Kamis, Desember 31, 2015

Kisah Murid Syeh Abdul Qodir Al Jaelani Dan Raja Jin

Ulama Baghdad meriwayatkan :
Bahwa di Baghdad ada seorang ulama', seusai sholat Jum'at berangkatlah ia diiringi para santri-santrinya berziarah ke pemakaman untuk membacakan surat fatihah dan dihadiahkan kepada arwah muslimin. Ini beliau lakukan setiap jum'at
Di tengah perjalanan ia menemukan seekor ular hitam yang sedang melata. Dipukulnya ular itu dengan tongkat sampai mati. Setelah ular dibunuh langsung saja alam sekitar daerah itu diliputi kabut kelam dan menjadi gelap.
Para santrinya tambah terkejut karena gurunya mendadak hilang. Mereka berusaha mencari ditiap-tiap tempat namun tidak ditemukan. Tiba-tiba gurunya muncul kembali dengan pakaian serba baru. Mereka heran, dan segera menghampiri gurunya sambil menanyakan kejadian yang dialaminya. Kemudian diceritakannya bahwa asal kejadian itu begini permulaannya:
"Tadi waktu cuaca gelap, aku dibawa oleh Jin menuju sebuah pulau. Lalu aku dibawa menyelam kedasar laut menuju suatu daerah kerajaan jin, dan aku dihadapkan kepada sang raja jin. Pada waktu aku bertemu, ia sedang berdiri di atas singgasana mahligai kerajaannya.
Dihadapannya membujur sesosok mayat di atas panca persada yang sangat indah bentuknya. Kepala mayat itu pecah, darah mengalir dari tubuhnya.
Sejurus kemudian sang raja jin bertanya kepada pengawalnya yang membawa aku: "Siapa orang yang kau bawa itu?".
Para pengawalnya menjawab : "Inilah orang yang telah membunuh putera tuanku raja".
Lalu raja jin menatap tajam padaku dengan muka marah. Wajahnya merah padam, dengan geramnya raja jin menghardikku: "Mengapa kamu membunuh anakku yang tidak berdosa? Bukankah kamu lebih tahu tentang dosanya membunuh, padahal kamu katanya seorang ulama' yang mengetahui masalah-masalah hukum ?!", dia berkata dengan suara lantang muka berang menakutkan.
Segera aku menjawab menolak tuduhan itu: "Perkara membunuh anakmu aku tolak, apalagi yang namanya membunuh, bertemu mukapun aku belum pernah."
Raja jin menjawab :"Kamu tidak bisa menolak, ini buktinya, para saksinya juga banyak!".
Lalu dengan tegas tuduhan itu kusanggah: "Tidak, tidak bisa, semuanya bohong, itu fitnah semata!".
Para saksi jin mengusulkan supaya raja memeriksa darah yang melekat diujung tongkatnya. Lalu sang raja bertanya: "Itu darah apa yang ada ditongkatmu?".
Aku menjawab: "Darah ini bekas cipratan darah ular yang kubunuh".
Raja jin berkata dengan geramnya: "Kamu manusia yang paling bodoh. Kalau kamu tidak tahu ular itu anakku!".
Dikala itu, aku bingung tidak bisa menjawab lagi, sehingga aku pusing, bumi dan langit terasa sempit karena sulit mencari jalan pemecahannya.
Raja jin melirik kepada seorang hakim selaku aparatnya seraya berkata: "Manusia ini sudah mengakui kesalahannya, ia telah membunuh anakku, kamu harus segera memutuskan hukumannya yaitu ia harus dibunuh!".
Setelah jatuh keputusan, aku diserahkan kepada seorang algojo. Pada waktu kepalaku akan dipancung, algojo sedang mengayunkan pedangnya kearah leherku, tiba-tiba muncul seorang laki-laki tampan bercahaya sambil berseru: "Berhenti! Sekali-kali jangan kau bunuh orang ini, ia murid Syekh Abdul Qodir", sambil matanya menatap raja jin dengan sorotan tajam. Lalu ia berkata: "Coba apa jawabanmu kepada Syekh kalau beliau marah padamu karena membunuh muridnya?".
Raja jin melirik ke arahku sambil berkata: "Karena aku menghormati dan memuliakan Syekh, dosamu yang begitu besar kuampuni, dan kamu bebas dari hukuman. Tetapi sebelum kau pulang, kamu harus jadi imam sholat untuk menyembahyangkan mayat anakku almarhum dan bacakan istighfar mohon diampuni dosanya".
Setelah selesai menyembahyangkan, pada waktu pulang aku diberi hadiah pakaian bagus dan diantarkan ketempat semula tadi".
Kisah ini menjadi i'tibar bahwa manfaat karomah dan barokahnya seorang sang guru akan menolong hidup sang murid itu. Maka jangan sekali-kali kita melupakan dan meremehkan seorang guru apalagi sampai mencaci maki, akan terputus semua berkah ilmu dan umur yang kita terima dari Allah SWT. Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, " Siapa saja yang mencintai Allah SWT maka dia harus mencintai Rasulullah SAW, siapa saja yang mencintai Rasulullah SAW maka dia harus mencintai gurunya".
Wallohu a'lam
sumber : http://yesmuslim.blogspot.com/2015/11/kisah-murid-syeh-abdul-qodir-al-jaelani.html
 

Biografi dan Kisah Karamah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

Kisah Syaikh Abdul Qadir Jailani menghidupkan orang mati di depan pendeta nasrani sehingga pendeta ini masuk Islam, karena terbukti bahwa Nabi Muhammad lebih agung dari Nabi yang diutus kepada Kaum Nasrani. Seorang Wali Allah dalam ummat Nabi Muhammad SAW saja bisa melakukan apa yang dilakukan Nabi Isa AS, meskipun derajat Kenabian lebih tinggi dari derajat Wali.


Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Karena tawasul adalah salah satu Sunnah nabi SAW sebagaimana Nabi Adam bertawasul dengan Nabi Muhammad. 

Kelahirannya
Syaikh Abdul Qadir adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.

Pendidikannya
Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Dakwahnya
Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir, sungai, menjumpai umat mendakwahkan kalimat Tauhid. Dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah-karamah (kemulian yang luar biasa) yang diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid beliau yang terpercaya.
Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun Madrasah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25 tahun tsb). Beliau mengelola Madrasah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.
Banyak sudah orang yang bertaubat melaui nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke Madrasah beliau. Sehingga Madrasah ini tidak muat menampung semuanya. Maka diadakan perluasan.
Imam Adz Dzahabi ketika menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
Kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama, kepedulian beliau untuk ummat sangat mendalam. membuat beliau sanggup mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.
Tidak perlu heran jika Allah berikan pada wali-wali Allah dari kalangan umat akhir zaman yang terkadang sama seperti mukjizat nabi nabi zaman bani israil. Karena tugas umat Nabi Muhammad adalah sama dengan tugas Nabi Muhammad dan Nabi-nabi lainnya yaitu berdakwah kepada umat seluruh alam sampai hari kiamat. Maka wajar jika pertolongan yang Allah berikan sama atau bahkan lebih besar dari mukjizat nabi-nabi bani israil yang hanya berdakwah di satu kaum yaitu kaum bani israil saja bukan untuk umat seluruh alam.
Seperti kisah syaikh Abdul Qadir, dengan karamahnya beliau saat diganggu oleh iblis, beliau terbang di depan murid-muridnya, menghidupkan orang mati di depan pendeta nasrani sehingga pendeta ini masuk islam.
Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan, dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tsb dgn membaca ayat tentang Nabi Ibrahim memanggil kembali burung yang sudah nabi ibrahim potong-potong dan diletakan di atas gunung-gunung. Banyak sekali karamah-karamah yang Allah berikan padanya. Dan itu semua adalah mungkin dan tidak mustahil karena allah maha kuasa dan maha berkehendak.

