Bahwa
di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman untuk
membacakan surat fatihah dan dihadiahkan kepada arwah muslimin. Ini beliau
lakukan setiap jum'at
Di
tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya
ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam
sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap.
Para
santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha
mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul
kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya
sambil menanyakan kejadian yang dialaminya.Kemudian
diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya:
"Tadi
waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa
menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan
kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas
singgasana mahligai kerajaannya.
Dihadapannya
membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya.
Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya.
Sejurus
kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku:
"Siapa orang yang kau bawa itu?".
Para
pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja".
Lalu
raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan
geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak
berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu
katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum ?!", dia
berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan.
Segera
aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak,
apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah."
Raja
jin menjawab :"Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga
banyak!".
Lalu
dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong,
itu fitnah semata!".
Para
saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung
tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada
ditongkatmu?".
Aku
menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh".
Raja
jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu
tidak tahu ular itu anakku!".
Dikala
itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit
terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya.
Raja
jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia
ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera
memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!".
Setelah
jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan
dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul
seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali
jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya
menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa
jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh
muridnya?".
Raja
jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan
memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari
hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk
menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni
dosanya".
Setelah
selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan
diantarkan ketempat semula tadi".
Kisah
ini menjadi i'tibar bahwa manfaat karomah dan barokahnya seorang sang
guru akan menolong hidup sang murid itu. Maka jangan sekali-kali kita
melupakan dan meremehkan seorang guru apalagi sampai mencaci maki, akan
terputus semua berkah ilmu dan umur yang kita terima dari Allah SWT.
Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, " Siapa saja yang mencintai Allah
SWT maka dia harus mencintai Rasulullah SAW, siapa saja yang mencintai
Rasulullah SAW maka dia harus mencintai gurunya".
Wallohu a'lam
sumber : http://yesmuslim.blogspot.com/2015/11/kisah-murid-syeh-abdul-qodir-al-jaelani.html
Kisah Syaikh Abdul Qadir Jailani menghidupkan orang mati di depan
pendeta nasrani sehingga pendeta ini masuk Islam, karena terbukti bahwa
Nabi Muhammad lebih agung dari Nabi yang diutus kepada Kaum Nasrani.
Seorang Wali Allah dalam ummat Nabi Muhammad SAW saja bisa melakukan apa
yang dilakukan Nabi Isa AS, meskipun derajat Kenabian lebih tinggi dari
derajat Wali.
Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu
kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan
mencintainya. Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir
Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Karena tawasul
adalah salah satu Sunnah nabi SAW sebagaimana Nabi Adam bertawasul
dengan Nabi Muhammad.
Kelahirannya Syaikh
Abdul Qadir adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir pada tahun
490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir
nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al
Jiliy.
Pendidikannya Pada usia yang masih muda beliau telah
merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau
belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath,
Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu
menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para
ulama.
Dakwahnya Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang
diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung,
melintasi hutan, gurun pasir, sungai, menjumpai umat mendakwahkan
kalimat Tauhid. Dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak
karamah-karamah (kemulian yang luar biasa) yang diceritakan dalam kitab
manaqib yang ditulis oleh murid murid beliau yang terpercaya.
Suatu
ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun Madrasah kecil di sebuah
daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya
kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25
tahun tsb). Beliau mengelola Madrasah ini dengan sungguh-sungguh.
Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada
di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak
sudah orang yang bertaubat melaui nasihat beliau. Banyak orang yang
bersimpati kepada beliau, lalu datang ke Madrasah beliau. Sehingga
Madrasah ini tidak muat menampung semuanya. Maka diadakan perluasan.
Imam
Adz Dzahabi ketika menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut,
“Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari
seratus ribu orang telah bertaubat.”
Murid-murid beliau banyak
yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun
Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh
terkenal Al Mughni.
Kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu
agama, kepedulian beliau untuk ummat sangat mendalam. membuat beliau
sanggup mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah. Tidak
perlu heran jika Allah berikan pada wali-wali Allah dari kalangan umat
akhir zaman yang terkadang sama seperti mukjizat nabi nabi zaman bani
israil. Karena tugas umat Nabi Muhammad adalah sama dengan tugas Nabi
Muhammad dan Nabi-nabi lainnya yaitu berdakwah kepada umat seluruh alam
sampai hari kiamat. Maka wajar jika pertolongan yang Allah berikan sama
atau bahkan lebih besar dari mukjizat nabi-nabi bani israil yang hanya
berdakwah di satu kaum yaitu kaum bani israil saja bukan untuk umat
seluruh alam. Seperti kisah syaikh Abdul Qadir, dengan karamahnya
beliau saat diganggu oleh iblis, beliau terbang di depan
murid-muridnya, menghidupkan orang mati di depan pendeta nasrani sehingga
pendeta ini masuk islam. Beliau memanggil burung yang sudah ia
masak dan ia makan, dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil
burung tsb dgn membaca ayat tentang Nabi Ibrahim memanggil kembali
burung yang sudah nabi ibrahim potong-potong dan diletakan di atas
gunung-gunung. Banyak sekali karamah-karamah yang Allah berikan padanya.
Dan itu semua adalah mungkin dan tidak mustahil karena allah maha kuasa
dan maha berkehendak.
Wafatnya Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.
Pendapat Para Ulama tentang Beliau Ketika
ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab,
“Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau
menempatkan kami di Madrasahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami.
Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat
kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau
senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.” Ibnu Rajab di
antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang
diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama
dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah. Ibnu
Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat
yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau
memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal.
Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan
perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari
majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya,
ia berpegang pada sunnah. “ Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung”. Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Aljailani meiliki karamah yang sangat hebat dan banyak”
AQIDAH
SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI SAMA DENGAN AQIDAH IMAM ADZAHABI YAKNI
MENAFIKAN TEMPAT DAN ARAH PADA ALLAH SWT, Lihat kitab Imam adzahabi ,
beliau tidak mensifati Allah dengan sifat makhluq, tidak mensifati Allah
dgn tempat dan arah, tidak mensifati Allah dgn sifat duduk, berdiri,
berlari-lari kecil dan sebagainya.
sumber : http://yesmuslim.blogspot.com/2015/11/biografi-dan-kisah-karamah-syaikh-abdul.html
Setiap amal kebaikan pasti ada balasan pahalanya, namun kadarnya tentu
saja merupakan urusan Allah SWT. Pada saat Yaumul Hisab, pahala dan dosa
manusia akan ditimbang dengan perhitungan yang amat teliti.
Saat ini, manusia hanya mengharap keberkahan atas setiap perbuatan baik
yang dilakukan sebagai bekal pada hari akhir nanti. Namun Allah maha
pemurah sehingga akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan saat hidup
di dunia.
Ternyata ada golongan manusia yang mendapatkan pahala dua kali lipat.
Ini bukan isapan jempol belaka, melainkan bersumber sabda Nabi besar
Muhammad SAW. Sebagian golongan diantaranya bisa raih oleh manusia
manusia saat ini. Siapa saja? Berikut ulasannya. 1. Istri-Istri Nabi Muhammad SAW
Golongan yang akan mendapat dua kali lipat pahala adalah para istri
Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Surat Al Ahzab: 31
yang artinya:
“Barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat
kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan amal yang saleh, niscaya
Kami memberinya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki
yang mulia.” (al-Ahzab: 31) 2. Orang yang Bersedekah Kepada Karib Kerabat
Memberikan sesuatu kepada orang lain merupakan bentuk sedekah. Amalan
ini sangat dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang terhadap sesama. Namun
ternyata bersedekah kepada karabat karib yang membutuhkan lebih utama,
karena selain membantu mereka amalan ini bisa dapat mempererat tali
silaturahmi. Maka ketika ingin bersedekah, lihatlah orang-orang terdekat
anda. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, dan bersedekah kepada
kerabat ada dua (pahala): sedekah dan silaturrahim.” (HR. an-Nasai dan
at-Tirmidzi, lihat Shahih at-Targhib no. 879).
Pada satu ketika ada Rasulullah ditanya sahabat tentang sedekah kepada
suami dan anak-anak yatim yang berada dalam asuhannya. Rasulullah
kemudian bersabda yang artinya:
“Keduanya mendapat pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala sedekah.” (Shahih Muslim, “Kitab Zakat” no. 1000) 3. Seorang Hakim dan Ulama Ahli Ijtihad yang Keputusan/Hukumnya
Sesuai dengan Hukum Allah Setelah Berusaha Mencapai Hukum yang Benar
Golongan selanjutnya yang bisa mendapatkan pahala dua kali lipat adalah
hakim atau ulama ahli ijtihad yang keputusan/hukumnya sesuai dengan
hukum Allah setelah berusaha mencapai hukum yang benar. Dua pahala ini
didapatkan karena hukumannya sesuai dengan hukum Allah, serta usahanya
mencari kebenaran terhadap apa yang akan diputuskannya.
