Doa adalah senjata dan perisai bagi kaum mukminin. Bentengnya adalah doa
dan senjatanya adalah tangisan. Dalam ajaran Islam doa menempati posisi
sangat penting. Tidak hanya digunakan untuk meminta kebutuhan hidup
semata, melainkan sebagai sarana berinteraksi dengan Allah dan juga
sarana beribadah.
“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang bagi agama dan cahaya dari langit,” demikian kutip hadis yang diriwayat Hakim.
Doa merupakan bentuk mashdar dari kata Da’a – Yad’u) (دعا- يدعو yang bermakna memanggil atau mengundang. Kata ini juga memiliki beberapa variasi mashdar, diantaranya: da’wan, da’wah, dan da’wa.
Secara etimologis, doa dapat bermakna memohon, minta diambilkan (sesuatu), membutuhkan, menuturkan kebaikan mayat, minta tolong, menyukai, mencari kebaikan, menisbatkan (kepada orang lain), mengajak dan mendorong (untuk melakukan sesuatu).
Namun defenisi kalangan ahli ushul dan fiqh, doa adalah tuntutan perbuatan (baca: perintah) dari derajat yang rendah kepada derajat yang lebih tinggi. Karena itu, doa adalah salah satu bentuk dari permintaan.
Syarat Dikabulkannya Doa
Seorang ulama terkenal Al Imam Al Faqih Abu Al Lais. Didatangi oleh satu kumpulan pemuda, ingin menanyakan tentang doa mereka. Setelah berkali-kali mereka berdoa, tetapi tidak pernah dimakbulkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka mempertikaikan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkenan Allah terhadap doa mereka. Di antara ayat-ayat tersebut, firman Allah yang bermaksud:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. “(QS: Al-Baqarah: 186)
Mereka menyatakan, apakah ayat Al Quran keliru sehingga doa-doanya tidak dikabulkan Allah? Al Imam Al Faqih menjawab, Al-Quran tidak pernah keliru, namun yang berdoalah yang tidak pernah mencari tahu tentang kesalahannya yang ujungnya membuat doanya tertolak.
Beberapa hal yang menyebabkan mudahnya doa dikabulkan;
Pertama; Makan yang Halal, Jauhi yang Haram
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hai Sa’ad (bin Abu Waqqash), makanlah makanan yang baik-baik, niscaya engkau menjadi orang yang doanya dikabulkan.”
Rasulullah mengisahkan seseorang yang rambutnya acak-acakan dan berdebu lalu menengadahkan tangannya ke langit untuk berdoa, “Ya Rabi, ya Rabi.’ Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan keluarganya diberi makan dari sumber yang haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?” [HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad]
Semakin banyak masuk makanan haram — termasuk dari hasil riba (bunga)– semakin kecil doa kita diterima.
Rasulullah berkata, “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah pernah menjelaskan dosa-dosa riba. Dan yang paling ringan adalah seperti bersetubuh dengan ibu sendiri.
“Riba itu memiliki tujuh puluh pintu dan yang paling ringan adalah seperti seseorang yang bersetubuh dengan ibunya sendiri.” (Riwayat Ibnu Majah).
Kedua; Berprasangka Baik Pada Allah
Berdoa itu meminta segala sesuatu di hadapan Allah yang Maha Agung. Maka jangan pernah sesekali buruk sangka terhadap Allah Subhanahu Wata’ala. Berbaik sangkalah apabila berdoa kepadaNya, jangan ada keraguan terhadapNya.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Aku akan mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. dan Aku selalu menyertainya apabila ia berdo’a kepadaKu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang bagi agama dan cahaya dari langit,” demikian kutip hadis yang diriwayat Hakim.
Doa merupakan bentuk mashdar dari kata Da’a – Yad’u) (دعا- يدعو yang bermakna memanggil atau mengundang. Kata ini juga memiliki beberapa variasi mashdar, diantaranya: da’wan, da’wah, dan da’wa.
Secara etimologis, doa dapat bermakna memohon, minta diambilkan (sesuatu), membutuhkan, menuturkan kebaikan mayat, minta tolong, menyukai, mencari kebaikan, menisbatkan (kepada orang lain), mengajak dan mendorong (untuk melakukan sesuatu).
