Kamis, November 29, 2012

Tarik Ibn Ziyad, Pembuka Gerbang Kejayaan Islam di Eropa



Sejarah mencatat namanya sebagai panglima perang tangguh dan ahli strategi. Namanya pula yang kini diabadikan sebagai nama tempat yang cukup terkenal, Giblartar, di Spanyol. Di tempat inilah ia pertama kali menetap untuk melawan Raja Roderic dari Kerajaan Visigothic, Spanyol, yang dzalim.

Sejarah awal penaklukan Andalusia tidak bisa lepas dari keberhasilan pasukan bangsa Berber dari Afrika Utara yang dipimpin oleh Tarik Ibn Ziyad ini. Ia berhasil mengalahkan pasukan Raja Roderic dalam sebuah pertempuran efektif selama 8 (delapan) hari, waktu yang sangat singkat untuk menaklukkan sebuah wilayah. Apalagi, jumlah pasukan musuh delapan kali lebih banyak.

Pertempuran itulah yang telah membawa kemenangan gemilang dan membuka pintu gerbang kejayaan Islam untuk masa waktu delapan abad lamanya.

Cerita penaklukan bermula ketika Julian gubernur Ceuta (yang wilayahnya menyatu dengan daratan Maroko) yang di bawah kekuasaan Spanyol memendam kebencian kepada Raja Roderic. Sang raja memperkosa anak perempuannya, Florinda, yang dikirim olehnya untuk menuntut ilmu kepadanya.

Julian bertekad membalas kebrutalan Roderic. Ia segera mendatangi gubernur Tangier, Jendral Tarik Ibn Ziyad, untuk meminta bantuan.

Tarik waktu itu ditunjuk oleh gubernur Musa ibn Nusair dari penguasa dinasti Umayyah untuk kawasan kawasan Afrika Utara. Sebagai gubernur, ia menjaga hubungan baik dengan Julian sehingga tidak ada permusuhan diantara kedua belah pihak. Tarik merupakan orang Berber yang mendapat pangkat tertinggi dalam karir militer.

Sebagai langkah awal pada 710 M Tarik mengutus anak buahnya, Tarif ibn Malik, bersama 400 tentaranya untuk mengadakan survei ke Andalusia. Sedangkan Julian membantu menyediakan 4 buah kapal untuk menyeberangi selat. Tempat dimana pasukan Tarif mendarat di Spanyol hingga sekarang dinamakan Tarifa. Letaknya di ujung selatan Spanyol berhadapan dengan wilayah Maroko.

Setelah kepulangan ekspedisi Tarif ke Maroko dan membawa kabar bahwa apa yang diceritakan Julian adalah benar, Tarik menyiapkan pasukan. Perjalanan pasukan Tarik dimulai dari wilayah Ceuta kemudian menyeberangi selat yang di kemudian hari hingga sekarang diberi nama selat Jabal al Tarik (Gunung Tarik) atau Gibraltar, dan mendarat di suatu bukit karang pada musim semi 30 April 711.

Di sinilah base camp pasukan Tarik. Di sini pula, ia menyusun strategi. Tempat inilah yang di kemudian hari dikenal dengan nama Gibraltar, wilayah otonomi Inggris di Semenanjung Iberia.

Kekuatan yang dibawa Tarik adalah pasukan berjumlah 12 ribu ribu orang dari bangsa Berber. Bangsa Berber adalah bangsa Afrika utara (non Arab) yang banyak mendiami kawasan utara Maroko. Mereka merupakan bangsa nomaden yang hidup berpindah-pindah. Setelah Islam masuk, mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan menganut agama Islam. Mereka yang berislam ini kemudian disebut dengan bangsa Moor atau Moro.
Kedatangan pasukan Tarik akhirnya diketahui oleh Gubernur Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan Gibraltar. Ia segera memberitahu Roderic.

Mendengar invasi pasukan Tarik, Roderic segera menghadangnya dengan jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, yaitu enam kali lipat. Untuk memompa semangat pasukannya, Tarik mengeluarkan pernyataan yang hingga kini diabadikan dalam buku-buku sejarah: “Saudara-saudaraku, musuh ada di depanmu sedangkan laut ada di belakangmu. Kemana kamu akan lari?” Mereka berseru, “Kami akan mengikutimu, Tarik.”

Seketika itu juga semangat pasukan Tarik membara dan maju untuk berperang berhadap-hadapan dengan pasukan Roderik. Pertempuran berlangsung sekitar satu minggu tanpa henti sehingga berakhir dengan kekalahan pasukan Roderic. Peperangan terjadi mulai tanggal 11 Juli hingga 19 Juli 711 di Bulan Ramadhan 92 H. Menjelang berakhirnya Bulan Suci, tepatnya tanggal 28 Ramadhan, Roderic takluk.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan Roderic di Rio Barbate, Tarik kemudian membagi pasukannya menjadi 3 kesatuan pasukan untuk terus menyebar ke beberapa penjuru semenanjung. Tarik dan pasukan terus melanjutkan penaklukan ke Toledo yang menjadi pusat kerajaan Roderic. Sedangkan Mughith al-Rumi yang memimpin kavaleri pasukan Tarik, menuju Cordoba dengan membawa 700 pasukan berkuda.

Tarik kemudian menyusul ke Cordoba dan menulis surat ke Musa ibn Nusair mengenai keberhasilan penaklukan Andalusia. Musa memberitakan kemenangan itu kepada Kalifah Walid di Damaskus. Musa melukiskan suasana penaklukan tersebut tidak seperti penaklukan yang biasa, namun kemenangan itu sangat menakjubkan dan agung.

Setelah kemenangan pasukan Tarik yang di luar dugaan tersebut, Gubernur Musa ibn Nusair menyusulnya pada musim panas tahun 712 M dengan disertai 18 ribu pasukan untuk memperluas wilayah yang akan ditaklukkan. Pertemuan antara Tarik dan Musa terjadi di Talavera dekat Toledo.

Penaklukan selanjutnya diteruskan oleh pasukan Islam setelahnya. Wilayah yang ditaklukkan pasukan Islam hingag tahun 721 meliputi seluruh semenanjung Iberia dan sebagian wilayah Perancis bagian selatan. Hingga abad ke-10, wilayah kekuasaan Islam masih meliputi sekitar empat perlima semenanjung Iberia.

( tri/republika.co.id )

Tidak ada komentar: