Jumat, Mei 04, 2012

Timur Leng Sang Penakluk Dunia



Adalah seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Dialah Timur Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan “Tamerlane”, sang penakluk dunia. Selain Jengis Jhan, dialah satu-satunya penakluk yang mampu menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari Pantai pasifik di Timur hingga ke pinggir Sungai Don di Barat. Penaklukan dahsyat yang ia lakukan berhasil melumpuhkan dua Raja besar pada zamannya, Sultan Turki, Bayazid Yiddrim, dan Kaisar Mongol, Toktamish. Yang juga adalah cucu Jengis Khan.

Menurut para sejarawan, prestasi Timur Leng jauh lebih unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini yang tidak pernah menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia, sementara Timur berhadapan dengan pasukan yang sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish.

Kurang lebih 550 tahun silam, adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan dirinya sebagi penguasa dunia, tulis sejarawan terkemuka Inggris Harorld Lamb dalam bukunya, Tamerlane Sang Pengguncang dunia. Segala sesuatu yang diusahakan selalu berhasil, sehingga orang menyebutnya sebagai “Tamerlane” sang penakluk dunia.

Ia dilahirkan pada 8 April 1336 M/25 Sya’ban 736 H di kota Hijau. Ia adalah anak Taragai, kepala suku Barlas di Uzbekistan, Asia tengah sekarang. Taragai, sang ayah kabarnya masih keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jengis Khan. Tapi Timur Leng, sering disebut sebagai keturunan Jengis Khan. Belakangan ia masuk Islam dan berpaham Syiah. Ada yang bilang ia menganut tarekat Naqsyabandiyah.

Di masa kecil ia tidak punya apa-apa, kecuali seekor lembu. Tapi yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan waktunya bersama-sama orang suci. Ayahandanyalah yang mengajarkan Islam kepada anaknya ini. Suatu hari ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak lebih baik ketimbang sebuah Jambangan bunga emas yang penuh berisi Kalajengking dan Naga.” Itulah pandangan hidup ayahandanya tentang dunia, yang terpatri kuat dalam sanubari Timur Leng.

Sejak kecil ia sudah menampakkan watak sebagai orang besar. Ia sangat tidak menyukai perbuatan-perbuatan bodoh. Itu sebabnya selama hidupnya ia tidak pernah punya waktu untuk bergurau. Meski sebagai lelaki ia sangat kaku, tapi ia sangat pemberani dan cerdas. Barangkali itu pula sebabnya ia berhasil mengawini gadis cantik bernama Alji Khatun Agha.

Ketika usianya baru 12 tahun, ia sudah terlibat dalam sejumlah peperangan. Ketika ayahandanya meninggal, ia bergabung dengan pasukan Amir Qaghazan, sampai Gubernur Tansoxiana itu meninggal. Suatu ketika pasukan Tughluk Timur khan menyerbu dan Timur Leng menghadangnya. Ia bertempur dengan gagah berani, sehingga mengundang simpati Tughluk, musuhnya. karena itu, ia direkrut Tughluk sebagai komandan pasukannya. Namun belakangan memberontak setelah Tughluk mengangkat anaknya, Ilyas Khoja, sebagai Gubernur Samarkand, sementara ia hanya sebagai pejabat biasa.

Tak lama kemudian ia bergabung dengan Amir Husain, cucu Qaghazan. Dengan mengendarai kuda perkasa yang gagah berani ia menyerang Tughluk dan Ilyas Khoja. Keduanya tewas, sementara pasukan Tughluk tunggang langgang melarikan diri. Setelah berhasil memenangkan perang, pada 10 April 1370 para Ulama mengangkat Timur Leng sebagai komandan bangsa Tartar. “Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di muka bumi seharusnya juga hanya ada satu Raja,” kata Timur Leng seusai dilantik.

Di awal karirnya sebagai komandan tentara tartar, ia berhasil merebut kota Hijau dengan taktik tipu muslihat. Mula-mula ia menyusupkan pasukan kecil disekeliling kota. Setelah mengusai medan, mereka menebang dahan-dahan pohon di pinggir-pinggir jalan dan membakarnya. Karuan saja, dalam waktu singkat hal itu menimbulkan kobaran api dan tebaran abu yang luas. Melihat itu Jenderal Jat yang menjaga kota Hijau mengira, mereka diserang oleh pasukan yang berkekuatan sangat besar. Mereka ketakutan dan akhirnya menyerah.

