Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat,
berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan
memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat
melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia
tidak menghargaiku karena kebejatanku.
Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari,
aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah
dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat
mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan
di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku. Pernah
suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun
mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah
mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan
Allah Subhanahu wa Ta’ala -lah yang membuatnya melakukan hal
tersebut.
Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan
di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat
sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat
itulah Fathimah meninggal.
Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari
sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang
mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku
menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga
datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan
mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan
sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang
malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar
di alam mimpi.
Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap,
lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia
berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok.
Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru
memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku
melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena
sangat ketakutan. Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku:
“Mari menghadap al-Jabbar!”
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan
tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat
besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka
mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati
seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah
aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak
mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular
tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada
dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular
untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan
cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki
tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong
dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku
seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu
melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut
mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan
mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat
anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak: “Wahai
Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”
Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun
berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia
tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun
memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan
kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia
duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.
Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah, “belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah.” (Qs. Al-Hadid:16)
Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang
ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah
membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau
tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok
bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal
shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena
kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu.
Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak
mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat
kepadamu.”
Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku
dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan
ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia Rohimahullah berkata:
Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat
yang sama:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
…..
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang
beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi’in, dan
termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan
berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui
penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara
keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni sorga dan jangan
jadikan aku termasuk penghuni neraka.”
Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal
pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para
hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang
yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan
diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu
senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman
kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka
Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan
dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku
kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan
mendatanginya dengan berlari kecil.”
Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak
selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang zhalim.
Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya
yang luas.
(Misanul I’tidal, III/426).
(Misanul I’tidal, III/426).
sumber: http://darisrajih.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar