Al-Khiḍir adalah seorang nabi misterius yang dituturkan
oleh Allah dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82.Selain kisah
tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi
Musa asal usul dan kisah lainnya
tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.
Dalam bukunya yang berjudul “Mystical Dimensions
of Islam”, oleh penulis Annemarie
Schimmel, Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah
Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya
adalah Idris, Ilyas, dan Isa. Khidir abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan.
Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa
bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidir. Beberapa orang mengatakan Khidir adalah gelarnya; yang
lainnya menganggapnya sebagai nama julukan, nama kecilnya adalah Balya. Ia
mendapat julukan tersebut (Khidir)-berasal dari kata Khudrun artinya
hijau- kerena di mana pun ia pernah duduk atau menginjakkan kaki, selalu tumbuh
rumput hijau karena tanahnya menjadi subur. Nabi Khidir sendiri merupakan anak
seorang raja yang kemudian diasingkan di daerah terpencil bersama ibunya.
Setelah dewasa Nabi khidir mengikuti sayembara penulisan suhuf-suhuf
firman Allah yang diadakan oleh sang raja (ayahnya) dan berhasil memenangkan
sayembara tersebut. Kekaguman sang raja akan keelokan tulisan Nabi Khidir
membuat sang raja menelisik asal-usul Nabi Khidir. Setelah diketahui
asal-usulnya khidir yang tak lain merupakan putranya sendiri, sang raja
berkenan Nabi Khidir agar tetap tinggal di istana untuk meneruskan tahtanya
tetapi Nabi Khidir menolaknya dan memilih pulang ke kampung halaman, tinggal
bersama ibunya.
Hal yang paling melekat dengan Nabi
Khidir adalah lautan (air) dan keunikan ajarannya. Terkadang Nabi Khidir
dijuluki “nabi air”, sebab para pencarinya menemukan atau bertemu dengan di air
meski ini tidak selamanya. Sedangkan keunikan, keganjilan cara penyampaian
bahkan isinya menjadi ciri khas Nabi Khidir. Sehingga Nabi Khidir dijuluki guru
hikmah.Nabi Khidir sendiri dianugerahi ilmu laduni; ilmu yang bersifat
langsung dari Allah (QS. 18: 65).Tak pelak, hal inilah yang menjadikan Khidir
sebagai ikon guru ruhani dalam tradisi spiritual Islam.
Semasa pemerintah Iskandar Agung,
Nabi Khidir diangkat menjadi wazir utama.Konon, Raja Zulkarnain didatangi
malaikat, raja menggunakan kesempatan pertemuan tersebut untuk bertanya perihal
tentang jalan yang bisa ditempuh manusia supaya tidak mati hingga hari kiamat
datang.Malaikat menceritakan bahwa ada ma’ul hayat (air kehidupan).
Siapa saja yang dapat meminumnya walaupun sedikit, dia tidak akan mati, kecuali
nanti waktu sangkakala ditiup. Raja kesengsem dengan jawaban malaikat. Malaikat
pun menceritakan bahwa air tersebut berada di daerah kutub, sangat samar,
hampir dikatakan gelap.
Raja bersama rombongan, tak
terkecuali Nabi Khidir, berusaha mencari air kehidupan tersebut.Sayangnya,
setelah lama mencarinya tidak kunjung pula air tersebut ditemukan.Hanya Nabi
Khidir-lah yang menemukan air tersebut kemudian meminumnya.Itulah mengapa Nabi
Khidir tetap hidup hingga saat ini.
Kedatangan dan pertemuan dengan Nabi
Khidir memang tidak bisa dijadwalkan.Ia datang tak diundang, pergi pun sesuka
hatinya. Dia hadir jika ada yang membutuhkan dengan niat tulus dan terkadang
kedatangannya untuk menyadarkan orang yang didatangi.Seperti yang dialami oleh
raja besar di Balkha.Raja ini merupakan raja yang kaya banyak pengawalnya. Suatu
malam sang raja dikejutkan oleh suara di atas atap rumah. Ketika ditanya orang
yang berada di atas itu menjawab bahwa dia sedang mencari untanya yang hilang.
Seketika sang raja mengatakan aneh, sebab mencari unta di atas atap. Tetapi
laki-laki itu malah menjawab kelakuan sang raja lebih aneh lagi sebab mencari
ridho Allah kok berbalut dengan kemewahan.
Begitu pula saat sang raja
mengadakan sidang bersama punggawanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki tanpa
permisi. Ketika ditanya apa keperluannya, sang laki-laki itu mengatakan bahwa
istana ini hanya peristirahatan para kafilah. Tentu saja sang raja marah sebab
istana disebut sebagai tempat peristirahatan.
“Ini bukan persinggahan para kafilah
yang kelelahan. Ini adalah istanaku, “ bentak sang raja merasa terhina.
“Istanamu?Sebelum engkau, siapa yang
menempatinya?”
“Bapakku”
“Sebelum bapakmu, siapa yang punya?”
“Kakekku”
“Sebelum kakekmu?”
“Bapak dari kakekku.”
“Sekarang mereka berada di mana?”