“Ketika seorang hakim (akan) menghukumi lalu bersungguh-sungguh kemudian
benar (hukumannya) maka dia mendapat dua pahala. Apabila keliru, dia
mendapat satu pahala.” (HR. Muslim dan selainnya).
Hakim dalam hadist di atas adalah mereka yang memiliki alat bukti yang
cukup untuk menghukum. Bukan orang tidak memiliki ilmu lantas melakukan
hukuman tanpa ketentuan yang benar. Golongan yang demikian justru akan
berdosa karena bukan ahlinya. 4. Orang yang Memberi Contoh/ Keteladanan dalam Hal yang Baik Menurut Kacamata Agama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Barang siapa
memberi contoh yang baik dalam Islam, dia mendapatkan pahala (amalnya)
dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa berkurang sedikit
pun pahala orang yang mengikutinya.” (HR. Ahmad, Muslim, dll, dari
sahabat Jarir radhiyallahu ‘anhu) 5. Orang yang Mengulangi Shalatnya Ketika Menjumpai Air Wudhu Ketika Sebelumnya Shalat dengan Bertayamum
Golongan selanjutnya yang akan mendapatkan pahala dua kali lipat adalah
mereka yang mengulang salatnya ketika menjumpai air, setelah sebelumnya
bersuci dengan cara tayamum.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dua orang lelaki
keluar untuk bepergian (safar). Waktu shalat tiba padahal keduanya tidak
membawa air. Keduanya lantas bertayamum dengan tanah yang suci lalu
shalat. Setelah shalat, keduanya mendapatkan air pada waktu (shalat
tersebut). Salah satunya mengulangi shalatnya dengan berwudhu, sedangkan
yang satunya tidak mengulangi. Keduanya kemudian mendatangi Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut. Beliau
bersabda kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, ‘Engkau sesuai
dengan sunnah dan shalatmu telah sah.’ Adapun kepada yang berwudhu dan
mengulangi shalatnya, Nabi bersabda, “Engkau mendapat pahala dua kali.”
(HR. Abu Dawud) 6. Orang yang Berusaha Membaca Al-Qur’an dengan Benar Meskipun Terbata-Bata
Orang yang berusaha keras belajar membaca Alquran meski dengan
terbata-bata juga akan mendapatkan balasan dua kali lipat pahala. Dua
pahala ini didapatkan atas kesulitan ketika belajar membaca Alquran dan
pahala saat membaca kalam Allah tersebut.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Orang yang pandai membaca al- Qur’an akan bersama malaikat pencatat
yang mulia lagi baik. Sementara itu, yang membaca al-Qur’an dengan
terbatabata dalam keadaan merasa berat, ia mendapatkan dua pahala.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Selain enam golongan tersebut, dalam sebuah hadist Abu Musa al-Asy’ari
radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tiga orang yang mereka diberi pahala dua kali: (1) Seorang ahli kitab
yang beriman kepada nabinya dan mendapati Nabi (Muhammad) Shallallahu
‘alaihi wasallam lalu beriman kepada beliau, mengikutinya, dan
memercayainya, maka dia mendapatkan dua pahala; (2) budak sahaya yang
menunaikan kewajiban terhadap Allah l dan kewajiban terhadap tuannya, ia
mendapatkan dua pahala; dan (3) seseorang yang memiliki budak perempuan
lalu memberinya makan dan bagus dalam hal memberi makannya, kemudian
mendidiknya dan bagus dalam mendidiknya, lalu dia memerdekakannya dan
menikahinya, maka dia mendapat dua pahala.” (HR. al-Bukhari no. 3011 dan
Muslim dalam “Kitabul Iman”, dan hadits ini lafadz Muslim).
Sebagian kalangan menilai, jangan melakukan sesuatu karena iming-iming
surga. Namun bukankah Rasulullah SAW merupakan pembawa peringatan bahwa
yang baik akan masuk surga dan yang bathil masuk neraka. Kebenaran
hanya milik Allah SWT.
sumber : http://www.infoyunik.com/2015/12/golongan-manusia-yang-mendapat-pahala.html
Memilih 10 nama dari ratusan pemimpin besar Islam (selain sahabat)
tentu bukanlah hal mudah. Bisa jadi pembaca punya idola dan pilihan
berbeda. Ada yang menyebut beberapa nama dan menggeser beberapa nama
yang kami sebutkan. Demikianlah sejarah. Ia bukan ilmu pasti seperti
matematika dan fisika. Ada garis batas yang kaku dan rumus yang jitu
untuk menentukan hasil tertentu. Sejarah tidak seperti itu.