Wafatnya
Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat Para Ulama tentang Beliau
Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, “Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di Madrasahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”
Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah.
Ibnu Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “
Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung”.
Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Aljailani meiliki karamah yang sangat hebat dan banyak”

AQIDAH SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI SAMA DENGAN AQIDAH IMAM ADZAHABI YAKNI MENAFIKAN TEMPAT DAN ARAH PADA ALLAH SWT, Lihat kitab Imam adzahabi , beliau tidak mensifati Allah dengan sifat makhluq, tidak mensifati Allah dgn tempat dan arah, tidak mensifati Allah dgn sifat duduk, berdiri, berlari-lari kecil dan sebagainya.

sumber : http://yesmuslim.blogspot.com/2015/11/biografi-dan-kisah-karamah-syaikh-abdul.html

Selasa, Desember 22, 2015

Golongan Manusia yang Mendapat Pahala Dua Kali Lipat


Setiap amal kebaikan pasti ada balasan pahalanya, namun kadarnya tentu saja merupakan urusan Allah SWT. Pada saat Yaumul Hisab, pahala dan dosa manusia akan ditimbang dengan perhitungan yang amat teliti.

Saat ini, manusia hanya mengharap keberkahan atas setiap perbuatan baik yang dilakukan sebagai bekal pada hari akhir nanti.  Namun Allah maha pemurah sehingga akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan saat hidup di dunia. 



Ternyata ada golongan manusia yang mendapatkan pahala dua kali lipat. Ini bukan isapan jempol belaka, melainkan bersumber sabda Nabi besar Muhammad SAW. Sebagian golongan diantaranya bisa raih oleh manusia manusia saat ini. Siapa saja? Berikut ulasannya. 
 
1.    Istri-Istri Nabi Muhammad SAW 
Golongan yang akan mendapat dua kali lipat pahala adalah para istri Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Surat Al Ahzab: 31 yang artinya:


“Barang siapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberinya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.” (al-Ahzab: 31)


2. Orang yang Bersedekah Kepada Karib Kerabat
Memberikan sesuatu kepada orang lain merupakan bentuk sedekah. Amalan ini sangat dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang terhadap sesama. Namun ternyata bersedekah kepada karabat karib yang membutuhkan lebih utama, karena selain membantu mereka amalan ini bisa dapat mempererat tali silaturahmi. Maka ketika ingin bersedekah, lihatlah orang-orang terdekat anda. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:


“Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, dan bersedekah kepada kerabat ada dua (pahala): sedekah dan silaturrahim.” (HR. an-Nasai dan at-Tirmidzi, lihat Shahih at-Targhib no. 879).


Pada satu ketika ada Rasulullah ditanya sahabat tentang sedekah   kepada suami dan anak-anak yatim yang berada dalam asuhannya. Rasulullah kemudian bersabda yang artinya:

“Keduanya mendapat pahala (menyambung) kekerabatan dan pahala sedekah.” (Shahih Muslim, “Kitab Zakat” no. 1000)


3. Seorang Hakim dan Ulama Ahli Ijtihad yang Keputusan/Hukumnya Sesuai dengan Hukum Allah Setelah Berusaha Mencapai Hukum yang Benar
Golongan selanjutnya yang bisa mendapatkan pahala dua kali lipat adalah hakim atau ulama ahli ijtihad yang keputusan/hukumnya sesuai dengan hukum Allah  setelah berusaha mencapai hukum yang benar. Dua pahala ini didapatkan karena hukumannya sesuai dengan hukum Allah, serta usahanya mencari kebenaran terhadap apa yang akan diputuskannya.


“Ketika seorang hakim (akan) menghukumi lalu bersungguh-sungguh kemudian benar (hukumannya) maka dia mendapat dua pahala. Apabila keliru, dia mendapat satu pahala.” (HR. Muslim dan selainnya).


Hakim dalam hadist di atas adalah mereka yang memiliki alat bukti yang cukup untuk menghukum. Bukan orang tidak memiliki ilmu lantas melakukan hukuman tanpa ketentuan yang benar. Golongan yang demikian justru akan berdosa karena bukan ahlinya. 


4. Orang yang Memberi Contoh/ Keteladanan dalam Hal yang Baik Menurut Kacamata Agama
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Barang siapa memberi contoh yang baik dalam Islam, dia mendapatkan pahala (amalnya) dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala orang yang mengikutinya.” (HR. Ahmad, Muslim, dll, dari sahabat Jarir radhiyallahu ‘anhu)


5. Orang yang Mengulangi Shalatnya Ketika Menjumpai Air Wudhu Ketika Sebelumnya Shalat dengan Bertayamum
Golongan selanjutnya yang akan mendapatkan pahala dua kali lipat adalah mereka yang mengulang salatnya ketika menjumpai air, setelah sebelumnya bersuci dengan cara tayamum.


Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dua orang lelaki keluar untuk bepergian (safar). Waktu shalat tiba padahal keduanya tidak membawa air. Keduanya lantas bertayamum dengan tanah yang suci lalu shalat. Setelah shalat, keduanya mendapatkan air pada waktu (shalat tersebut). Salah satunya mengulangi shalatnya dengan berwudhu, sedangkan yang satunya tidak mengulangi. Keduanya kemudian mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut. Beliau bersabda kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, ‘Engkau sesuai dengan sunnah dan shalatmu telah sah.’ Adapun kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya, Nabi bersabda, “Engkau mendapat pahala dua kali.” (HR. Abu Dawud)


6. Orang yang Berusaha Membaca Al-Qur’an dengan Benar Meskipun Terbata-Bata
Orang yang berusaha keras belajar membaca Alquran meski dengan terbata-bata juga akan mendapatkan balasan dua kali lipat pahala. Dua pahala ini didapatkan atas kesulitan ketika belajar membaca Alquran dan pahala saat membaca kalam Allah tersebut.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Orang yang pandai membaca al- Qur’an akan bersama malaikat pencatat yang mulia lagi baik. Sementara itu, yang membaca al-Qur’an dengan terbatabata dalam keadaan merasa berat, ia mendapatkan dua pahala.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Selain enam golongan tersebut, dalam sebuah hadist  Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tiga orang yang mereka diberi pahala dua kali: (1) Seorang ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan mendapati Nabi (Muhammad) Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beriman kepada beliau, mengikutinya, dan memercayainya, maka dia mendapatkan dua pahala; (2) budak sahaya yang menunaikan kewajiban terhadap Allah l dan kewajiban terhadap tuannya, ia mendapatkan dua pahala; dan (3) seseorang yang memiliki budak perempuan lalu memberinya makan dan bagus dalam hal memberi makannya, kemudian mendidiknya dan bagus dalam mendidiknya, lalu dia memerdekakannya dan menikahinya, maka dia mendapat dua pahala.” (HR. al-Bukhari no. 3011 dan Muslim dalam “Kitabul Iman”, dan hadits ini lafadz Muslim).


Sebagian kalangan menilai, jangan melakukan sesuatu karena iming-iming surga. Namun bukankah Rasulullah SAW merupakan pembawa peringatan bahwa yang baik akan masuk surga dan yang bathil masuk neraka.  Kebenaran hanya milik Allah SWT.  

sumber : http://www.infoyunik.com/2015/12/golongan-manusia-yang-mendapat-pahala.html

Rabu, Desember 16, 2015

10 Pemimpin Besar Dalam Sejarah Islam


Memilih 10 nama dari ratusan pemimpin besar Islam (selain sahabat) tentu bukanlah hal mudah. Bisa jadi pembaca punya idola dan pilihan berbeda. Ada yang menyebut beberapa nama dan menggeser beberapa nama yang kami sebutkan. Demikianlah sejarah. Ia bukan ilmu pasti seperti matematika dan fisika. Ada garis batas yang kaku dan rumus yang jitu untuk menentukan hasil tertentu. Sejarah tidak seperti itu.

10 nama ini dipilih berdasarkan peranan besar mereka dalam politik dan strategi. Juga kemampuan dalam menghadapi tipu daya musuh yang mengancam dan menipu. Bukan dari sisi prestasi dalam ilmu dan sastra. Juga bukan dalam masalah hukum dan pengetahuan agama. Dan tentu saja, 10 nama ini dipilih agar umat Islam tahu tentang pahlawan mereka.

Dalam kurun 3 abad, nama-nama mereka dicatat sebagai tokoh besar dalam dunia militer.

