini diperoleh bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dianggap mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke seperti kebiasaan merokok, olahraga, obesitas, konsumsi alkohol, serta jangkauan terhadap layanan kesehatan. Calon responden tidak akan dilibatkan dalam penelitian jika mereka mengalami pelecehan saat kecil atau jika orang tua mereka memiliki ketergantungan terhadap alkohol dan narkoba.

Sebelum mengambil langkah lebih lanjut, perlu ditekankan bahwa penelitian ini hanya menemukan asosiasi, bukan hubungan sebab-akibat. Selain itu, para peneliti juga masih perlu mengikuti perkembangan anak dengan orangtua yang bercerai dari waktu ke waktu untuk mengonfirmasi temuan.

Oleh karenanya, temuan ini belum terlalu jelas menunjukan bahwa perceraian dapat meningkatkan risiko stroke pada pria. Meski demikian, menurut Esme Fuller-Thomson dari University of Toronto, salah seorang peneliti, sangat mungkin sekali hal ini terjadi karena perceraian mengubah cara anak bereaksi terhadap stres.
Temuan yang dipublikasikan dalam International Journal of Stroke ini diperoleh dari informasi 9.900 pria dan wanita di Amerika Serikat yang menyelesaikan survei nasional pada tahun 2010. Dari 4.047 pria yang disurvei, 165 melaporkan telah menderita stroke.

Sebuah hasil penelitian yang sesuai dengan sebuah penelitian sebelumnya yang dilakukan tahun lalu oleh peneliti yang sama. Saat itu ditemukan bahwa anak-anak di Kanada yang memiliki orangtua yang bercerai dua kali lebih rentan terkena risiko di kemudian hari dibandingkan anak-anak yang orangtuanya tidak bercerai. (MyHealtNewsDaily)

sumber: www.intisari-online.com

Kamis, Agustus 23, 2012

Main ke Dufan

Minggu 19 Agustus 2012 bertepatan dgn 1 syawal 1533 H alias hari lebaran, nanda Rifqi ama mama dan papa jalan2 ke dunia fantasi ancol. Sebelumnya Rifqi sempat ketemu dgn nanda Farah atau sehari-hari dipanggil Zizi, anaknya om Musa yg lagi main ke jakarta.  Ananda zizi sehari-harinya tinggal di batam dan sekarang udah bersekolah di taman kanak-kanak di batam.
Karena ananda zizi udah punya agenda sendiri bersama nenek, tante dan sepupu-sepupunya, jadi ananda rifqi langsung ke ancol.