Namun defenisi kalangan ahli ushul dan fiqh, doa adalah tuntutan perbuatan (baca: perintah) dari derajat yang rendah kepada derajat yang lebih tinggi. Karena itu, doa adalah salah satu bentuk dari permintaan.
Syarat Dikabulkannya Doa
Seorang ulama terkenal Al Imam Al Faqih Abu Al Lais. Didatangi oleh satu kumpulan pemuda, ingin menanyakan tentang doa mereka. Setelah berkali-kali mereka berdoa, tetapi tidak pernah dimakbulkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka mempertikaikan ayat-ayat Al-Qur’an tentang perkenan Allah terhadap doa mereka. Di antara ayat-ayat tersebut, firman Allah yang bermaksud:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. “(QS: Al-Baqarah: 186)
Mereka menyatakan, apakah ayat Al Quran keliru sehingga doa-doanya tidak dikabulkan Allah? Al Imam Al Faqih menjawab, Al-Quran tidak pernah keliru, namun yang berdoalah yang tidak pernah mencari tahu tentang kesalahannya yang ujungnya membuat doanya tertolak.
Beberapa hal yang menyebabkan mudahnya doa dikabulkan;
Pertama; Makan yang Halal, Jauhi yang Haram
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hai Sa’ad (bin Abu Waqqash), makanlah makanan yang baik-baik, niscaya engkau menjadi orang yang doanya dikabulkan.”
Rasulullah mengisahkan seseorang yang rambutnya acak-acakan dan berdebu lalu menengadahkan tangannya ke langit untuk berdoa, “Ya Rabi, ya Rabi.’ Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan keluarganya diberi makan dari sumber yang haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?” [HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad]
Semakin banyak masuk makanan haram — termasuk dari hasil riba (bunga)– semakin kecil doa kita diterima.
Rasulullah berkata, “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah pernah menjelaskan dosa-dosa riba. Dan yang paling ringan adalah seperti bersetubuh dengan ibu sendiri.
“Riba itu memiliki tujuh puluh pintu dan yang paling ringan adalah seperti seseorang yang bersetubuh dengan ibunya sendiri.” (Riwayat Ibnu Majah).
Kedua; Berprasangka Baik Pada Allah
Berdoa itu meminta segala sesuatu di hadapan Allah yang Maha Agung. Maka jangan pernah sesekali buruk sangka terhadap Allah Subhanahu Wata’ala. Berbaik sangkalah apabila berdoa kepadaNya, jangan ada keraguan terhadapNya.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Aku akan mengikuti persangkaan hambaKu kepadaKu. dan Aku selalu menyertainya apabila ia berdo’a kepadaKu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Ketiga; Dengan Adab Yang Baik
Menghadap Allah harus dengan penuh harapan, perasaan rendah hati dan khusu’. Mulakanlah memuji Allah atau shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang mewakili-Nya bagi barangsiapa yang berdo’a dengan berkata: “Yaa arhamarraahimiin. Maka siapa saja yang menyebutnya 3 kali, maka menjawablah malaikat itu: Sesungguhnya Allah arhamarraahimiin telah (berkenan) mengabulkan permohonanmu. Maka mintalah kepadaNya.” [HR. Hakim]
Telah diterima dari Abu Musa Asy-ari bahwa ketika orang-orang mendoa dengan suara keras beliau bersabda; “Hai manusia! berdoalah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang jauh. yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu memohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraannya! Hai Abdullah bin Qeis! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? Yaitu: ‘Laa haula walaa Quwwata illaabillaah’.”
Keempat; Keberadaan Doa Tidak Keluar Dari yang Disyariatkan
Sesungguhnya pada doa yang keluar dari yang disyariatkan itu ada pelanggaran atau padanya ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Berdoa kepada selain Allah maka keberadaan pada doa itu mengandung kesyirikan seperti meminta pertolongan kepada selain Allah.