Pertama: Abu Ja’far al-Manshur

Laki-laki tangguh ini adalah seseorang yang memegang peranan penting dalam sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah. Dialah pencetus ide Daulah Abasiyah. Dia juru taktik dan tokoh intelektual di belakang saudaranya Abu al-Abbas as-Safah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah.

Saat kekuasaan Daulah Umayyah telah masuk ke wilayah Andalusia hingga Asia Tengah, mulailah terjadi kegoncangan. Damaskus (ibu kota Daulah Umayyah) sulit me-manage wilayah kekuasaannya yang begitu besar sekaligus memiliki ragam budaya yang berbeda. Para sejarawan menyebutkan bahwa faktor utama runtuhnya Dualah Umayyah adalah kegagalan mereka berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya yang heterogen. Dan di saat itu pula orang-orang Abbasiyah menyerukan perlawanan.

Abu Ja’far al-Manshur begitu jeli melihat kelemahan Daulah Umayyah. Ia pandai memposisikan diri di kalangan orang-orang Persia dan Asia Tengah. Ia tahu bagaimana mengarahkan potensi perbedaan etnik dan budaya menjadi sebuah energi positif yang membangun, tidak melulu menghembuskan energi negatif yang hanya memicu sengketa dan perpecahan. Melihat geopolitik Timur Tengah saat ini, kecerdasan Abu Ja’far al-Manshur menyatukan Persia dan Arab belum bisa ditiru oleh pemimpin-pemimpin di era modern ini.

Di negeri yang sedang dibangun Abu Ja’far, tidak ada identitas kesukuan. Identitas seseorang hanya disandarkan pada Islam saja. hebatnya, ia juga mampu mengkompromikan antara budaya Arab dan Persia yang dikenal sangat sulit bersatu. Para khalifah Abbasiyah berikutnya mendapatkan warisan berharga berupa pondasi masyarakat yang kokoh. Hingga karakter Abbasiyah ini luntur ditandai dengan munculnya Dinasti Buwaihi dan Saljuk. Dan akhirnya runtuh di tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H/1258 M.

Kedua: Abdurrahman ad-Dakhil

Abdurrahman ad-Dakhil, anak muda bani Umayyah ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Membaca kisahnya mendirikan Daulah Bani Umayyah II seperti membaca kisah dongeng. Kalau Anda takjub dengan anak muda membuat “kerajaan” bisnis; mendirikan perusahaan, sejuta pencapaian, atau dengan Mark Zuckerberg yang mendirikan facebook, maka Anda akan lebih takjub lagi dengan kisah Abdurrahman ad-Dakhil. Karena di usia belia, ia mendirikan kerajaan dalam arti senyatanya. –atas izin Allah- Ia mampu melakukan lobi-lobi politik tingkat tinggi, memimpin puluhan ribu pasukan untuk tunduk pada komandonya, memadamkan puluhan pemberontakan, menyelamatkan nyawa dari ribuan pedang, semua itu ia lakukan sejak berusia 19 tahun.

Patung Abdurrahman ad-Dakhil di Almuñécar, Spanyol.
Patung Abdurrahman ad-Dakhil di Almuñécar, Spanyol.
Abdurrahman ad-Dakhil menjadi buronan Abbasiyah saat berusia 19 tahun. Menjadi penguasa tunggal di Andalusia pada usia 29 tahun. Dan terus memegang kekuasaan selama sekitar 34 tahun.

Abdurrahman ad-Dakhil adalah cucu dari Khalifah Hisyam bin Abdul Malik al-Umawi. Pada saat Daulah Abbasiyah berdiri, maka terjadi pembantaian besar-besaran terhadap bani Umayyah. Termasuk Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam ad-Dakhil menjadi sasaran. Ia pun kabur menyelamatkan diri. Saat dalam pelarian itu, ia menyaksikan dua orang saudaranya dibunuh di hadapannya. Ia terus berlari menuju Syam kemudian Mesir lalu Maroko. Dari Maroko, ia menyeberang ke Andalusia. Di sanalah ia mendapatkan gelar ad-Dakhil.

Sejak umat Islam masuk ke Andalusia pada tahun 92 H hingga masuknya ad-Dakhil pada tahun 138 H, orang-orang Arab belum memiliki posisi yang kokoh di Jazirah Iberia itu. Tidak sampai setahun, ad-Dakhil telah berhasil mengokohkan posisinya di Cordoba. Dari Cordoba, ia berhasil menguasai Zaragoza dan Barcelona. Kedua kota tersebut ia taklukkan atas kecerdikannya melobi kekuatan militer bangsa Frank untuk membantunya. Kemudian ia menguasai kota-kota lainnya.

Mengingat ruwetnya lobi politik partai-partai pasca pemilu, kita bisa mengetahui bagaimana kehandalan politik anak muda yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah ini. Kalau level partai, level nasional saja sulit menyatukan pendapat, kita jadi tahu bagaimana jitunya lobi Abdurrahman ad-Dakhil yang bisa merangkul bangsa Eropa agar mau bekerja untuknya.

Ketiga: Alib Arselan as-Saljuki

Garis batas wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk –orang-orang Turki- meluas dengan pesat. Mulai dari Asia Tengah hingga ibu kota Daulah Abbasiyah di Baghdad. Kekuatan dinasti ini terus tumbuh hingga ia menjadi penguasa seluruh wilayah Islam. Dinasti ini menguasai orang-orang Buwaihi dan melindungi Abbasi, khususnya dari gangguan Syiah Fatimi (Daulah Ubaidiyah) yang menyebarkan ideologi Syiah Ismaili.

Di balik kejayaan Dinasti Saljuk ada nama Alib Arselan sebagai tokoh utamanya. Orang-orang Turki patut berbangga karena lahir seorang Alib Arselan di tengah-tengah mereka. Alib Arselan pernah memukul mundur 200.000 pasukan Romawi hanya dengan 20.000 pasukan saja. 1 banding 10. Pasukan adidaya Romawi yang sudah berkuasa berabad-abad lamanya. Pasukan yang kuat yang disangka tak terkalahkan itu takluk dengan pasukan yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Sejak saat itu, pengaruh Romawi di Asia kecil melemah hingga akhirnya ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.

Saat ini, melihat kebijakan Tayib Recep Erdogan saja kita kagum. Bagaimana pula kiranya Alib Arselan yang berhasil meruntuhkan mental negara adidaya kemudian menguasainya.

Keempat: Nuruddin Zanki

Nuruddin Zanki, ia adalah pahlawan Islam yang berhasil mengusir tentara Salib diari tanah Suriah dan sebagian wilayah Palestina. Mungkin namanya tidak sepopuler Shalahuddin al-Ayyubi, tapi dialah yang membuka jalan bagi Shalahuddin untuk membebaskan Jerusalem.

Setelah menggantikan ayahnya sebagai penguasa Aleppo, Nuruddin berusaha sekuat tenaga menyatukan wilayah-wilayah Syam. Ia membebaskan Damaskus, Baalbek, Edessa, Harran, dan Mosul. Setelah itu ia mengarahkan pasukannya menuju Palestina menghadapai Pasukan Salib. Ia juga menghadapi orang-orang Salib di Mesir. Dan kemudian memasukkan wilayah-wilayah tersebut di bawah kekuasaannya.

Sama seperti Alib Arselan, Nuruddin Zanki juga dikenal sebagai seorang yang shaleh dan zuhud. Ia memberi perhatian yang besar terhadap perkembangan agama Islam. Saa wafat pada tahun 569 H/1174, Nuruddin telah membangun banyak masjid, madrasah, rumah sakit, dan rumah para musafir.

Kelima: Shalahuddin al-Ayyubi

Shalahuddin al-Ayyubi adalah penerus perjuangan Nuruddin Zanki. Dilahirkan dari suku Kurdi, Shalahuddin tumbuh besar di wilayah Syam karena ayahnya pindah ke Aleppo membantu perjuangan Imaduddin Zanki, ayah dari Nuruddin Zanki. Di Aleppo Shalahuddin kecil mempelajari agama dan kemiliteran. Kemudian ia bergabung ke dalam pasukan pamannya, Asaduddin Syirkuh, yang merupakan salah seorang panglima pasukan Nuruddin Zanki.

