Selasa, Februari 24, 2015

Cerita dan Inspirasi Tahajjud


dakwatuna.com – Subhanallah, Allah swt menyifati hamba-Nya yang mendapat kemuliaan-Nya, seperti firman-Nya dalam surah Al Furqan (25) : 63-64 “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, ‘Salam’. Dan orang–orang yang menghabiskan malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri“.

Dr.Aidh Al Qarni dalam bukunya “Al Quran Berjalan“ antara lain menulis “Salah satu rahasia kemenangan dan kesuksesan Rasulullah SAW adalah karena beliau menjadikan ibadah dan ketaatan kepada Allah sebagai bekal perjuangan. Allah memerintahkan beliau untuk menjadi ahli ibadah agar beliau memikul beban dan tugas risalah-Nya yang maha berat itu“.


Semua Nabi dan Rasul serta manusia pasti mempunyai masalah. Bahkan makin dekat kedudukan hamba di sisi-Nya makin berat ujiannya. Tapi Allah Maha Bijaksana. Dia menciptakan shalat malam sebagai senjata ajaib yang teramat ampuh untuk melihat dan mencari solusi semua persoalan dan permasalahan hidup, antara lain seperti firman-Nya “Fiihaa yufraqu kullu amrin hakiim“ (Ad-Dukhan : 4) “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah“.

Allah swt menyatakan perintah (dalam hal ini anjuran) shalat di tengah malam, jika ingin memperoleh “bonus“ dari-Nya berupa keistimewaan yang tak diberikan selain kepada mereka yang menghidupkan malamnya dengan ibadah dan dzikir. Fudhail bin Iyadh berkata “Di antara akhlak para nabi dan orang–orang bersih yang menjadi pilihan yang suci di hati mereka, maka manusia ada tiga macam : lemah lembut, suka bertobat dan menunaikan shalat dari sebagian waktu malam untuk qiyamul lail“. Rasulullah SAW bersabda “Ketahuilah bahwa mukmin yang paling  mulia adalah yang paling bisa memanfaatkan  sebagian malam harinya untuk melakukan Qiyamul Lail“.

Orang yang dimuliakan Allah swt, di dunia saja mereka akan selalu mendapat perhatian dan pertolongan Allah dalam semua situasi. Kelebihan ini tanpa diminta atau diharapkan pasti akan muncul dengan sendirinya, sebagai anugerah Allah atas seseorang yang istiqamah bangun di tengah malam, melakukan ibadah, berdzikir dan berdo’a yang jarang sekali dilakukan oleh kebanyakan orang.


Dalam sebuah riwayat hadis disebutkan : Dari Sahal bin Sa’ad ra berkata “Rasulullah SAW bersabda ‘Jibril telah datang kepadaku, seraya berkata : ‘Wahai Muhammad, hiduplah engkau semaumu, namun sadarilah bahwa engkau pasti mati !. Cintailah orang yang engkau mau, namun ketahuilah engkau pasti berpisah dengannya. Kerjakanlah apa yang engkau mau, namun ketahuilah bahwa engkau akan dibalas atas segala perbuatanmu itu. Ketahuilah sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin adalah karena ibadahnya yang ia lakukan di malam hari, dan keagungannya adalah tidak butuhnya ia kepada orang lain“ (HR.Thabrani). Dalam kaitan itu maka Zamaakashari rahimahullah berpendapat “Kehormatan seorang mukmin adalah berdirinya di malam hari “.

Diantara contohnya. Tatkala  pasukan nabi Daud AS yang jumlahnya  dan persenjataannya sangat tidak seimbang   menghadapi kekuatan dahsyat  pasukan Jalut, nabi Daud berdo’a “Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kesabaran dan menangkanlah kami atas orang-orang kafir“. Setelah membaca do’a itu, Allah swt langsung memberi pertolongan dengan menurunkan pasukan malaikat, sehingga pasuka Daud as yang hanya berjumlah sekitar 300 orang itu dapat memukul mundur pasukan Jalut yang berjumlah besar. Bahkan nabi Daud as sendiri dapat membunuh Jalut dengan ‘pelantingnya‘. Nabi Daud as dan pasukannya mendapat kemenangan bukan karena persenjataan lahir yang hebat tetapi keyakinannya terhadap kekuatan senjata bathin  yaitu do’a kepada Allah swt. Nabi Daud as dan umatnya, dikenal istiqamah melaksanakan Qiyamul Lail.