Menghadap Allah harus dengan penuh harapan, perasaan rendah hati dan khusu’. Mulakanlah memuji Allah atau shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang mewakili-Nya bagi barangsiapa yang berdo’a dengan berkata: “Yaa arhamarraahimiin. Maka siapa saja yang menyebutnya 3 kali, maka menjawablah malaikat itu: Sesungguhnya Allah arhamarraahimiin telah (berkenan) mengabulkan permohonanmu. Maka mintalah kepadaNya.” [HR. Hakim]
Telah diterima dari Abu Musa Asy-ari bahwa ketika orang-orang mendoa dengan suara keras beliau bersabda; “Hai manusia! berdoalah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang jauh. yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu memohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraannya! Hai Abdullah bin Qeis! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? Yaitu: ‘Laa haula walaa Quwwata illaabillaah’.”
Keempat; Keberadaan Doa Tidak Keluar Dari yang Disyariatkan
Sesungguhnya pada doa yang keluar dari yang disyariatkan itu ada pelanggaran atau padanya ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Berdoa kepada selain Allah maka keberadaan pada doa itu mengandung kesyirikan seperti meminta pertolongan kepada selain Allah.
Kelima; Seorang yang berdoa harus mengikhlaskan (ditujukan) hanya kepada Allah ‘azza wajalla di dalam do’anya
Mengikhlaskan niat karena Allah,
mengikhlaskan aqidah (keyakinan) kepada Allah maka keberadaan orang yang
berdoa harus mengikhlaskan do’anya hanya kepada Allah.
Misalnya; “Doa seorang Muslim untuk saudaranya (sesama muslim) dari tempat yang jauh (tanpa diketahuinya) akan dikabulkan.” [HR. Muslim]
Keenam; Doa Para Pemimpin Yang Adil, Anak Yatim dan Orang Teraniaya
Di antara doa yang tidak akan ditolak Allah adalah; “Orang yang berpuasa, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya.” [HR. Tirmidzi]
Ketujuh, Mengerti Kunci Waktu dan Tempat Dikabulkannya Doa
Ada saat-saat yang tepat dan suasana utama doa mudah dikabulkan. Seperti pada hari Arafah, pada bulan Ramadhan, pada hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari (saat Shalat Tajahud), waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan deras, antara adzan dan iqamat, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakuatan atau sedang ber-iba hati, doa yang sakit, doa dalam perjalanan dan doa-doa di tempat khusus. Misalnya; di Hijir Ismail, antara Sofa dan Marwah,di belakang Maqam Ibrahim, di Raudah.
Imam Muslim meriwayatkan dari dari Jabir ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.”
Di antara tempat-tempat ustajab untuk berdoa, adalah: Di Multazam. Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah bersabda: “Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Rasulullah bersabda: “Tempat antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.” (HR. Muslim).
Raudah adalah sebuah tempat yang merupakan bagian dari Masjid Nabawi. Tempat ini disebut dengan ar Raudhah. Ar Raudhah adalah ruang di antara mimbar dan makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Misalnya; “Doa seorang Muslim untuk saudaranya (sesama muslim) dari tempat yang jauh (tanpa diketahuinya) akan dikabulkan.” [HR. Muslim]
Keenam; Doa Para Pemimpin Yang Adil, Anak Yatim dan Orang Teraniaya
Di antara doa yang tidak akan ditolak Allah adalah; “Orang yang berpuasa, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya.” [HR. Tirmidzi]
Ketujuh, Mengerti Kunci Waktu dan Tempat Dikabulkannya Doa
Ada saat-saat yang tepat dan suasana utama doa mudah dikabulkan. Seperti pada hari Arafah, pada bulan Ramadhan, pada hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari (saat Shalat Tajahud), waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan deras, antara adzan dan iqamat, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakuatan atau sedang ber-iba hati, doa yang sakit, doa dalam perjalanan dan doa-doa di tempat khusus. Misalnya; di Hijir Ismail, antara Sofa dan Marwah,di belakang Maqam Ibrahim, di Raudah.
Imam Muslim meriwayatkan dari dari Jabir ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.”
Di antara tempat-tempat ustajab untuk berdoa, adalah: Di Multazam. Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah bersabda: “Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347).
Rasulullah bersabda: “Tempat antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.” (HR. Muslim).
Raudah adalah sebuah tempat yang merupakan bagian dari Masjid Nabawi. Tempat ini disebut dengan ar Raudhah. Ar Raudhah adalah ruang di antara mimbar dan makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha
suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
sumber : http://www.tribunislam.com/2014/11/tujuh-rahasia-dikabulkannya-doa-kita.html