Di bawah bimbingan Nuruffin Zanki, karir Shalahuddin terus menanjak, hingga ia diamanahi untuk memimpin Mesir setelah mengusir orang-orang Fatimiyah dari wilayah Sunni itu. setelah Nuruddin wafat, Shalahuddin menempati kekuasaannya. Ia pun jadi pemimpin Mesir dan Syam. Misi pembebasan Jerusalem pun dilanjutkan.

Pada Perang Hattin tahun 583 H/1187 M, Shalahuddin berhasil mengalahkan Pasukan Salib. Dalam waktu hanya tiga bulan, wilayah-wilayah yang dikuasai Tentara Salib; Acre, Beirut, Sidon, Nablus, Jaffa, dan Ashkelon kembali ke tangan kaum muslimin. Kemudian Jerusalem setelah 88 tahun dikuasai oleh Pasukan Salib.

Biarlah mereka bercerita tentang Achiles, sang pemberani dalam mitologi Yunani. Atau dongeng manusia setengah dewa, Hercules. Kita –umat Islam- pun memiliki pahlawan pemberani pula. Ceritakanlah kepada kepada anak-anak kaum muslimin tentang Abdurrahman ad-Dakhil, atau Muhammad al-Fatih, atau Sulaiman al-Qanuni. Agar mereka tahu siapakah yang lebih layak untuk jadi idola.

Keenam: Saifuddin Qutuz

Saifuddin Qutuz adalah orang kepercayaan Sultan al-Mu’iz Izuddin Aibek dan anaknya, Sultan al-Manshur Ali. Salah satu prestasi terbesarnya adalah mengalahkan pasukan Mongol yang tak terkahlahkan itu.

Ketika Mongol sampai di wilayah Syam, mereka mengutus duta kepada Qutuz, agar menyerah dan tunduk kepada Mongol. Tunduk kepada orang Aisa Tengah yang nomaden yang telah menjelma menjadi kekuatan dunia. Kekuatan besar yang telah mengalahkan negeri sebesar Tiongkok. Kekuatan besar yang tak ada satu pun negeri-negeri Timur mampu membuat mereka mundur.

Peta Ain Jalut
Peta Ain Jalut
Beberapa riwayat sejarah menyebutkan, Qutuz membalas sikap Mongol yang menganggap remeh Daulah Mamluk ini dengan memenggal para utusan itu. kemudian memajang kepala mereka di depan Gerbang Zuwaylah, salah satu gerbang di Kota Kuno Kairo, Mesir. Hal ini menegaskan sikap Daulah Mamluk, mereka menyambut genderang perang yang ditabuh Mongol terhadap negara-negara Islam. Peristiwa ini mengawali perang besar yang kita kenal dengan Perang Ainjalut. Perang paling bersejarah dalam perjalanan Kota Kairo. Perang yang –atas izin Allah- menyelematkan peradaban Islam dari keganasan bangsa Mongol.

Mengalahkan Mongol hanya dengan bermodal keberanian, sama saja menyerahkan leher-leher kaum muslimin untuk disembelih. Tentu butuh strategi dan perhitungan yang jitu. Mongol telah mengalahkan Cina, bangsa yang kuat dan memiliki peradaban yang mapan. Mengalahkan Abbasiyah yang telah berkuasa di tanah Arab berabad-abad. Oleh karena itu, pencapaian Qutuz dengan mengalahkan Mongol adalah sesuatu yang luar biasa. Selain itu, moral kaum muslimin pun kembali meninggi.

Ketujuh: Yusuf bin Tasyafin

Yusuf bin Tasyafin, sang singa Murabithin. Kecerdasannya tampak saat Penguasa Murabithin di Maroko, Amir Abu Bakar, menunjuknya sebagai penguasa wilayah Sijilmasa. Kemudian Abu Bakar menyerahkan kekuasaan Daulah Murabithin kepadanya secara utuh. Dimulailah masa keemasan Murabithin hingga 45 tahun berikutnya.

Kota Marrakesh
Kota Marrakesh
Yusuf mulai membangun kota Marrakesh. Memperluas kekuasaan Murabithin hingga meliputi seluruh wilayah Maroko dan Aljazair. Kemudian menuju Andalusia, menyelamatkan kaum muslimin setelah jatuhnya Kota Toledo ke tangan orang-orang Nasrani. Ia terus masuk ke Andalusia hingga berhasil mengalahkan Raja Alfonso dari Kerajaan Kastilia pada tahun 479 H/1086 M.

Kedelapan: Muhammad al-Fatih

Muhammad al-Fatih adalah seorang pemimpin Daulah Utsmani yang sangat dikenal. Ia memegang kekuasaan Utsmani pada tahun 855 H/1451 M dan berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tahun 857 H/1453 M. Ia memerintah kerajaan ini selama 30 tahun.

Selain digelari dengan al-Fatih, ia juga disebut dengan Kaisar Romawi, karena mewarisi kerajaan Romawi Bizantium. Ia juga dikenal dengan Tuan Dua Benua dan Dua Lautan, karena menguasai Anatolia dan Balkan serta merajai Laut Aegea dan Laut Hitam.

Sultan Muhammad al-Fatih memasuki Konstantinopel
Sultan Muhammad al-Fatih memasuki Konstantinopel
Masa pemerintah Muhammad al-Fatih dikenal dengan masa reformasi Daulah Utsmani. Ia membuat tata aturan yang berlaku merata di wilayah kekuasaannya. Keistimewaan pemerintahannya ditandai dengan penjagaan luar biasa terhadap masyarakat pedangang dan perkembangan diplomasi dengan wilayah-wilayah tetangga.

Selain dikenal sebagai pembuka jalan masuknya Islam ke Eropa, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang yang toleran. Semua lapisan masyarakat Istanbul mengetahui hal itu. Ia sering berdiskusi dengan cendekiawan Itali dan Yunani di Kota Balata. Menunjukkan betapa terbukanya dia. Dalam pemerintahannya, gereja Kristen ortodoks di Turki tetap berjalan normal seperti sebelumnya, hingga ditutup di masa pemerintahan Turki modern di abad ke-20.

Kesembilan: Sultan Salim I

Hanya 8 tahun saja Sultan Salim I memerintah Daulah Utsmani, namun pencapaiannya begitu luar biasa. Mesir, Suriah, dan Hijaz menjadi bagian dari Utsmani. Inilah kali pertama Daulah Utsmani menjadi penguasa wilayah bumi terbesar.

Pada masa pemerintah Sultan Salim I, muncul ancaman di wilayah timur Utsmani dari Kerajaan Syiah Shafawi di Iran. Orang-orang Persia itu mulai mengancam Anatolia. Sultan Salim I “membeli” “dagangan” mereka. terjadilah pertempuran melawan Syiah Shafawi di perbatasan Timur Utsmani, di Sungai Eufrat, pada tahun 920 H/1514 M. Dari peperangan tersebut, wilayah Turkmenistan dan Kurdistan menjadi bagian dari Utsmani.

Pada tahun 922 dan 923 H/1516 dan 1517, wilayah Mesir dan Syam menjadi wilayah Utsmani. Kemudian syarif Mekah menyerahkan kekuasaannya atas Mekah dan Madinah kepada Sultan Salim I di Kairo.

Kesepuluh: Sultan Sulaiman al-Qanuni

Setelah Sultan Salim I wafat, kekuasaan Utsmani dipegang oleh anaknya, Sulaiman al-Qanuni (926-974 H/1520-1566 M). Sultan Sulaiman mengikuti kebijakan pendahulunya dalam kemiliteran. Namun di masa pemeritahannya, hukum, kebudayaan, dan tata kota lebih tersusun rapi. Oleh karena itu, masa pemerintahannya terkenal dengan puncak kejayaan peradaban Utsmani.

Pada masa Sultan Sulaiman wilayah Beograd –ibu kota Serbia sekarang-, Rhodes, Hungaria, dan Wina –ibu kota Austria- menjadi wilayah Turki Utsmani. Sultan Sulaiman melakukan aktivitas militer besar-besaran sebanyak tiga kali menghadapi Daulah Shafawi yang berpaham Syiah. Pertama pada tahun 941 H/1534 M ketika orang-orang Shafawi masuk ke Kota Erzurum di bagian timur Turki sekarang. Kedua, pada tahun 955 H/1548 M terjadi kontak senjata atas wilayah Danau Van. Ketiga, tahun 961 H/ 1554 M.