10 nama ini dipilih berdasarkan peranan besar mereka dalam politik
dan strategi. Juga kemampuan dalam menghadapi tipu daya musuh yang
mengancam dan menipu. Bukan dari sisi prestasi dalam ilmu dan sastra.
Juga bukan dalam masalah hukum dan pengetahuan agama. Dan tentu saja, 10
nama ini dipilih agar umat Islam tahu tentang pahlawan mereka.
Dalam kurun 3 abad, nama-nama mereka dicatat sebagai tokoh besar dalam dunia militer.
Pertama: Abu Ja’far al-Manshur
Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting
dalam sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah
Abasiyah. Dia juru taktik dan tokoh intelektual di belakang saudaranya
Abu al-Abbas as-Safah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga
Asia Tengah, mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah
Umayyah) sulit me-manage wilayah kekuasaannya yang begitu besar
sekaligus memiliki ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan
menyebutkan bahwa faktor utama runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan
mereka berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya yang heterogen. Dan
di saat itu pula orang-orang Abbasiyah menyerukan perlawanan.
Abu Ja’far al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah.
Ia pandai memposisikan diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia
Tengah. Ia tahu bagaimana mengarahkan potensi perbedaan etnik dan budaya
menjadi sebuah energi positif yang membangun, tidak melulu
menghembuskan energi negatif yang hanya memicu sengketa dan perpecahan.
Melihat geopolitik Timur Tengah saat ini, kecerdasan Abu Ja’far
al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum bisa ditiru oleh
pemimpin-pemimpin di era modern ini.
Di negeri yang sedang dibangun Abu Ja’far, tidak ada identitas
kesukuan. Identitas seseorang hanya disandarkan pada Islam saja.
hebatnya, ia juga mampu mengkompromikan antara budaya Arab dan Persia
yang dikenal sangat sulit bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya
mendapatkan warisan berharga berupa pondasi masyarakat yang kokoh.
Hingga karakter Abbasiyah ini luntur ditandai dengan munculnya Dinasti
Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya runtuh di tangan bangsa Mongol pada
tahun 656 H/1258 M.
Kedua: Abdurrahman ad-Dakhil
Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan
hidup yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah
II seperti membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda
membuat “kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian,
atau dengan Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan
lebih takjub lagi dengan kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia
belia, ia mendirikan kerajaan dalam arti senyatanya. –atas izin Allah-
Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat tinggi, memimpin puluhan
ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya, memadamkan puluhan
pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan pedang, semua itu ia
lakukan sejak berusia 19 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19
tahun. Menjadi penguasa tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan
terus memegang kekuasaan selama sekitar 34 tahun.
Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul
Malik al-Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi
pembantaian besar-besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman
bin Muawiyah bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur
menyelamatkan diri. Saat dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang
saudaranya dibunuh di hadapannya. Ia terus berlari menuju Syam kemudian
Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia menyeberang ke Andalusia. Di sanalah
ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.
Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya
ad-Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang
kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah
berhasil mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil
menguasai Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas
kecerdikannya melobi kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya.
Kemudian ia menguasai kota-kota lainnya.
Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa
mengetahui bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama
Abdurrahman bin Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja
sulit menyatukan pendapat, kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi
Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja
untuknya.
Ketiga: Alib Arselan as-Saljuki
Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk –orang-orang Turki-
meluas dengan pesat. Mulai dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah
Abbasiyah di Baghdad. Kekuatan dinasti ini terus tumbuh hingga ia
menjadi penguasa seluruh wilayah Islam. Dinasti ini menguasai
orang-orang Buwaihi dan melindungi Abbasi, khususnya dari gangguan Syiah
Fatimi (Daulah Ubaidiyah) yang menyebarkan ideologi Syiah Ismaili.
Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh
utamanya. Orang-orang Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib
Arselan di tengah-tengah mereka. Alib Arselan pernah memukul mundur
200.000 pasukan Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1 banding 10.