Ali bin Abi Thalib ra berkata “Saya melihat kami semua pada malam perang Badar, semua tertidur, kecuali Rasulullah SAW yang berada dibawah pohon dalam keadaan shalat dan menangis sampai tiba waktu subuh“ (HR.Ahmad – Nasai – Ibnu Huzaimah). Ibnu Mas’ud salah seorang ‘ ajudan ‘ Nabi SAW berkata “ Kami tak pernah mendengar satu rintihan pun yang demikian memilukan oleh seseorang, kecuali rintihan Rasulullah Muhammad SAW kepada Allah pada hari perang Badar. Sambil menangis beliau berdo’a ‘Ya Allah aku menyenandungkan apa yang Engkau janjikan kepadaku“ (HR.Ath-Thabrani). Do’a Rasulullah SAW langsung diijabah oleh Allah swt.  Maka Allah pun menurunkan ayat ke 9 dari surah Al Anfal “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut“. Allah benar-benar menepati janji-Nya itu dengan kemenangan yang gilang gemilang berkat pertolongan-Nya melalui balatentara malaikat.

Shalat tahajjud memberikan gelar kepada seseorang di alam malakut tertinggi, jika ia senantiasa menjaga untuk melakukannya. Adapun gelar yang diberikan itu adalah “Al Mutahajjid“, yaitu orang yang senantiasa mendirikan shalat tahajjud. Mereka yang mendapat gelar ini, atas perintah Allah para malaikat akan menolongnya di dalam banyak masalah sulit yang dihadapinya. Simak antara lain dalam surah Fushilat (41) : 30) “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah ‘kemudian istiqamah, maka malaikat–malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata)’ Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu “.

Rasulullah SAW bersabda “Ketika Allah mengumpulkan manusia pertama sampai terakhir, akan datang seorang yang menyeru dengan suara yang dapat didengar segala khalayak. ‘Seluruh yang berkumpul hari ini akan mengetahui, siapa yang paling pantas mendapat kemuliaan‘. Kemudian penyeru itu kembali berseru, ‘Berdirilah wahai orang-orang yang dahulu‘ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya‘. Ternyata jumlah mereka sedikit sekali (Wa qaliilum min ‘ibadiyasysyakur)”.

Seorang ulama teman Al Junaid, tidak lama setelah Al Junaid wafat bertemu dalam mimpi “Apa yang dilakukan Allah kepadamu ?“. Al Junaid  menjawab “Telah hancur tulangku, telah lenyap ilmuku, sedikitpun tak bisa menolongku, kecuali hanya beberapa rakaat yang pernah kukerjakan di tengah malam “.

sumber : http://www.dakwatuna.com/2015/02/23/64396/cerita-dan-inspirasi-tahajjud/

Selasa, Februari 17, 2015

Kapan Mengucapkan "Subhanallah" dan "Masya Allah"


Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah "Subhanallah" sering tertukar dengan ungkapan "Masya Allah". Ucapkan "Masya Allah" kalau kita merasa kagum. Ucapkan "Subhanallah" jika melihat keburukan!

SELAMA ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah).

Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “hal itu terjadi atas kehendak Allah”

Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).

Ucapan Masya Allah

Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.

Ungkapan Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “Maasya Allah laa quwwata illa billah” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).

Ucapan Subhanallah

Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: "Allah Mahasuci dari keburukan tersebut".

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Saw berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Saw. Beliau bersabd :‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasululla , aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Saw bersabda:Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis” (HR. Tirmizi). 

“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim.

Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya:

“Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik." (QS. 40-41).

“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: ”Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikatitu menjawab: “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”. (QS. Saba’: 40-41).