Di masa ini juga muncul seorang pemimpin angkatan laut Utsmani yang terkenal, Khairuddin Barbarosa. Barbarosa adalah seorang panglima angkata laut terbaik dalam sejarah Islam. Jasanya sangat besar dalam menjaga Laut Mediterania, Pantai Yunani, Venice (kota di Italia), dan Spanyol.

sumber : https://kisahmuslim.com/5323-10-pemimpin-besar-dalam-sejarah-islam-22.html

Kamis, Desember 03, 2015

Sebab Doa Orangtua Ditolak Allah SWT

Setiap orangtua menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi sukses. Mereka akan mendukung baik secara moril maupun materil demi keberhasilan buah hatinya. Namun hal terpenting yang harus dilakukan orangtua adalah mendoakan anak-anaknya.
Banyak hadist menjelaskan bahwa doa orangtua sangat mustajab. Bahkan doa ibu mampu menembus langit dan langsung dihijabah oleh Allah SWT. Begitu dasyatnya doa orangtua ini seharusnya menyertai setiap perjalanan hidup setiap anak.


Namun ada tindakan orangtua yang membuat Allah menolak doa mereka untuk anak-anaknya. Apapun doanya tidak akan dihijabah jika orangtua melakukan hal ini. Apa tindakan tersebut dan bagaimana bisa Allah menolak denggan keras doa mereka?
Ternyata tindakan orangtua yang dapat membuat Allah menolak doa mereka untuk anak adalah memberi makan anak-anak dengan uang yang haram atau syubhat. Ketika anak-anak mendapatkan asupan makanan yang haram atau syubhat, salah satu efeknya adalah doa tidak akan terhijabah. Apalagi jika orang tuanya juga memakan makanan dari hasil yang serupa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan hanya menerima yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk sama seperti yang diperintahkan kepada para nabi. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, ‘Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amal shalih. ’ Dia juga berfirman yang artinya, ‘Hai orang-orang mukmin, makanlah makanan yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu. ’ Kemudian beliau menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh hingga rambutnya kusut dan kotor, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Rabb, ya Rabb’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan yang haram. Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan.” (HR. Muslim)

Ulama menerangkan hadist ini bahwa laki-laki yang dijelaskan diatas sudah memenuhi kriteria terkabulnya doa. Kriteria tersebut adalah Ia seorang musafir, ia lelah, dan ia menengadahkan dua tangan dan sangat berharap kepada Allah.

Akan tetapi Nabi Muhammad SAW dalam hadist tersebut menjelaskan bahwa doa laki-laki tersebut tetap tertolak karena barang haram. Sebab makanan haram, minuman haram dan pakaian haram adalah penghalang terkabulnya doa.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Ketahuilah, bahwa suapan haram jika masuk dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (Riwayat At Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali nereka lebih utama untuknya.” (Riwayat At Tirmidzi).

Para orangtua, sebaiknya mulai saat ini dan seterusnya kita lebih berhati-hati dalam memberikan buah hati makanan. Selain doa anda untuk mereka tidak dihijabah, masih banyak hal buruk lainnya yang akan menimpa anak karena makan uang haram ini.

Bukankah tidak ada yang lebih menyakitkan dari penolakan doa kepada Allah, padahal Ia maha pemberi dan maha penyayang.  Semoga kita hamba-hamba-Nya yang selalu rindu disayangiNya.  


sumber : http://www.infoyunik.com/2015/12/awas-hal-ini-sebabkan-doa-orangtua.html

Rabu, Desember 02, 2015

Mengenal Lebih Dekat Hamzah Bin Abdul Muthalib -Semoga Alloh Meridhainya


Nama lengkapnya adalah Hamzah Abu Imarah bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf al-Qurasy. Beliau merupakan paman Nabi , sekaligus saudara se-persusuan, serta kerabat dekatnya dari jalur ibu. Dilahirkan dua tahun sebelum Nabi.
Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan pemuda Quraisy yang mulia dan paling kuat kesadarannya akan harga diri. Ia juga seorang pemanah ulung, cerdas dan berakhlak mulia. Ia memeluk Islam pada penghujung tahun keenam kenabian, lebih tepatnya pada bulan Dzulhijjah tiga hari sebelum keislaman ‘Umar bin Khaththab.

Karena kecerdasan dan ketangguhannya, Rosululloh  pernah menugasi Hamzah sebagai orang pertama yang membawa panji dalam Islam. Beliau  menunjuknya menjadi komandan atas 30 pasukan berkuda dari kalangan Muhajirin dalam perang Saiful Bahar.

Hamzah merupakan pahlawan dalam setiap peperangan yang diikutinya. Dalam perang Badar ia banyak menewaskan jagoan-jagoan kafir Quraisy. Ia adalah orang yang pertama kali melemparkan benih-benih kekalahan ke wajah-wajah pasukan kafir Quraisy. Ia membunuh orang yang pertama kali menyulut api peperangan, al-Aswad bin Abdul Asad.

Selain al-Aswad, banyak tokoh-tokoh kafir Quraisy yang berakhir riwayatnya pada perang Badar di tangan Hamzah seperti, Syaibah bin Rabi’ah, Thu’aimah bin Adiy, ‘Utbah bin Rabi’ah dan yang lainnya. Hamzah telah berjasa besar dalam tercapainya kemenangan yang gemilang bagi kaum Muslimin di perang Badar.

Di sisi lain, kematian Thu’aimah bin Adiy di perang Badar telah menggoreskan luka yang mendalam bagi Jubair bin Muth’im selaku keponakannya. Ia sesumbar ingin membalas dendam atas kematian pamannya kepada Hamzah. Jubair menjanjikan kepada budaknya yang bernama Wahsyi bahwa jika ia berhasil membunuh Hamzah, maka ia akan dimerdekakan.

Tibalah waktu yang dinantikan bagi Jubair bin Muth’im untuk mengobati lukanya karena dendam. Pasukan Alloh dan pasukan setan saling berhadapan di Uhud. Perang berkecamuk dengan sangat dahsyat. Seperti biasa, Hamzah tampil sebagai pahlawan yang menciutkan nyali musuh-musuhnya. Ia bagaikan onta abu-abu yang lincah di tengah-tengah pasukan, ia mengobrak-abrik pasukan musuh dan tidak ada yang dapat menghadangnya. Bahkan, ia berhasil menewaskan 30 orang pasukan kafir Quraisy.

Namun, Hamzah tidak menyadari bahwa telah ada yang mengincarnya di tengah kecamuk peperangan. Wahsyi sang budak Habsyi –yang mempunyai keahlian melempar tombak–  telah siap siaga untuk melemparkan tombaknya ke arah Hamzah. Hingga saatnya tiba, Wahsyi melemparkan tombaknya dan berhasil mengenai Hamzah di bagian bawah perut hingga menembus keluar lewat selangkangannya.  Hamzah sang singa Alloh gugur sebagai syuhada.

Sungguh, syahidnya Hamzah merupakan sebuah musibah besar. Namun, musibah tersebut bertambah parah ketika mayatnya dicincang orang-orang kafir. Perutnya dirobek-robek, hatinya dikeluarkan, kedua telinga dan hidungnya pun dipotong.