Pasukan adidaya Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan
yang kuat yang disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang
jauh lebih sedikit jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia
kecil melemah hingga akhirnya ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.
Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum.
Bagaimana pula kiranya Alib Arselan yang berhasil meruntuhkan mental
negara adidaya kemudian menguasainya.
Keempat: Nuruddin Zanki
Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir
tentara Salib diari tanah Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin
namanya tidak sepopuler Shalahuddin al-Ayyubi, tapi dialah yang membuka
jalan bagi Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.
Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin
berusaha sekuat tenaga menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan
Damaskus, Baalbek, Edessa, Harran, dan Mosul. Setelah itu ia mengarahkan
pasukannya menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia juga
menghadapi orang-orang Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan
wilayah-wilayah tersebut di bawah kekuasaannya.
Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai
seorang yang shaleh dan zuhud. Ia memberi perhatian yang besar terhadap
perkembangan agama Islam. Saa wafat pada tahun 569 H/1174, Nuruddin
telah membangun banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para
musafir.
Kelima: Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki.
Dilahirkan dari suku Kurdi, Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam
karena ayahnya pindah ke Aleppo membantu perjuangan Imaduddin Zanki,
ayah dari Nuruddin Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil mempelajari agama
dan kemiliteran. Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya,
Asaduddin Syirkuh, yang merupakan salah seorang panglima pasukan
Nuruddin Zanki.
Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak,
hingga ia diamanahi untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang
Fatimiyah dari wilayah Sunni itu. setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin
menempati kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam. Misi
pembebasan Jerusalem pun dilanjutkan.
Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil
mengalahkan Pasukan Salib. Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah
yang dikuasai Tentara Salib; Acre, Beirut, Sidon, Nablus, Jaffa, dan
Ashkelon kembali ke tangan kaum muslimin. Kemudian Jerusalem setelah 88
tahun dikuasai oleh Pasukan Salib.
Biarlah mereka bercerita
tentang Achiles, sang pemberani dalam mitologi Yunani. Atau dongeng
manusia setengah dewa, Hercules. Kita –umat Islam- pun memiliki pahlawan
pemberani pula. Ceritakanlah kepada kepada anak-anak kaum muslimin
tentang Abdurrahman ad-Dakhil, atau Muhammad al-Fatih, atau Sulaiman
al-Qanuni. Agar mereka tahu siapakah yang lebih layak untuk jadi idola.
Keenam: Saifuddin Qutuz
Saifuddin Qutuz adalah orang kepercayaan Sultan al-Mu’iz Izuddin
Aibek dan anaknya, Sultan al-Manshur Ali. Salah satu prestasi
terbesarnya adalah mengalahkan pasukan Mongol yang tak terkahlahkan itu.
Ketika Mongol sampai di wilayah Syam, mereka mengutus duta kepada
Qutuz, agar menyerah dan tunduk kepada Mongol. Tunduk kepada orang Aisa
Tengah yang nomaden yang telah menjelma menjadi kekuatan dunia. Kekuatan
besar yang telah mengalahkan negeri sebesar Tiongkok. Kekuatan besar
yang tak ada satu pun negeri-negeri Timur mampu membuat mereka mundur.
Beberapa riwayat sejarah menyebutkan, Qutuz membalas sikap Mongol
yang menganggap remeh Daulah Mamluk ini dengan memenggal para utusan
itu. kemudian memajang kepala mereka di depan Gerbang Zuwaylah, salah
satu gerbang di Kota Kuno Kairo, Mesir. Hal ini menegaskan sikap Daulah
Mamluk, mereka menyambut genderang perang yang ditabuh Mongol terhadap
negara-negara Islam. Peristiwa ini mengawali perang besar yang kita
kenal dengan Perang Ainjalut. Perang paling bersejarah dalam perjalanan
Kota Kairo. Perang yang –atas izin Allah- menyelematkan peradaban Islam
dari keganasan bangsa Mongol.
Mengalahkan Mongol hanya dengan bermodal keberanian, sama saja
menyerahkan leher-leher kaum muslimin untuk disembelih. Tentu butuh
strategi dan perhitungan yang jitu. Mongol telah mengalahkan Cina,
bangsa yang kuat dan memiliki peradaban yang mapan. Mengalahkan
Abbasiyah yang telah berkuasa di tanah Arab berabad-abad. Oleh karena
itu, pencapaian Qutuz dengan mengalahkan Mongol adalah sesuatu yang luar
biasa. Selain itu, moral kaum muslimin pun kembali meninggi.