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau (dari menciptakan hal yang sia-sia), maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran:109).


Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan.

Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Swt Mahasuci dari semua keburukan tersebut. Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah-indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta'ala.

Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebalinya? 

Insya Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya Allah. Wallahu a’lam bish-shawabi.*
sumber : http://inilahrisalahislam.blogspot.com/2013/09/salah-kaprah-dalam-mengucapkan.html

Rabu, Februari 04, 2015

Kisah Empat Nabi Yang Masih Hidup Sampai Sekarang


1. Kisah Nabi Isa Alaihissalam
 
Al-Qur’an menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang... bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka :

“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa’ : 157)

Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158) (Khotib)


2. Kisah Nabi Khidir Alaihissalam
 
Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”, malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.

Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.

Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.

“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.

Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.

Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.

Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.

“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”

Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.

Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.

Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.

(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”

Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.

·         Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
·         Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri. Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258. (Salafy Tobat)

3. Kisah Nabi Idris Alaihissalam

Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.

Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.

Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.

Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.

Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.

Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.

Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”, kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”, dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”,
dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”, kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya. (Blog Anak Indonesia Timur).

4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam
 
Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.

Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.

“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.
 
sumber: http://tezaraulia.blogspot.com/2012/12

Nabi Khidir AS



Al-Khiḍir adalah seorang nabi misterius yang dituturkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82.Selain kisah tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.
Dalam bukunya yang berjudul “Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel, Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris, Ilyas, dan Isa. Khidir abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. 


Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidir. Beberapa orang mengatakan Khidir adalah gelarnya; yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan, nama kecilnya adalah Balya. Ia mendapat julukan tersebut (Khidir)-berasal dari kata Khudrun artinya hijau- kerena di mana pun ia pernah duduk atau menginjakkan kaki, selalu tumbuh rumput hijau karena tanahnya menjadi subur. Nabi Khidir sendiri merupakan anak seorang raja yang kemudian diasingkan di daerah terpencil bersama ibunya. Setelah dewasa Nabi khidir mengikuti sayembara penulisan suhuf-suhuf firman Allah yang diadakan oleh sang raja (ayahnya) dan berhasil memenangkan sayembara tersebut. Kekaguman sang raja akan keelokan tulisan Nabi Khidir membuat sang raja menelisik asal-usul Nabi Khidir. Setelah diketahui asal-usulnya khidir yang tak lain merupakan putranya sendiri, sang raja berkenan Nabi Khidir agar tetap tinggal di istana untuk meneruskan tahtanya tetapi Nabi Khidir menolaknya dan memilih pulang ke kampung halaman, tinggal bersama ibunya.

Hal yang paling melekat dengan Nabi Khidir adalah lautan (air) dan keunikan ajarannya. Terkadang Nabi Khidir dijuluki “nabi air”, sebab para pencarinya menemukan atau bertemu dengan di air meski ini tidak selamanya. Sedangkan keunikan, keganjilan cara penyampaian bahkan isinya menjadi ciri khas Nabi Khidir. Sehingga Nabi Khidir dijuluki guru hikmah.Nabi Khidir sendiri dianugerahi ilmu laduni; ilmu yang bersifat langsung dari Allah (QS. 18: 65).Tak pelak, hal inilah yang menjadikan Khidir sebagai ikon guru ruhani dalam tradisi spiritual Islam.

Semasa pemerintah Iskandar Agung, Nabi Khidir diangkat menjadi wazir utama.Konon, Raja Zulkarnain didatangi malaikat, raja menggunakan kesempatan pertemuan tersebut untuk bertanya perihal tentang jalan yang bisa ditempuh manusia supaya tidak mati hingga hari kiamat datang.Malaikat menceritakan bahwa ada ma’ul hayat (air kehidupan). Siapa saja yang dapat meminumnya walaupun sedikit, dia tidak akan mati, kecuali nanti waktu sangkakala ditiup. Raja kesengsem dengan jawaban malaikat. Malaikat pun menceritakan bahwa air tersebut berada di daerah kutub, sangat samar, hampir dikatakan gelap.