Demi melihat keadaan mayat pamannya yang demikian, Rosululloh  bersabda, “Tidak akan ada lagi orang yang mengalami sepertimu, wahai Hamzah. Aku belum pernah mengalami kondisi sesedih ini. Jibril datang dan memberitahu bahwa nama Hamzah termaktub di penghuni langit yang tujuh dengan nama Hamzah bin Abdul Muthalib, Asad Alloh (singa Alloh) dan Asad Rosulih (singa Rosul-Nya).” [Nzal/hsm]

sumber :  http://panjimas.com/inspirasi/2015/01/30/mengenal-lebih-dekat-hamzah-bin-abdul-muthalib-semoga-alloh-meridhainya/

Senin, November 30, 2015

Di Akhir Zaman, Hindari Pekerjaan-Pekerjaan Ini

DARI Abu Hurairah ra dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Benar-benar akan datang kepada manusia suatu masa, pada saat itu orang tidak lagi mempedulikan dari mana ia mendapatkan harta kekayaan, apakah dari jalan yang halal ataukah jalan yang haram. “1)

Musibah, bencana alam, keserakahan manusia, gaya hidup hedonis yang tamak dan rakus, semuanya merupakan pemicu munculnya ketidakseimbangan, baik pada alam maupun secara sosial. Dari sudut pandang sunnatullah, semua itu merupakan bentuk ujian yang Allah berikan kepada setiap manusia. Namun, dari sudut pandang human’s behaviour  (perilaku manusia), maka semua musibah itu adalah akibat tingkah laku mereka.

Semua bencana itu akan berimbas pada problem kemanusiaan.  Ekonomi merosot, persediaan pangan terancam, lahan pekerjaan menjadi sempit, sementara kebutuhan manusia terus berjalan dan cenderung melonjak, baik karena faktor pertambahan penduduk maupun berubah gaya hidup manusia yang cenderung materialistik.
Dalam kondisi seperti itu, sering kali manusia menjadi gelap mata manakala kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Perut yang lapar dan tuntuan hidup orang-orang yang ditanggungnya (anak dan istri), mau tidak mau akan memaksa mereka untuk menempuh jalan yang mungkin saja berujung pada sikap menghalalkan segala cara; yang terpenting perut bisa diganjal, anak dan istri tidak lagi menangis kelaparan dan kebutuhannya terpenuhi.

Inilah kondisi di mana hari ini kita hidup. Faktor kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin tidak dipungkiri menjadi pemicu lahirnya keinginan manusia untuk mencari keadilan dengan cara-cara haram.

Orang-orang kaya yang hobi pamer kekayaan dan sering menjual gaya hidupnya kepada orang-orang miskin, ‘telah menambah dorongan mereka untuk melakukan apapun asal mereka bisa menikmati seperti yang selama ini mereka tonton. Maka, betapa tepatnya kondisi saat ini dengan apa yang dinubuwatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam riwayat di atas.

Rezki Allah itu sangat luas
Pameo klasik yang mengatakan bahwa ‘mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal’ jelas merupakan sebuah alasan yang klise dan absurd, meski realitanya demikian. Sesungguhnya mata pencaharian itu sangat banyak ragamnya. Selama ia merupakan sesuatu yang halal, baik, dan tidak melanggar ketentuan syariat, maka ia adalah pekerjaan yang diberkahi.

Seorang muslim boleh melakukannya. Apabila pekerjaan tersebut berupa sebuah kemaksiatan, kemungkaran, kezaliman, kecurangan, penipuan, atau pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan umum syariat, maka ia adalah pekerjaan yang haram, meskipun menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang banyak. Seorang muslim wajib menjauhi dan meninggalkannya.

Hindari pekerjaan-pekerjaan ini:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan umatnya untuk mewaspadai pekerjaan-pekerjaan yang haram ini. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan salah satu tanda rusaknya akhlak umat manusia dengan ketidakpedulian mereka terhadap cara mencari harta kekayaan. Di antara mata pencaharian yang dilarang adalah:

a. Pekerjaan yang berupa kesyirikan dan sihir, seperti perdukunan, paranormal, ‘orang pintar’, peramal nasib, dan hal-hal yang sejenis dan semakna dengannya.

b. Pekerjaan yang berupa sarana-sarana menuju kesyirikan, seperti menjadi juru kunci makam, membuat patung, melukis gambar makhluk yang bernyawa, dan hal-hal yang sejenis dan semakna dengannya.

c. Memperjual belikan hal-hal yang diharamkan oleh syariat, seperti bangkai, babi, darah, anjing, patung, lukisan makhluk yang bernyawa, minuman keras, narkotika, dan lain sebagainya.
Dari Abu Mas’ud al-Anshari ra bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang harta dari harga penjualan anjing, upah wanita pezinaan, dan upah seorang dukun. 2)
Dari Abu Juhaifah ra ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah melarang harta hasil penjualan darah, penjualan anjing, upah budak perempuan yang dipekerjakan untuk berzina (upah mucikari). Beliau melaknat perempuan yang membuat tato, perempuan yang meminta ditato, orang yang memakan harta riba, orang yang memberikan riba, dan orang yang membuat patung.”3)
Dari Jabir bin Abdillah ra bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di Mekah pada tahun penaklukkan Mekah: “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan penjualan khamer, bangkai, babi, dan patung.” Maka ada seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang menjual lemak bangkai, karena ia bisa digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit, dan orang-orang biasa mempergunakannya untuk minyak lampu penerangan?” Maka beliau menjawab: “Tidak boleh menjualnya, ia tetap haram.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lantas bersabda: “Semoga Allah memerangi kaum Yahudi. Ketika Allah mengharamkan atas mereka lemak bangkai, mereka mencairkannya lalu menjualnya dan memakan harganya.”4)
Dari ‘Aisyah radiyalaahu ‘anhuma ia berkata: “Ketika diturunkan ayat-ayat di akhir-akhir surat Al-Baqarah tentang riba (ayat 275 dst) , Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar ke masjid dan membacakannya kepada masyarakat. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian mengharamkan perdagangan khamer, minuman keras.5)

d. Memakan harta riba.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah riba yang masih ada pada diri kalian, jika kalian benar-benar beriman. Jika kalian tidak mau melakukannya, maka terimalah pengumuuman perang dari Allah dan Rasul-Nya. ” (QS Al-Baqarah [2] :278-279).

e. Menimbun bahan-bahan perdagangan di saat harganya murah dan dibutuhkan oleh masyarakat dengan tujuan meraih keuntungan yang berlipat ganda pada saat harganya melambung tinggi. Dari Ma’ mar bin Abdullah al-Anshari ra dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
“Barang siapa menimbun, ia telah berbuat salah.” Dalam lafal yang lain: Tidak ada orang yang melakukan penimbunan selain orang yang berbuat salah. “6)
Dari Umar bin Khathab ra , ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa menimbun bahan makanan yang dibutuhkan oleh kaum muslimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menimpakan penyakit lepra dan kebangkrutan kepadanya. “7)

f. Perjudian.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamer (minuman keras), perjudian, berkurban untuk berhala-berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah oleh kalian perbuatan-perbuatan tersebut agar kalian mendapatkan keberuntungan.
Sesungguhnya setan bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran meminum khamr dan melakukan perjudian dan menghalang-halangi {melalaikan} kalian dari dzikir kepada Allah dan dari shalat. Maka mengapa kalian tidak mau berhenti? (QS Al-Maidah [5]: 90-91).

g. Memakan harta anak yatim secara dzalim.
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS An-Nisa’ [4): 10).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kalian. (QS An-Nisa’ [4]: 29).

i. Mencuri, mencopet, menjambret, dan merampok.
Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, maka potonglah (pergelangan) tangan-tangan mereka sebagai hukuman dari Allah atas kejahatan mereka. (QS Al-Maidah [5]: 38).

j. Mengurangi timbangan dan takaran.
Kecelakaan bagi orang-orang yang melakukan kecurangan dalam timbangan, yaitu kalau menakar milik orang lain untuk dirinya, ia meminta disempurnakan. Namun, apabila mereka menakar barang dagangan mereka untuk orang lain, ia merugikan orang lain (dengan mengurangi takaran). (QS Al-Muthaffifin: 1-3).