Ketujuh: Yusuf bin Tasyafin
Yusuf bin Tasyafin, sang singa Murabithin. Kecerdasannya tampak saat
Penguasa Murabithin di Maroko, Amir Abu Bakar, menunjuknya sebagai
penguasa wilayah Sijilmasa. Kemudian Abu Bakar menyerahkan kekuasaan
Daulah Murabithin kepadanya secara utuh. Dimulailah masa keemasan
Murabithin hingga 45 tahun berikutnya.
Yusuf mulai membangun kota Marrakesh. Memperluas kekuasaan Murabithin
hingga meliputi seluruh wilayah Maroko dan Aljazair. Kemudian menuju
Andalusia, menyelamatkan kaum muslimin setelah jatuhnya Kota Toledo ke
tangan orang-orang Nasrani. Ia terus masuk ke Andalusia hingga berhasil
mengalahkan Raja Alfonso dari Kerajaan Kastilia pada tahun 479 H/1086 M.
Kedelapan: Muhammad al-Fatih
Muhammad al-Fatih adalah seorang pemimpin Daulah Utsmani yang sangat
dikenal. Ia memegang kekuasaan Utsmani pada tahun 855 H/1451 M dan
berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 857 H/1453 M. Ia
memerintah kerajaan ini selama 30 tahun.
Selain digelari dengan al-Fatih, ia juga disebut dengan Kaisar
Romawi, karena mewarisi kerajaan Romawi Bizantium. Ia juga dikenal
dengan Tuan Dua Benua dan Dua Lautan, karena menguasai Anatolia dan
Balkan serta merajai Laut Aegea dan Laut Hitam.
Masa pemerintah Muhammad al-Fatih dikenal dengan masa reformasi
Daulah Utsmani. Ia membuat tata aturan yang berlaku merata di wilayah
kekuasaannya. Keistimewaan pemerintahannya ditandai dengan penjagaan
luar biasa terhadap masyarakat pedangang dan perkembangan diplomasi
dengan wilayah-wilayah tetangga.
Selain dikenal sebagai pembuka jalan masuknya Islam ke Eropa,
Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang yang toleran. Semua
lapisan masyarakat Istanbul mengetahui hal itu. Ia sering berdiskusi
dengan cendekiawan Itali dan Yunani di Kota Balata. Menunjukkan betapa
terbukanya dia. Dalam pemerintahannya, gereja Kristen ortodoks di Turki
tetap berjalan normal seperti sebelumnya, hingga ditutup di masa
pemerintahan Turki modern di abad ke-20.
Kesembilan: Sultan Salim I
Hanya 8 tahun saja Sultan Salim I memerintah Daulah Utsmani, namun
pencapaiannya begitu luar biasa. Mesir, Suriah, dan Hijaz menjadi bagian
dari Utsmani. Inilah kali pertama Daulah Utsmani menjadi penguasa
wilayah bumi terbesar.
Pada masa pemerintah Sultan Salim I, muncul ancaman di wilayah timur
Utsmani dari Kerajaan Syiah Shafawi di Iran. Orang-orang Persia itu
mulai mengancam Anatolia. Sultan Salim I “membeli” “dagangan” mereka.
terjadilah pertempuran melawan Syiah Shafawi di perbatasan Timur
Utsmani, di Sungai Eufrat, pada tahun 920 H/1514 M. Dari peperangan
tersebut, wilayah Turkmenistan dan Kurdistan menjadi bagian dari
Utsmani.
Pada tahun 922 dan 923 H/1516 dan 1517, wilayah Mesir dan Syam
menjadi wilayah Utsmani. Kemudian syarif Mekah menyerahkan kekuasaannya
atas Mekah dan Madinah kepada Sultan Salim I di Kairo.
Kesepuluh: Sultan Sulaiman al-Qanuni
Setelah Sultan Salim I wafat, kekuasaan Utsmani dipegang oleh
anaknya, Sulaiman al-Qanuni (926-974 H/1520-1566 M). Sultan Sulaiman
mengikuti kebijakan pendahulunya dalam kemiliteran. Namun di masa
pemeritahannya, hukum, kebudayaan, dan tata kota lebih tersusun rapi.
Oleh karena itu, masa pemerintahannya terkenal dengan puncak kejayaan
peradaban Utsmani.