“Mereka sudah meninggal dunia”
“Berarti tepat benar: tempat ini adalah
persinggahan sementara saja. Nanti sebentar lagi engkau juga akan
meninggalkannya.”
Kemudian orang itu hilang. Ternyata
orang itu tidak lain adalah Nabi Khidir yang datang memberi nasehat agar
menyadari bahwa kehidupan dunia itu fana belaka, bukan tujuan utama setiap
manusia beriman.
Genealogi
Menurut sebuah situs web, Khidr adalah sepupuDzul
Qarnain dari pihak ibu. Menurut Ibnu Abbas, Khidr adalah seorang anak
cucu Nabi Adam yang taat beribadah kepada Allah dan ditangguhkan ajalnya.
Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya
keturunan bangsa Parsi.
Kemudian Mahmud
al-Alusi menambahkan bahwa ia tidak membenarkan semua pendapat mengenai riwayat
asal-usul Nabi Khidr, tetapi An-Nawawi mengatakan bahwa ia adalah
seorang putra raja.
Teguran
Allah kepada Musa
Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur'an dalam Surah
Al-Kahf ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin
Ka'ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya
pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya,
“Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan
firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan
dua lautan(jama’ al bahrain) dan dia lebih berilmu daripada kamu.”
Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah
aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan
sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku
itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri
Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu.Di
samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah
tersebut.
Musa kemudiannya menunaikan perintah Allah itu
dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang
juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin
Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk
beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh.Ikan yang
mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh
ke dalam air.Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke
laut.Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan
yang telah mati itu.
Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh
menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa
untuk menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan
siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,
“
|
Nabi Musa berkata kepada Yusya` “Bawalah ke mari
makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini.” (Surah Al-Kahfi : 62)
|
Ibn `Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak
merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah
supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi
Musa,
“
|
“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang)
ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali
syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat
aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)
|
Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka
sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya
tersebut.Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut
yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat
bertemunya dua buah lautan.
“
|
Musa berkata, “Itulah tempat yang kita
cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah
Al-Kahfi : 64)
|
Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan
Musa dengan Khidir.Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan
Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain
mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma
dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga
yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama
Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk
Aqabah di Laut Merah.
Persyaratan
belajar
Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka
melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun
mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana
datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai
kesejahteraan?Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.”Khidir bertanya
lagi, “Musa dari Bani
Isra’il?”Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat
mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan.”
Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) “Wahai
Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu
wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak
kuketahuinya.”
“
|
Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati
diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam
sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)
|
”
|
“
|
Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika
kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun
sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)
|
Perjalanan
Khidir dan Musa
Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidir dan
terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahawa
baginda tidak akan bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir.
Setiap tindakan Nabi Khidir itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa
terperanjat.
Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidir
menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama.Nabi Musa tidak
kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidir.Nabi Khidir
memperingatkan janji Nabi Musa, dan akhirnya Nabi Musa meminta maaf karena
kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap
tindakan Nabi Khidir.
Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan,
Nabi Khidir membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan
kawan-kawannnya.Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut
membuat Nabi Musa tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidir.
Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan
terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh
Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak
mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.
Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga
sampai disuatu wilayah perumahan.Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan
kepada penduduk sekitar.Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak
mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa merasa kesal terhadap
penduduk itu.Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi
Musa untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah
tersebut.Nabi Musa tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi
Khidir ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi
mereka.Akhirnya Nabi Khidir menegaskan pada Nabi Musa bahwa beliau tidak dapat
menerima Nabi Musa untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak
diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidir.
Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa beliau
melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya.Kejadian pertama adalah Nabi
Khidir menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki
oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka
merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa
beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang
beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya
menjadi orang yang sesat dan kufur.Kematian anak ini digantikan dengan anak
yang shalih dan lebih mengasihi kedua
bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan
bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota
tersebut. Didalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk
mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan
seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan
bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu
yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak
beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta
ayahnya. Dipercaya tempat tersebut berada di negeri Antakya, Turki.
Akhirnya Nabi Musa as.sadar hikmah dari setiap
perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa
dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang
hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat
dituntut atau dipelajari yaitu ilmu ladunni.Ilmu ini diberikan oleh
Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.Nabi Khidir yang bertindak
sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh
Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.
Saat mereka di dalam perahu yang ditumpangi,
datanglah seekor burung lalu hinggap di ujung
perahu itu.Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata,
“Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan
pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung
ini.”
Sebelum berpisah, Khidir berpesan kepada Musa:
“Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa.
Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan.Janganlah pula
apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah
dilakukan itu.Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu
`Imran.”
Hikmah
kisah Khidir
Dari kisah Khidir ini kita dapat mengambil pelajaran
penting.Di antaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah SWT, tidak ada seorang
manusia pun yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang
lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah SWT
yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu
ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih)
Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan
tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang
dialami.Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan
gurunya.Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal
hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru.Kisah
Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang
sangat istimewa kepada guru.
sumber : http://tezaraulia.blogspot.com/2012/12/nabi-khidir-as.html#more
Tidak ada komentar:
Posting Komentar