k. Korupsi dan penipuan terhadap rakyat.
Dari Ma’qil bin Yasar ra ia berkata: Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Tidak ada seorang hamba pun yang diberi amanat oleh Allah untuk menjadi pemimpin sebuah masyarakat lalu ia tidak memimpin mereka dengan ketulusan (kejujuran), kecuali ia tidak akan mendapatkan bau surga.” Dalam lafal Muslim: “… kecuali Allah mengharamkan surga atasnya. “8)

l. Menunda-nunda pembayaran gaji buruh dan karyawan atau mengurangi hak-hak mereka.
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ‘Ada tiga golongan yang Aku menjadi musuh mereka; orang yang memberikan sumpah setia dengan menyebut nama-Ku lalu ia mengkhianati, orang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya, dan orang yang mempekerjakan seorang buruh lalu si buruh menuntaskan pekerjaannya sementara ia tidak mau membayarkan upahnya.”9)
_________
1. HR. Bukhari : Kitab al-buyu’ bab man lam yubali min haitsu kasaba al-mal no. 2059 bab qauluhu ta’ala Ali Imran : 130 no. 2083, An-Nasa’i dan Ahmad. ‘
2. HR. Bukhari : Kitab al-buyu’ bab tsaman al-kalb no. 2237,.
3. HR. Bukhari : Kitab al-buyu’ bab mukil al-riba no. 2086, bab tsaman al-kalb no. 2238.
4. HR. Bukhari : Kitab al-buyu’ bab bai’i al-maitah wa al-ashnam no. 2236″ 90 HR. Bukhari : Kitab al-shalat bab tahrim tijarat al-khamr fi al-masjid no. 459.
5. HR. Muslim: Kitab al-musaqat bab tahrim alihtikar fi al-aqwat no. 1605,.
6. HR. Ibnu Majah : Kitab al-tijarah bab al-hukrah wa al-jalb no. 2155. AI-Hafizh Ibnu Hajar berkata: sanadnya hasan.
7. HR. Bukhari : Kitab al-ahkam bab man ustur’iya ra’iyah falam yanshah lahum no. 7150 Muslim: Kitab al-imarah bab fadhilat al-imam al-‘adil wa ‘uqubat al-jaair no. 1831. ‘ .
8. HR. Bukhari: Kitab al-buyu’ bab itsm man ba’a hurran no. 2227.
(Sumber: Akhir Zaman: Abdur Rahman Al-Wasithi, Dari: 100 Hadits Tentang Nubuat Akhir Zaman, Az-Zahra Mediatama, Hal. 102-108; https://www.islampos.com/di-akhir-zaman-hindari-pekerjaan-pekerjaan-ini)

Jumat, November 27, 2015

Kisah Syuraih al-Qadhi Bersama Istrinya

Ini Syuraih al-Qadhi bersama istrinya. Syuraih adalah seorang tabi’in yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab menjadi pejabat hakim di wilayah kekhalifahan Islam.

Setelah Syuraih (seorang tabi’in) menikah dengan seorang wanita bani Tamim, dia berkata kepada Sya’bi (seorang tabi’in), “Wahai Sya’bi menikahlah dengan seorang wanita bani Tamim karena mereka adalah wanita.”

Sya’bi bertanya, “Bagaimana hal itu?”

Syuraih bercerita, “Aku melewati kampung bani Tamim. Aku melihat seorang wanita duduk di atas tikar, di depannya duduk seorang wanita muda yang cantik. Aku meminta minum kepadanya.”

Wanita itu berkata kepadaku, “Minuman apa yang kamu sukai?”

Aku menjawab, “Seadanya.”

Wanita itu berkata, “Beri dia susu. Aku menduga dia orang asing.”

Syuraih berkata, “Selesai minum aku melihat wanita muda itu. Aku mengaguminya. Aku bertanya kepada ibunya tentang wanita itu.”

Si ibu menjawab, “Anakku.”

Aku bertanya, “Siapa?” (maksudnya siapa ayahnya dan bagaimana asal usulnya).

Wanita itu menjawab, “Zaenab binti Hadhir dari bani Hanzhalah.”

Aku bertanya, “Dia kosong atau berisi?” (maksudnya bersuami atau tidak).

Wanita itu menjawab, “Kosong.”

Aku bertanya, “Kamu bersedia menikahkanku dengannya?”

Wanita itu menjawab, “Ya, jika kamu kufu’ (sepadan).

Aku meninggalkannya pulang ke rumah untuk beristirahat siang, tetapi aku tidak bisa tidur. Selesai shalat aku mengajak beberapa orang saudaraku dari kalangan orang-orang yang terhormat. Aku shalat ashar bersama mereka. Ternyata pamannya telah menunggu.

Pamannya bertanya, “Wahai Abu Umayyah, apa keperluanmu?”

Aku menjelaskan keinginanku, lalu dia menikahkanku. Orang-orang memberiku ucapan selamat, kemudian acara selesai. Begitu sampai di rumah aku langsung menyesal. Aku berkata dalam hati, “Aku telah menikah dengan keluarga Arab yang paling keras dan kasar.” Aku ingat kepada wanita-wanita bani Tamim dan mereka keras hatinya.

Aku berniat menceraikannya, kemudia aku berubah pikiran. Jangan ditalak dulu, jika baik. Jika tidak, barulah ditalak.

Berapa hari setelah itu para wanita Tamim datang mengantarkannya kepadaku. Ketika dia didudukkan di rumah, aku berkata kepadanya, “Istriku, termasuk sunnah jika laki-laki bersatu dengan istrinya untuk shalat dua rakaat dan dia pun demikian.”

Aku berdiri shalat, kemudian aku menengok ke belakang, ternyata dia juga shalat. Selesai shalat para pelayannya menyiapkan pakaianku dan memakaikan jubah yang telah dicelup dengan minyak za’faran.

Manakala rumah telah sepi, aku mendekatinya. Aku menjulurkan tangan ke arahnya. Dia berkata, “Tetaplah di tempatmu.”

Aku berkata kepada diriku, “Sebuah musibah telah menimpaku.” Aku memuji Allah dan membaca shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dia berkata, “Aku adalah wanita Arab. Demi Allah, aku tidak melangkah kecuali untuk perkara yang diridhai Allah. Dan kamu adalah laki-laki asing, aku tidak mengenal akhlak kepribadianmu. Katakan apa yang kamu sukai, sehingga aku bisa melakukannya. Katakan apa yang kamu benci, sehingga aku bisa menjauhinya.”

Aku berkata kepadanya, “Aku suka ini dan ini (aku menyebut ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan makanan-makanan yang aku sukai) dan juga membenci ini dan ini.”

Dia bertanya, “Jelaskan kepadaku tentang kerabatmu. Apakah kamu ingin mereka mengunjungimu?”

Aku menjawab, “Aku seorang hakim. Aku tidak mau mereka membuatku jenuh.”
Aku melalui malam yang penuh kenikmatan. Aku tinggal bersamanya selama tiga hari. Kemudian aku pergi ke majlis pengadilan (mulai bekerja kembali). Tidak ada hari yang aku lalui tanpa kebaikan darinya.

Satu tahun kemudian (setelah pernikahan kami), tatkala aku pulang ke rumah, aku melihat seorang wanita tua yang memerintah dan melarang, ternyata itu adalah ibu mertuaku.
 Aku berkata kepada ibu mertuaku, “Selamat datang.”
 
Ibu mertua berkata, “Wahai Abu Umayyah, apa kabarmu?”

Aku menjawab, “Baik, alhamdulillah.”

Ibu mertua bertanya, “Bagaimana istrimu?”

Aku menjawab, “Wanita terbaik dan teman yang menyenangkan. Ibu telah mendidiknya dengan baik dan mengajarkan budi pekerti dengan baik pula kepadanya.”

Ibu mertua berkata, “Seorang wanita tidak terlihat dalam suatu keadaan dimana prilakunya paling buruk kecuali dalam dua keadaan. Jika dia telah memperoleh tempat di sisi suaminya dan jika dia telah melahirkan anak. Jika kamu melihat sesuatu yang membuatmu marah darinya, maka pukullah (dengan pukulan yang membimbing, tidak membekas). Karena laki-laki tidak memperoleh keburukan di rumahnya kecuali dari wanita bodoh dan manja.”

Syuraih berkata, “Setahun sekali ibu mertuaku datang, dia pulang setelah bertanya kepadaku, ‘Bagaimana menurutmu jika kerabatmu ingin mengunjungimu?’ Kujawab, ‘Terserah mereka’.”

Dua puluh tahun aku bersamanya. Aku tidak pernah mencelanya atau marah kepadanya.