Raja bersama rombongan, tak terkecuali Nabi Khidir, berusaha mencari air kehidupan tersebut.Sayangnya, setelah lama mencarinya tidak kunjung pula air tersebut ditemukan.Hanya Nabi Khidir-lah yang menemukan air tersebut kemudian meminumnya.Itulah mengapa Nabi Khidir tetap hidup hingga saat ini.

Kedatangan dan pertemuan dengan Nabi Khidir memang tidak bisa dijadwalkan.Ia datang tak diundang, pergi pun sesuka hatinya. Dia hadir jika ada yang membutuhkan dengan niat tulus dan terkadang kedatangannya untuk menyadarkan orang yang didatangi.Seperti yang dialami oleh raja besar di Balkha.Raja ini merupakan raja yang kaya banyak pengawalnya. Suatu malam sang raja dikejutkan oleh suara di atas atap rumah. Ketika ditanya orang yang berada di atas itu menjawab bahwa dia sedang mencari untanya yang hilang. Seketika sang raja mengatakan aneh, sebab mencari unta di atas atap. Tetapi laki-laki itu malah menjawab kelakuan sang raja lebih aneh lagi sebab mencari ridho Allah kok berbalut dengan kemewahan.

Begitu pula saat sang raja mengadakan sidang bersama punggawanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki tanpa permisi. Ketika ditanya apa keperluannya, sang laki-laki itu mengatakan bahwa istana ini hanya peristirahatan para kafilah. Tentu saja sang raja marah sebab istana disebut sebagai tempat peristirahatan. 

“Ini bukan persinggahan para kafilah yang kelelahan. Ini adalah istanaku, “ bentak sang raja merasa terhina.
“Istanamu?Sebelum engkau, siapa yang menempatinya?”
“Bapakku”
“Sebelum bapakmu, siapa yang punya?”
“Kakekku”
“Sebelum kakekmu?”
“Bapak dari kakekku.”
“Sekarang mereka berada di mana?”
“Mereka sudah meninggal dunia”
“Berarti tepat benar: tempat ini adalah persinggahan sementara saja. Nanti sebentar lagi engkau juga akan meninggalkannya.”
Kemudian orang itu hilang. Ternyata orang itu tidak lain adalah Nabi Khidir yang datang memberi nasehat agar menyadari bahwa kehidupan dunia itu fana belaka, bukan tujuan utama setiap manusia beriman.

Genealogi

Menurut sebuah situs web, Khidr adalah sepupuDzul Qarnain dari pihak ibu. Menurut Ibnu Abbas, Khidr adalah seorang anak cucu Nabi Adam yang taat beribadah kepada Allah dan ditangguhkan ajalnya. Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya keturunan bangsa Parsi.
Kemudian Mahmud al-Alusi menambahkan bahwa ia tidak membenarkan semua pendapat mengenai riwayat asal-usul Nabi Khidr, tetapi An-Nawawi mengatakan bahwa ia adalah seorang putra raja. 

Teguran Allah kepada Musa

Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan(jama’ al bahrain) dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu.Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.

Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh.Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air.Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut.Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.

Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,

Nabi Musa berkata kepada Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)

Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa,

“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)

Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut.Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.

Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir.Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.

Persyaratan belajar

Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan?Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.”Khidir bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?”Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan.”

Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”

Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)


Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)

Perjalanan Khidir dan Musa

Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahawa baginda tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan Nabi Khidir itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa terperanjat.
Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama.Nabi Musa tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir.Nabi Khidir memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidir.
Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya.Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan.Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar.Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu.Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut.Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka.Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir.

Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya.Kejadian pertama adalah Nabi Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.

Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur.Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.

Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya. Dipercaya tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki.

Akhirnya Nabi Musa as.sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ilmu ladunni.Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.

Saat mereka di dalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di ujung perahu itu.Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung ini.”

Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa: “Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan.Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu.Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran.”