Pada saat yang bersamaan, pasukan Timur Leng, menyusup ke perkemahan tentara kota Hijau yang dipimpin oleh Bikijuk. Mereka menyalakan api besar disekeliling kemah. Melihat api berkobar dimana-mana, musuh pun ketakutan, hingga mereka melarikan diri sebelum fajar menyingsing. Pada saat itulah sebagian pasukan Timur Leng menyerang dari belakang.

Setelah itu Timur Leng juga berhasil merebut Heart, sebuah kota penting yang dihuni seperempat juta orang yang memiliki beberapa lembaga pendidikan. Ketika itu ancaman terbesar bagi bangsa Tatar adalah orang-orang Mongol yang terkenal dengan sebutan “Gerombolan Emas”. Gerombolan ini dipimpin oleh anak cucu Jengis Khan yang ketika itu tengah berada di puncak kejayaan. Mereka berkeliaran disepanjang dataran Siberia yang berbatasan dengan padang Tundra yang luas di utara.

Terkadang mereka turun mengganggu sampai ke wilayah-wilayah kekuasaan bangsa tartar. Orang-orang mongol termasuk sangat lihai menunggang kuda dengan kecepatan luar biasa. Gerombolan ini dipimpin oleh Toktamish, pengeran berhati jahat yang pernah minta perlindungan kepada Timur Leng, dan meninggalkan Urus Khan, pimpinan bangsa Mongolia. Saat itu Toktamish mengincar kekuasaan Tartar.

Suatu hari di musim dingin, bersama sebuah pasukan besar. Toktamish menyusup ke sekitar sungai Syr Darya, tapi penyusupan itu diketahui oleh intelejen Timur Leng. Para penasehatnya menyarankan agar Timur Leng menunggu sampai pasukannya yang saat itu tersebar berkumpul kembali. Tapi Timur Leng menolak. Ia pergi sendiri memimpin pasukan yang terdiri dari resimen-resimen kecil.

Dengan mengendarai kuda, di bawah hujan dan salju, pasukannya menyerang pos-pos luar gerombolan Toktamish dan merangsek masuk ke perkemahan mereka. Manuver yang taktis ini membuat pasukan Toktamish mundur tergesa-gesa. Timur Leng memang lebih yakin dengan taktik menyerang ketimbang bertahan. Karena itu ia memutuskan menyerang gerombolan emas tersebut.

Tak lama kemudian bersama pasukan besarnya, ia melaju munuju Rusia melalui padang rumput Sitepa. Inilah sebuah petualangan antara hidup dan mati, menempuh perjalanan 1.800 mil dalam waktu 18 minggu, lambat laun pasukannya kehabisan tenaga karena kekurangan perbekalan. Sementara pasukan Toktamish terus menghindar dan bergerak jauh ke utara, masuk ke dalam rimba yang dingin. Namun mereka tercengang menyaksikan betapa pasukan Timur Leng yang gigih terus bergerak ditengah semakin menipisnya perbekalan dan dilanda kelelahan.

Suatu pagi, Timur Leng membagi pasukannya dalam tujuh divisi yang dipimpin oleh anak-anaknya sendiri, didampingi beberapa jenderal yang berpengalaman. Ia sendiri memimpin divisi sentral bersama para veteran perang, dan jenderal-jenderalnya. Serangan pertama dilancarkan, dipimpin oleh komandan bernama Syaifuddin. Sementara divisi sentral diperintahkannya terus maju dibawah pimpinan putranya sendiri, Miran Shah.

Pasukan ini menggempur habis-habisan pasukan Toktamish, dan Toktamish lari tunggang langgang, Timur Leng terus mengejar Gerombolan Emas yang meninggalkan barang rampasan cukup banyak. Beberapa hari kemudian Timur Leng menggempur Serai dan Astara Khan di kawasan sungai Volga. Dan akhirnya terbayarlah dendamnya terhadap Toktamish yang pernah membakar kota Bukhara.

Timur Leng kemudian merangsek disepanjang sungai Don dan akhirnya menginjakkan kakinya di Moskwa tanpa hambatan. Para bangsawan dari kekaisaran Rusia lari tunggang langgang. Tak lama kemudian Timur Leng pulang, tanpa sempat masuk ke kota Moskwa. Dalam perjalanan pulang, ia menggempur benteng batu yang disebut Takrit milik bangsa Georgia di Rusia bagian selatan yang suka berperang. Pasukan Timur Leng berusaha menaklukkan benteng Takrit dengan memanjat tali, akhirnya benteng yang dibangun di atas puncak bukit karang itu bisa dikuasai.

Sasaran selanjutnya adalah Persia. Ia tiba di Persia pada tahun 1386 M dengan sejumlah besar prajurit. Ia sempat menyelesaikan pertikaian antara para pangeran Kesultanan Persia yang dipimpin oleh Sultan Muzaffar. Suatu ketika Sultan Mansur, salah seorang putra mahkota, membunuh beberapa orang kepala suku Tartar, mendorong pasukan Tartar merebut Isfahan. Semua putra mahkota menyerah, kecuali Mansur, yang melarikan diri ke pegunungan. Tak beberapa lama kemudian, Ziraz pun ditalukkan. Disini ia bertemu dengan Hafizd, penyair Persia yang sangat terkenal.
 
Selama musim semi tahun 1399, Timur Leng menyerbu India melalui Khayber Pass. Ia hanya menghadapi perlawanan kecil, pasukannya terus merangsek ke Delhi tanpa kesulitan. Selesai dengan urusan di India, ia pulang dengan membawa pasukan gajah dan 200 orang tukang batu untuk membangun fondasi masjid Samarkand. Tak lama kemudian Timur Leng merebut Bagdad dengan kekerasan.
 

Setelah itu ia mulai mengincar kekaisaran Turki. Mula-mula ia menulis surat kepada kaisar Turki, Bayazid Yildrim, minta agar Kaisar tidak membantu Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari Bagdad. Bayazid membalas surat itu dengan kalimat-kalimat yang bernada sombong dan tidak sopan. Karuan saja Timur Leng berang. Tapi ia tidak segera menyerang Bayazid, karena menyadari dikelilingi oleh banyak musuh dari segenap penjuru. Ia bertekad menghancurkan mereka satu persatu. Mula-mula ia bergerak menuju Syria, menaklukkan suku Turkoman di selatan Rusia. Setelah itu ia melumpuhkan Sultan Mamluk dari Mesir dekat Allepo, kemudian bergerak ke Damaskus.

Pasukan Timur Leng bahkan mengejar pasukan Mesir sampai keluar Palestina. Divisi yang lain bergerak menuju Bagdad. Dalam waktu hanya 14 bulan, ia telah melancarkan dua perang besar, beberapa perang kecil , dan merebut hampir selusin kota yang dibentengi tembok batu yang kokoh. Ia berhasil menghancurkan sekutu Bayazid. Merasa terancam oleh agresi Timur Leng pada awal 1402, Bayazid mengerahkan kekuatan sebanyak 200.000 prajurit.

Sebelum menyerang Bayazid yang berkuasa di Turki, Timur Leng mempelajari geografi daerah-daerah yang akan diserangnya. Ternyata daerah itu tidak cocok untuk pasukan kavaleri. Ia lalu bergerak ke selatan dan terus maju menyisir sepanjang lembah sungai Halys. Disana ia mengatur dua siasat. Melepas kuda sambil menunggu untuk menyerang, atau maju terus menjelajah. Timur Leng memilih taktik kedua: memaksa pasukan Turki menunggu sedemikian rupa agar senantiasa mengikuti gerak-geriknya.

Tentara Turki yang kebanyakan pasukan Invanteri itu cepat merasa lelah. Bayazid pun mengikuti perjalanan Timur Leng, berjalan cepat selama seminggu, sehingga lelah, haus dan lapar. Akhirnya Timur Leng menduduki pangkalan utama pasukan Bayazid yang menyimpan persediaan makanan dan minuman. Maka buru-buru Bayazid menyerang, sementara pasukan Tartar yang tangguh bertahan sekuat tenaga, dan akhirnya Bayazid pun menyerah.

Sultan Turki, Bayazid itu pun di bawa kehadapan Timur Leng yang menerimanya dengan penuh hormat, mendudukkannya di sampingnya. Istri dan jubahnya dikembalikan kepada Bayazid. Selepas menaklukkan Bayazid, Timur Leng bergerak menuju Smima, sebuah kota kecil yang dikenal sebagai gerbang masuk ke Eropa. Tak tahan menghadapi pasukan Timur Leng, pasukan Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari Bagdad menyingkir ke Arabia dan Mesir. Belakangan Sultan Mamluk dari Mesir dan beberapa Raja dan kaisar dari Eropa buru-buru menyatakan tunduk dan setia. Mereka bersedia membayar upeti tahunan.