Pada masa Sultan Sulaiman wilayah Beograd –ibu kota Serbia sekarang-,
Rhodes, Hungaria, dan Wina –ibu kota Austria- menjadi wilayah Turki
Utsmani. Sultan Sulaiman melakukan aktivitas militer besar-besaran
sebanyak tiga kali menghadapi Daulah Shafawi yang berpaham Syiah.
Pertama pada tahun 941 H/1534 M ketika orang-orang Shafawi masuk ke Kota
Erzurum di bagian timur Turki sekarang. Kedua, pada tahun 955 H/1548 M
terjadi kontak senjata atas wilayah Danau Van. Ketiga, tahun 961 H/ 1554
M.
Di masa ini juga muncul seorang pemimpin angkatan laut Utsmani yang
terkenal, Khairuddin Barbarosa. Barbarosa adalah seorang panglima
angkata laut terbaik dalam sejarah Islam. Jasanya sangat besar dalam
menjaga Laut Mediterania, Pantai Yunani, Venice (kota di Italia), dan
Spanyol.
sumber : https://kisahmuslim.com/5323-10-pemimpin-besar-dalam-sejarah-islam-22.html
Setiap orangtua menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi sukses.
Mereka akan mendukung baik secara moril maupun materil demi keberhasilan
buah hatinya. Namun hal terpenting yang harus dilakukan orangtua adalah
mendoakan anak-anaknya.
Banyak hadist menjelaskan bahwa doa orangtua sangat mustajab. Bahkan doa
ibu mampu menembus langit dan langsung dihijabah oleh Allah SWT. Begitu
dasyatnya doa orangtua ini seharusnya menyertai setiap perjalanan hidup
setiap anak.
Namun ada tindakan orangtua yang membuat Allah menolak doa mereka untuk
anak-anaknya. Apapun doanya tidak akan dihijabah jika orangtua melakukan
hal ini. Apa tindakan tersebut dan bagaimana bisa Allah menolak denggan
keras doa mereka?
Ternyata tindakan orangtua yang dapat membuat Allah menolak doa mereka
untuk anak adalah memberi makan anak-anak dengan uang yang haram atau
syubhat. Ketika anak-anak mendapatkan asupan makanan yang haram atau
syubhat, salah satu efeknya adalah doa tidak akan terhijabah. Apalagi
jika orang tuanya juga memakan makanan dari hasil yang serupa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang
baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk
sama seperti yang diperintahkan kepada para nabi. Kemudian beliau
membaca firman Allah yang artinya, ‘Wahai para rasul, makanlah makanan
yang baik dan kerjakanlah amal shalih. ’ Dia juga berfirman yang
artinya, ‘Hai orang-orang mukmin, makanlah makanan yang baik yang telah
Kami anugerahkan kepadamu. ’ Kemudian beliau menceritakan seorang
laki-laki yang melakukan perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan
kotor, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Rabb, ya
Rabb’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram
dan ia kenyang dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya
dikabulkan.” (HR. Muslim)
Ulama menerangkan hadist ini bahwa laki-laki yang dijelaskan diatas
sudah memenuhi kriteria terkabulnya doa. Kriteria tersebut adalah Ia
seorang musafir, ia lelah, dan ia menengadahkan dua tangan dan sangat
berharap kepada Allah.
Akan tetapi Nabi Muhammad SAW dalam hadist tersebut menjelaskan bahwa
doa laki-laki tersebut tetap tertolak karena barang haram. Sebab makanan
haram, minuman haram dan pakaian haram adalah penghalang terkabulnya
doa.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Ketahuilah, bahwa
suapan haram jika masuk dalam perut salah satu dari kalian, maka
amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (Riwayat At Thabrani).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Tidaklah tumbuh
daging dari makanan haram, kecuali nereka lebih utama untuknya.”
(Riwayat At Tirmidzi).
Para orangtua, sebaiknya mulai saat ini dan seterusnya kita lebih
berhati-hati dalam memberikan buah hati makanan. Selain doa anda untuk
mereka tidak dihijabah, masih banyak hal buruk lainnya yang akan menimpa
anak karena makan uang haram ini.
Bukankah tidak ada yang lebih menyakitkan dari penolakan doa kepada
Allah, padahal Ia maha pemberi dan maha penyayang. Semoga kita
hamba-hamba-Nya yang selalu rindu disayangiNya.
sumber : http://www.infoyunik.com/2015/12/awas-hal-ini-sebabkan-doa-orangtua.html
Nama lengkapnya adalah Hamzah Abu Imarah bin ‘Abdul Muthalib bin
Hasyim bin ‘Abdi Manaf al-Qurasy. Beliau merupakan paman Nabi ,
sekaligus saudara se-persusuan, serta kerabat dekatnya dari jalur ibu.