Hikmah kisah Khidir

Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil pelajaran penting.Di antaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang manusia pun yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih)

Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami.Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya.Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru.Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.


      sumber : http://tezaraulia.blogspot.com/2012/12/nabi-khidir-as.html#more

Nabi Jirjis AS

Diceritakan dari Ibn ‘ Abbas bahwa Allah menugaskan Jirjis sebagai nabi-Nya dan mengirimkan dia ke raja dari Syria yang dikenal sebagai Kooraazaanaa dan para penyembah berhala. Jirjis berkata kepada raja itu, “wahai raja, terimalah ajaran ku. Hal yang engkau lakukan tak pantas dilakukan, menyembah apapun atau siapapun selain Allah. Dan engkau juga meminta sesuatu kepada selain Tuhan yang satu, Allah Yang Maha Kuasa.”

Raja bertanya, “dari mana kamu berasal?” Dan dia menjawab “aku dari Roma (Byzantine) dan tinggal di Palestine”. Kemudian raja membentak, “kamu ditangkap!!!” Dia (Jirjis) beserta tubuh sucinya dihanguskan dengan sebatang besi panas, itu seakan mengoyak dagingnya, kemudian cuka dituangkan ke tubuhnya itu dan tubuhnya diberi pakaian yang sangat kasar. Kemudian sang raja memerintahkan untuk men-cap tubuhnya dengan halang besi pijar.

Ketika kekuatan hidup dia sudah berkurang dengan semua penyiksaan itu, sebuah palu besi besar disiapkan dan dipukulkan palu itu ke kepala sucinya hingga keluarlah sedikit otak beliau. Dipenjara ini ada sebuah pilar besi yang mana diperlukan 18 orang untuk mengangkatnya. Pilar besi itulah yang digunakan untuk memukul perut sucinya.

Ketika malam menyingsing dan semua orang kembali kerumah mereka. Para tawanan lain memandang kepada tubuh Jirjis yang lemah dan hampir mati dengan rasa haru. Lalu mereka melihat seorang malaikat datang kepada Jirjis dan berkata, “wahai Jirjis! Tuhanmu meminta kamu sabar dan bahagia serta tidak takut karena Dia selalu bersamamu dan sungguh akan mengeluarkanmu dari semua cobaan ini. Mereka boleh saja menyiksamu empat kali, tapi aku
(malaikat) akan melenyapkan rasa sakitmu atas izin Allah.”

Keesokan harinya, para penindas itu membawanya keluar penjara untuk dicambuk. Dia dipukul tak terhitung banyaknya pada perut dan punggungnya. Lalu dia dimasukkan lagi ke dalam penjara. Sang raja killer itu lalu memerintahkan para hakimnya untuk mengumpulkan semua ahli sihir dikotanya. Salah satu dari ahli sihir itu yang sangat hebat mencoba menyihir Jirjis, tapi sayang tak ada satupun sihir yang mampu menyentuh Jirjis. Akhirnya, raja memberi makan racun penyihir kepada Jirjis. Ketika nabi ingin memakannya, dia mengucapkan, “Bismillah...”, seketika racun itu serasa makanan lezat bagi Jirjis, subhanallah!

Seorang ahli sihir terkejut dan kemudian berkata, “aku telah memberikan racun ini sebelumnya kepada makhluk hidup apapun, dan dipastikan dia akan buta dan mati seketika. Tubuh mereka akan hancur tak beraturan. Jadi, wahai Jirjis! Kamu memang cahaya dari sang Penerang sebenarnya dan kau menjadi penerang dalam kegelapan dunia yang penuh kejahilan. Aku bersaksi bahwa Tuhanmu adalah satu-satunya Tuhan yang benar dan berhala itu salah. Aku percaya kepada Tuhanmu dan para nabiNya yang benar, aku menyesali dosa-dosa ku yang lalu”. Raja yang mendengar itu marah, dan membunuh ahli sihir yang tobat itu.