Pelajaran dari kisah:
  1. Seorang laki-laki harus religius dan teguh dalam beragama.
  2. Seorang laki-laki harus cepat-cepat menikah jika hatinya telah mencintai seorang wanita, karena dikhawatirkan ia akan terfitnah.
  3. Memilih wanita sebagai istri dan meneliti keluarganya sebelum menikah.
  4. Bertawakkal kepada Allah, tidak takut menghadapi masa depan dan optimis terhadap suksesnya pernikahan.
  5. Menggunakan sarana dialog dan berlemah lembut terhadap istri, terlebih di awal-awal pernikahan untuk mewujudkan saling mencintai di antara suami istri dan menghilangkan rasa takut seorang gadis.
  6. Hendaknya suami istri memperhatikan penampilannya, agar cinta keduanya tetap langgeng dan keduanya terjaga dari hal-hal yang diharamkan yang menggoda mata dan hati.
  7. Perkara penting: Hendaknya seorang wanita mempunyai akal jernih, karena hal itu membantu pemahaman dan mengimbangi suami dalam segala sesuatu yang sesuai dengan tabiat akhlaknya.
  8. Hendaknya suami istri saling memahami semenjak dimulainya kehidupan suami istri. Karena hal itu bisa mewujudkan ketentraman, ketenangan, terhindar dari problem dan perselisihan. Dan hal itu bisa dicapai bila suami menjelaskan kepada istri tentang:
    1. Sifat-sifat buruk yang tidak ingin dimiliki oleh seorang istri.
    2. Prilaku-prilaku yang tidak disukainya pada diri wanita secara umum, agar sang istri menghindarinya sebisa mungkin.
    3. Siapa saja dari teman-temannya yang boleh berhubungan dengannya, baik dari keluarga, tetangga atau teman-teman. Suami memiliki hak penuh dalam menentukan siapa yang boleh masuk rumahnya dan siapa yang dikunjungi oleh istrinya atau berhubugan dengannya.
    4. Hendaknya istri berusaha memasak makanan kesukaan suami dan menjauhi apa yang tidak disukainya. Memakai warna yang dia sukai dan menjauhi yang dibencinya. Karena istri berbusana untuk suami dan itu termasuk berhiasnya seorang wanita bagi suaminya.
    5. Hendaknya istri memperhatikan ucapan suami dengan sebaik-baiknya. Hal itu akan membantunya untuk memahami dan mengerti maksudnya, sehingga dia bisa menunaikan perintahnya dengan baik.
    6. Kewajiban istri untuk taat kepada suami dalam setiap perintahnya, tanpa membantah, selama suami tidak memerintahkannya kepada apa yang menyelisihi perintah Allah Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallah ‘alaihi wa sallam.
    7.  Keluarga istri mempunyai kedudukan dan penghormatan dari pihak suami. Hanya saja hal itu bukan alasan yang membolehkan mereka untuk mengunjungi anak mereka tanpa izin dan ridha suaminya. Oleh karena itu, hendaknya istri mengetahui sejauh mana kesediaan suami menerima kunjungan salah seorang keluarganya di rumah suaminya. Perkaranya tidak memerlukan pertanyaan, orang berakal bisa mengerti, walaupun dari ucapan yang tidak berterus terang. Karena sebagian istri marah jika suami menyatakan keberatannya secara terang-terangan atas keluar masuknya salah seorang keluarganya. Suami pulang hendak mencari ketenangan di rumahnya, dia memendam hal ini karena takut istrinya marah. Suami diam, tetapi ia tertekan. Ini jelas-jelas mempengaruhi keharmonisan hubungan suami istri dan menjadi penyebab terjadinya sengketa di antara mereka berdua setelah kunjungan sanak kerabat tersebut.
    8. Ibu yang shalehah dan wanita pendidik yang berhasil, pengaruhnya membekas pada diri putrinya. Seorang ibu berusaha agar rumah tangga putrinya langgeng dan berhasil. Karena hal itu termasuk kewajibannya yang penting setelah anaknya pindah ke rumah suaminya, ibu tidak berpartisipasi dalam rumah tangga putrinya kecuali dalam keadaan darurat dan demi meraih kebaikan hubungan suami –istri. Dalam hal ini, sang ibu harus menghindari perasaan yang tidak sepatutnya dalam setiap perselisihan yang didengannya dari pernikahan anaknya.
    9. Ancaman memukul tidak secara otomatis digunakan dalam memperbaiki hubungan suami istri.
    10. Seorang wanita yang lulus dari rumah yang mendidiknya dengan baik dengan nilai-nilai luhur dan pemahaman-pemahaman bisa membantu membangun kehidupan rumah tangga yang sehat dan tentram.
    11. Jika suami dan istri berprilaku seperti yang dijelaskan, niscaya keduanya akan mengenyam kehiduapan rumah tangga yang bahagia. Istri tidak menemui hal-hal yang mengotori kebahagiannya. Suami berbahagia dengan istrinya yang shalehah dan bisa membahagiakannya.
    12. Hendaknya suami tidak memanjakan istri dan mencari ridhanya secara berlebih-lebihan. Karena jika seorang wanita melihat kedudukannya dan posisinya di sisi suaminya begitu dimanja, niscaya dia akan tinggi hati dan sombong, dan mungkin saja menjadikannya tidak menggubris ucapan suami yang marah kepadanya karena kesalahannya. Hendaknya suami bisa menata perasaannya kepada istri dengan baik.
    13. Suami yang berbahagia di rumah akan berhasil pula dalam pekerjaannya.
Inilah pedoman yang harus dimengerti dan dipahami dengan baik oleh seorang wanita, sebagai pijakan cahaya dalam hidupnya. Mengabdilah dengan baik kepada suamimu, niscaya kamu berbahagia dan mendapatkan suami yang berbahagia dan berhasil dalam pekerjaannya.

Sumber: Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf; http://kisahmuslim.com/kisah-syuraih-al-qadhi-bersama-istrinya/

Kamis, November 26, 2015

Mengqadha Shalat yang Tertinggal, Urutannya?

BIASANYA mengqadha shalat dilakukan jika kita dalam perjalanan yang jauh dan kemungkinan besar kita tidak bisa berhenti terlebih dahulu, ataupun karena berbagai kondisi yang tidak memungkinkan. Misalnya, Anda sedang melakukan perjalan jauh dengan menggunakan bus atau transfortasi umum. Di tengah perjalan Anda telah tiba waktu Shalat Ashar, besar kemungkinan Anda tidak bisa melakukannya di dalam bus. Maka Anda wajib mengqadhanya, pada waktu Shalat Maghrib.



Dari Jabir bin Abdullah RA berkata, ”Umar bin Khatthab datang pada saat perang Khandaq setelah matahari terbenam, ia kemudian mencaci orang-orang kafir Quraisy dan berkata. ‘Wahai Rasulullah SAW, aku belum Shalat Ashar hingga matahari hampir tenggelam.’ Nabi SAW menjawab, ‘Demi Allah, aku juga belum Shalat.’ Kami kemudian pergi ke lembah Buthan, beliau kemudian berwudhu untuk shalat, dan kami juga berwudhu. Beliau kemudian shalat Ashar setelah matahari tergelam, lalu setelah itu beliau shalat Maghrib,” (HR Al-Bukhari).



Inti sari dari hadis yang Rasulullah SAW sampaikan di atas, ialah:

1.Wajib Mengqadha shalat-shalat fardhu yang tertinggal.
 
2.Shalat yang tertinggal dilakasanakan terlebih dahulu daripada shalat yang telah tiba waktunya selama waktunya tidak mepet. Jika waktunya mepet shalat yang telah tiba waktunya dulu yang dilaksanakan, baru mangqadha shalat yang tertinggal.
 
3.Anjuran meringankan beban orang-orang yang terkena musibah. Hal ini juga menjelaskan bahwa Allah SWT mempermudah hambaNya.

Allah SWT berfirman, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu,” (QS Al-Baqarah: 185). [dry/islampos].

Referensi: Fikih Bukhari-Muslim/Abdullah Alu Bassam/Ummu Qura/2013

sumber : https://www.islampos.com/mengqadha-shalat-yang-tertinggal-urutannya