Kini Timur Leng bertekad mewujudkan ambisinya yang terakhir: menaklukkan Cina, dengan menaklukkan negeri ini, ia menganggap dirinya sebagai penakluk terbesar yang mampu menundukkan kekuatan paling besar di dunia. “Kita telah menaklukkan seluruh daratan Asia kecuali Cina. Anda semua menjadi sahabatku dalam peperangan dan tak pernah gagal merebut kemenangan. Untuk merebut Cina, tak begitu banyak kekuatan yang kita butuhkan,” kata Timur Leng kepada Dewan Putra Mahkota.

Dengan membawa seperempat juta prajurit, ia menyerbu Cina. Saat itu kebetulan musim dingin sedang mencapai puncaknya. Meski demikian. Ia maju terus. Pasukan Tartar itu tiba di Ortar dengan selamat untuk beristirahat selama musim dingin yang menggigit. Sesudah musim dingin reda, ia akan melanjutkan penyerbuan. Tapi sayang pada bulan Maret 1405, ia meninggal dunia. Penyerbuan ke Cina pun urung. Dan pasukan Taratr pun dengan serta merta menyerah kepada Kaisar Cina.

Begitu pemimpin besar Tartar itu wafat, terjadilah perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya: Muhammad Jehanekir dan Khalil. Setelah bertempur hebat Khalil menang. Namun tidak beberapa lama ia dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syekh Rukh (1405-1447). Syekh Rukh dan anaknya Ulugh Bey (1447-1449), memerintah negeri Tartar dengan cukup bijak. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama kemudian, pada tahun 1469 kekuasaan keluarga Timur Leng itupun ambruk.

Timur Leng sesungguhnya bukan hanya seorang Kaisar penakluk kawasan yang luas di Asia dan Eropa, melainkan juga seorang pemimpin yang cinta ilmu, seni dan kebudayaan. Ia menyemarakkan kota asalnya, Samarkand dengan Istana, gedung dan Taman-Taman yang megah dan indah, dengan jalan-jalan yang lebar. Ia juga membangun sebuah masjid raya hanya dalam waktu sebulan sebagai pusat ilmu dan kebudayaan. Ia pun mengembangkan gaya arsitektur baru dengan selera tinggi.

Ketika itu, bisnis dan perdagangan juga berkembang pesat. Samarkand dan Tabriz menjelma menjadi pusat perdagangan besar di dunia Timur. Rute perdagangan antar benua yang telah diblokir selama ratusan tahun dibuka kembali. Timur Leng juga mengentaskan orang-orang miskin. Ia mendirikan rumah-rumah sederhana untuk menampung orang-orang cacat dan lemah. Wilayah kekuasaannya juga dibersihkan dari perampok dan pencuri. Para Hakim dan Komandan tentara bertanggung jawab terhadap keamanan di daerah masing-masing.

Meski dikenal sebagai pemimpin besar, Timur Leng adalah orang yang sangat sederhana, dan suka berterus terang. Ia sangat tidak menyukai sikap sombong, kebiasaan pesta pora. Ia tidak pernah memakai gelar kebesaran sebagai Kaisar. Dalam surat menyurat, ia lebih suka menggunakan kalimat seperti, “Saya, Timur, Pengabdi Allah, menyatakan.
 
sumber: http://zilzaal.blogspot.com

Rabu, Mei 02, 2012

Taubatnya Malik bin Dinar

Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.
Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala -lah yang membuatnya melakukan hal tersebut. 

Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal. 

Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi. 

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!” 

Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!” 

Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!” 

Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!” 

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia. 

Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16

Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.” 

Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.” 

Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia Rohimahullah berkata: 

Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
…..
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi’in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.” 

Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.” 

Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim. 

Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas.
(Misanul I’tidal, III/426).  

sumber: http://darisrajih.wordpress.com

Bang Jampang van Sukarela Strasse

Dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari ini Rabu 2 Mei 2012, sekolah Rifqi mengadakan perayaan dengan pemakaian busana adat daerah dan dilanjutkan dengan karnaval keliling sekitar sekolahan. 
Pada kesempatan ini, ananda Rifqi mengenakan pakaian adat betawi berupa jas tutup, sarung batik dan blankon batik. Keren deh pokoke...