Kemudian, karena saking kesalnya, raja memerintahkan memotong tubuh Jirjis dan memasukkannya dalam sumur. Setelah itu sang raja berpesta pora dan minum-minum. Saat itu Allah memerintahkan awan hitam menyelimuti kota itu. Kilat mulai menyambar. Gunung dan bumi mulai bergetar dan orang-orang itu takut akan kematian yang siap menjemput mereka. Allah memerintahkan Mikail untuk pergi ke sumur itu. Kemudian malaikat menyuruh mayat Jirjis bangun, maka bangunlah Jirjis atas izin Allah.

Kemudian Jirjis diperintahkan kembali kepada sang raja untuk SEKALI LAGI memberitakan kebenaran (Allah Maha Penyayang). Kemudian Jirjis mendatangi raja, dan mengajak nya kembali kepada kebenaran. Seketika itu, sang panglima perang raja bertobat diikuti empat ribu orang lain yang memeluk Islam. Apakah raja juga bertobat? Ternyata tidak, sang raja semakin beringas dan memerintahkan tentaranya yang tetap bebal untuk membantai mereka yang tobat itu semua. Kemudian menyiksa Jirjis dengan sekeras-keras siksaan. Tapi Jirjis tidak mati dan tetap hidup. Karena Allah telah memerintahkan Mikail untuk terus memberi nyawa kepada Jirjis.

Lagi-lagi, nabi Jirjis mendekati raja dan mengajarkan kebenaran kepada raja dalam pertemuan bersama para hakim raja. Seorang rekan raja berkata, “kami punya empat belas mimbar dan satu baki besar terbuat dari kayu berbagai pohon. Beberapa dari pohon yang berbuah dan beberapa lagi yang tidak”. Kemudian dia meminta Jirjis agar mendoakan mimbar dan baki agar menjadi pohon seperti aslinya kembali, agar dia bisa memercayai Jirjis. Kemudian Jirjis berdoa, seketika apa yang diminta rekan raja itu terwujud.

Lagi-lagi raja marah kepada Jirjis dan sama sekali tidak memercayainya. Raja menganggap semua keajaiban Jirjis adalah sihir belaka. Raja memerintahkan untuk merebus tubuh Jirjis. Akhirnya direbus lah Jirjis. Seketika bumi menjadi gelap, Allah mengirimkan Israfil untuk bersuara dengan perkikan dahsyat diantara mereka. Kemudian Israfil berkata, “wahai Jirjis bangunlah atas perintah Tuhanmu!”. Bangunlah Jirjis dan KEMBALI mencoba menyadarkan sang raja beserta anak buahnya.

Seorang wanita mendekat dan berkata, “wahai Jirjis kekasih Allah! Aku punya seekor sapi, susunya bisa diperah. Tapi dia sudah mati dan aku memintamu agar mendoakan dia supaya kembali hidup”. Kemudian Jirjis meminta mayat sapi itu untuk diletakkan didepannya. Jirjis berkata, “wahai sapi! aku memintamu hidup kembali atas izin Allah!”. Sapi itu hidup, wanita itupun memeluk Islam. Sang raja laknatullah itupun berkata, “kalau aku biarkan tukang sihir itu hidup, dia bisa menghancurkan kerajaan ku”.

Lalu raja memerintahkan sekelompok tentara untuk mengusir Jirjis dan memenggal Jirjis. Sesaat sebelum Jirjis di seret, kesabaran Jirjis telah habis sebagai manusia biasa, dan dia berdoa, “ya Allah! jika Engkau telah menakdirkan untuk memusnahkan raja dan tentaranya, maka hancurkanlah ya Allah! dan ampunilah dosa ku, karuniai aku dengan kesabaran. Doa kepada Mu lah yang membuat ku sabar dan toleran kepada mereka”.

Lalu sekelompok tentara ini menyeret Jirjis keluar kota dan menyembelihnya. Maka matilah Jirjis dengan sempurna. Penyembelihan Jirjis berlangsung hanya beberapa menit, kemudian sekelompok tentara ini kembali menuju istana raja, tetapi mereka mendapati bahwa istana beserta raja dan tentara yang lain telah hancur dan binasa.

sumber : http://tezaraulia.blogspot.com/2012/12/nabi-jirjis-as.html#more