Dilahirkan dua tahun sebelum Nabi.
Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan pemuda Quraisy yang mulia dan
paling kuat kesadarannya akan harga diri. Ia juga seorang pemanah ulung,
cerdas dan berakhlak mulia. Ia memeluk Islam pada penghujung tahun
keenam kenabian, lebih tepatnya pada bulan Dzulhijjah tiga hari sebelum
keislaman ‘Umar bin Khaththab.
Karena kecerdasan dan ketangguhannya, Rosululloh pernah menugasi
Hamzah sebagai orang pertama yang membawa panji dalam Islam. Beliau
menunjuknya menjadi komandan atas 30 pasukan berkuda dari kalangan
Muhajirin dalam perang Saiful Bahar.
Hamzah merupakan pahlawan dalam setiap peperangan yang diikutinya.
Dalam perang Badar ia banyak menewaskan jagoan-jagoan kafir Quraisy. Ia
adalah orang yang pertama kali melemparkan benih-benih kekalahan ke
wajah-wajah pasukan kafir Quraisy. Ia membunuh orang yang pertama kali
menyulut api peperangan, al-Aswad bin Abdul Asad.
Selain al-Aswad, banyak tokoh-tokoh kafir Quraisy yang berakhir
riwayatnya pada perang Badar di tangan Hamzah seperti, Syaibah bin
Rabi’ah, Thu’aimah bin Adiy, ‘Utbah bin Rabi’ah dan yang lainnya. Hamzah
telah berjasa besar dalam tercapainya kemenangan yang gemilang bagi
kaum Muslimin di perang Badar.
Di sisi lain, kematian Thu’aimah bin Adiy di perang Badar telah
menggoreskan luka yang mendalam bagi Jubair bin Muth’im selaku
keponakannya. Ia sesumbar ingin membalas dendam atas kematian pamannya
kepada Hamzah. Jubair menjanjikan kepada budaknya yang bernama Wahsyi
bahwa jika ia berhasil membunuh Hamzah, maka ia akan dimerdekakan.
Tibalah waktu yang dinantikan bagi Jubair bin Muth’im untuk mengobati
lukanya karena dendam. Pasukan Alloh dan pasukan setan saling
berhadapan di Uhud. Perang berkecamuk dengan sangat dahsyat. Seperti
biasa, Hamzah tampil sebagai pahlawan yang menciutkan nyali
musuh-musuhnya. Ia bagaikan onta abu-abu yang lincah di tengah-tengah
pasukan, ia mengobrak-abrik pasukan musuh dan tidak ada yang dapat
menghadangnya. Bahkan, ia berhasil menewaskan 30 orang pasukan kafir
Quraisy.
Namun, Hamzah tidak menyadari bahwa telah ada yang mengincarnya di
tengah kecamuk peperangan. Wahsyi sang budak Habsyi –yang mempunyai
keahlian melempar tombak– telah siap siaga untuk melemparkan tombaknya
ke arah Hamzah. Hingga saatnya tiba, Wahsyi melemparkan tombaknya dan
berhasil mengenai Hamzah di bagian bawah perut hingga menembus keluar
lewat selangkangannya. Hamzah sang singa Alloh gugur sebagai syuhada.
Sungguh, syahidnya Hamzah merupakan sebuah musibah besar. Namun,
musibah tersebut bertambah parah ketika mayatnya dicincang orang-orang
kafir. Perutnya dirobek-robek, hatinya dikeluarkan, kedua telinga dan
hidungnya pun dipotong.
Demi melihat keadaan mayat pamannya yang demikian, Rosululloh
bersabda, “Tidak akan ada lagi orang yang mengalami sepertimu, wahai
Hamzah. Aku belum pernah mengalami kondisi sesedih ini. Jibril datang
dan memberitahu bahwa nama Hamzah termaktub di penghuni langit yang
tujuh dengan nama Hamzah bin Abdul Muthalib, Asad Alloh (singa Alloh)
dan Asad Rosulih (singa Rosul-Nya).” [Nzal/hsm]
sumber : http://panjimas.com/inspirasi/2015/01/30/mengenal-lebih-dekat-hamzah-bin-abdul-muthalib-semoga-alloh-meridhainya/