Sekarang bulan Dzulhijjah. Jika bulan ini disebut, maka dalam pikiran
kita spontan teringat pada dua hal: pertama, tiap minggu kondangan
karena banyak yang menikah, dan kedua, nyate bareng sama
tetangga sehabis motong kambing kurban. Padahal, bulan Dzulhijjah lebih
dari itu. Secara khusus Rasulullah saw. menyebut keutamaan bulan ini,
terutama untuk 10 hari pertama di awal bulan.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak
ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah
daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.”
Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad
fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah,
kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian
tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak
ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat
kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka
perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Karena
itu, jika kita ingin menjadi orang yang dicintai Allah swt., jangan
sia-siakan kesempatan ini untuk taqarrub kepada Allah swt. dengan
banyak-banyak melakukan ibadah. Setidaknya ada delapan ibadah yang bisa
kita lakukan, yaitu:
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah amal yang paling utama di bulan Dzulhijjah. Tidak ada haji
selain di bulan Dzulhijjah. Ganjaran bagi orang yang melaksanakan ibadah
ini sangat besar di sisi Allah swt. Kata Nabi saw., “Dari umrah ke
umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan
haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.”
2.
Berpuasa selama 10 hari di hari-hari pertama bulan Dzulhijjah, atau
pada sebagiannya, atau paling tidak sehari di hari Arafah. Puasa
juga amalan utama. Allah swt. memilih puasa sebagai amalan hambaNya
untuk diriNya sehingga Dia sendiri yang menentukan pahalanya. Hal ini
termaktub dalam sebuah hadist Qudsi. “Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya semata-mata karena Aku.”
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah
seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti
menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh
puluh tahun”. (Hadits muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Qatadah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”. (HR. Muslim)
3.
Bertakbir dan berdzikir. Perbanyaklah takbir dan dzikir di 10 hari
pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana yang diperintahkan Allah swt., “…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan….”
[QS. Al-Hajj (20): 28]. Begitulah para ahli tafsir menafsirkannya frase
“pada hari-hari yang ditentukan” dengan “sepuluh hari dari bulan Dzul
Hijjah”. Karena itu, para ulama menganjurkan kepada kita untuk
memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut. Apalagi ada hadits dari
Ibnu Umar r.a. yang menguatkan. Bunyinya, “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan tahmid”. (HR. Ahmad)
Imam
Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar
pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu
orang-orang pun mengikuti takbirnya.
Diriwayatkan bahwa para tabiin pada hari-hari itu mengucapkan, “Allahu akbar, allahu akbar, laa ilaha ilallah, walllahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.”
Artinya, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah (sembahan)
selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya
bagi Allah.”
Dianjurkan mengeraskan suara saat bertakbir baik ketika di masjid, rumah, pasar, atau di jalan. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS. Al-Baqarah (2): 185]
Perbanyak
taubat dan meninggalkan segala bentuk maksiat dan dosa. Maksiat adalah
penyebab jauhnya hamba dari Allah swt. Sedangkan ketaatan adalah pintu
mendapat cinta dan kasih sayang Allah swt. Dan Allah swt. lebih cinta
kepada seorang hamba melebihi cinta sang hamba kepada Allah swt. Bahkan,
Allah swt. cemburu jika hambanya berbuat maksiat. Dari Abu Hurairah
r.a., bahwa Nabi swt. bersabda, “Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan
kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang
diharamkan Allah terhadapnya.” (Hadits muttafaq ‘alaihi)
4.
Perbanyaklah amal shalih. Bukan hanya amal-amal yang fardhu saja.
Sebab, Allah swt. suka dan mencintai seorang hamba yang mendekatkan diri
kepadanya dengan melakukan nawafil, amalan sunah. Kita bisa
memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, berjihad, membaca Al-Qur’an, dan
melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Kita sangat berharap semua amalan
itu bisa mendatangkan banyak pahala. Tapi, kita lebih berharap lagi
mendapat cintai dan ridha Allah swt.
5. Disyariatkan pula kita melakukan takbir muthlaq –yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied– dan takbir muqayyad
–yaitu takbir yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang
dilaksanakan dengan berjama’ah. Bagi kita yanga sedang tidak berhaji,
takbir dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung
hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
6. Berkurban. Bisa
kita lakukan pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq. Ibadah ini
adalah sunnah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw. mengukuhkannya
menjadi syariat bagi kita. Sabda Nabi, “Berkurban dengan menyembelih
dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang
menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta
meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. (Hadits muttafaq ‘alaihi).
7.
Dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang
hendak berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu
Salamah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Jika kamu melihat hilal
bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka
hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” Dalam riwayat lain, “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban.”
Hal ini untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah, “Dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan.”
[QS. Al-Baqarah (2): 196]. Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya
dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan
anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban.
8.
Melaksanakan shalat Iedul Adha dan mendengarkan khutbahnya.
Bahkan, anak-anak dan wanita-wanita yang sedang haidh pun diperintahkan
Nabi saw. untuk hadir bersama jama’ah shalat ied di tanah lapang untuk
mendengarkan khutbah.
oleh : Mochamad Bugi
sumber : http://www.dakwatuna.com/